Semua Bab Terjerat Hasrat Suami Kontrak : Bab 161 - Bab 170
203 Bab
161. Aku Ingin Ikut Denganmu
“Nona! Nona Jenny?!” Siegran memekik sembari mencari di sekitar kandang kuda.Namun, alih-alih Jennifer yang muncul, justru seorang penjaga kandang itu yang menghampiri Siegran.“Ada apa, Tuan?” Dia bertanya bingung.“Apa Anda melihat Nona Jenny? Gadis kecil yang tadi memilih kuda poni ini,” sahut Siegran buncah.Penjaga itu mengernyit, lalu membalas, “bukankah Nona muda tadi ada di dalam kandang?”“Dia tidak ada di sana. Sepertinya Nona Jenny keluar melihat kuda poninya, tapi saat kami menyusulnya, dia tidak ada di sini.” Siegran semakin bingung.Jenson yang berdiri di dekat kuda poni putih milik Jennifer, tiba-tiba berkata, “Paman Siegran, sepertinya Jenny pergi ke suatu tempat. Dia meninggalkan helmnya.”Ya, helm pink Jennifer tergeletak di dekat kuda poni. Jenson mengambilnya dengan cemas.Saat itulah, River tiba di sana. Dia heran melihat semua orang bingung.“Ada apa dengan kalian?” tukasnya mendapukkan alis.“Daddy, Jenny hilang!” Jenson menyambar yang sontak membuat manik Rive
Baca selengkapnya
162. Putri Kita Terluka
*** “Maaf, Tuan. Tapi area di luar jalur lintasan La Huerta sangat berbahaya. Itu hutan, dan mungkin ada hewan liar di sana. Ini berbahaya untuk Anda,” tutur seorang staff peternakan La Huerta saat River memintanya membuka gerbang belakang. Itu membuat River Frustasi. Ya, dia tidak menemukan Jennifer di seluruh sudut tempat itu. Jadi kemungkinan besar anak perempuannya keluar area La Huerta. “Putriku hilang, aku harus mencarinya meski harus ke neraka sekalipun. Jadi cepat buka gerbangnya!” decak River kukuh. Staff La Huerta itu bimbang. Dia hafal benar kawasan ini, dan dirinya tak mau dituntut jika memang terjadi sesuatu pada keluarga Herakles. “Anda tenang saja. Kami tidak akan menyalahkan Anda hanya karena membuka gerbang ini,” sambar Siegran angkat bicara. “Buka sekarang!” River kembali mendesak. Staff tadi buru-buru merogoh kunci dari sakunya. Dia gemetaran karena kesulitan menemukan kunci gembok gerbang yang tak pernah dibuka bertahun-tahun itu. “Tolong cepatlah,” tukas Si
Baca selengkapnya
163. Dia Hampir Kehilangan Anak Bungsunya
***Mendengar Jennifer mengatakan hal aneh, esoknya River langsung bicara dengan dokter.“Sepertinya putri Anda syok, Tuan. Terlebih dia jatuh ke jurang dan kepalanya terluka. Bisa saja putri Anda salah mengira bahwa dia bersama kakaknya saat di hutan. Kemungkinan lain, putri Anda juga salah mengingat,” tutur Dokter menjelaskan.“Jadi ada yang salah dengan kondisi putri saya? Kepalanya menghantam batu, saya khawatir dia mengalami cedera parah.” River menyahut dengan alis bertaut.“Kondisi paling parah, mungkin putri Anda mengalami gegar otak. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih dalam untuknya,” timpal sang Dokter.Itu membuat River sesak. Dia sudah kehilangan satu putra, kini hampir kehilangan anak bungsunya.Dengan ekspresi serius, River pun membalas, “tolong obati putri saya secara maksimal. Saya tidak ingin hal buruk terjadi padanya.”“Baik, Tuan,” sahut Dokter tadi.River bangkit dan keluar dari ruang dokter itu, lalu berniat kembali menemui Jennifer di ruang rawat. Alih-alih la
Baca selengkapnya
164. Aku Tidak Akan Kabur Lagi
Malam itu Dieter mendapat telepon dari River. Dia diminta datang ke mansion Devante untuk menunjukkan rekaman CCTV yang sudah dipulihkan.“Bagaimana hasilnya?” River bertanya dengan tatapan tegas.Dengan ekspresi datar, Dieter menjawab, “saya tidak menemukan apapun, Tuan. Saya sudah memulihkan rekaman ini, tapi rekaman pada saat Nona Jenny keluar area peternakan rusak parah. Jadi kameranya tidak merekam apapun.”Entah mengapa River meragukan laporan Dieter. Dia menatap asistennya itu dengan curiga, lalu berkata, “berikan padaku.”“Ma-maaf, Tuan?”“Berikan rekaman itu!” sahut River lebih tedas.“Ah, tapi … baiklah.” Dieter merogoh flashdisk dari balik jas hitamnya, lalu menyerahkannya pada River.Usai Dieter keluar dari ruang kerjanya, River lantas menyalakan laptop untuk mengecek rekaman itu. Dan benar saja, dia memang tidak menemukan apapun selain jalan setapak sekitar gerbang peternakan La Huerta yang kosong.Namun, tiba-tiba River menyernyit saat menyadari sesuatu.‘Tunggu, kenapa
Baca selengkapnya
165. Anak Itu Tidak Boleh Mati!
***“Argh!” Pria dengan codet di sekitar mulutnya mengerang saat meregangkan tubuhnya pagi itu. “Sialan, aku tidak bisa tidur nyenyak semalaman!”Rekannya bergenggot tebal yang sedang menikmati kopi pun menyambar, “kau pikir aku bisa tidur? Bocah sialan itu terus menangis dan berteriak.”Pria codet tadi mendekat dan merebut kopinya.“Hei, itu kopiku!” sentak lelaki jenggot tebal tersebut.“Aish, aku hanya memintanya sedikit,” sahut rekannya menyeruput kopi hitam itu. “Omong-omong, kenapa sekarang bocah itu hanya diam? Bukankah tadi malam dia hampir membuat telinga kita berdarah karena berisik?”“Kau khawatir padanya? Coba periksa, lihat apa dia masih hidup atau tidak?!” decak si jenggot tebal kembali menyambar kopinya.Pria bercodet itu mengernyit saat melihat ruangan tempat mereka mengurung anak lelaki malang itu.‘Aish, sialan! Dia tidak mungkin mati ‘kan?’ batinnya yang lantas beranjak ke ruangan tersebut.Namun, begitu membuka kuncinya, manik si pria bercodet seketika membesar.“A
Baca selengkapnya
166. Bercinta Bukan Hanya Untuk Pengantin Baru
“Maaf, Anda tidak apa-apa, Nyonya?” tanya Dieter yang berhasil menahan tubuh Adeline sebelum ambruk.Wanita itu seketika menegakkan badannya kembali, seraya berkata, “ya, tidak apa-apa. Terima kasih.”“Apa ada masalah, Nyonya?” Dieter bertanya lagi saat melirik pria bercodet di hadapan Adeline.Asisten River itu menatapnya tajam, hingga pria tadi bergidik takut.“Bukan apa-apa.” Pria bercodet itu malah menyahut.Dia buru-buru menyerahkan data anak bernama Ergy, lalu pergi dari sana.Sungguh, tingkahnya itu malah membuat Adeline curiga. Dirinya mengamati pria tersebut menjauh sembari membatin, ‘kenapa dia tiba-tiba pergi begitu saja? Apa dia seperti itu karena takut pada Dieter?’Meski baginya aneh, tapi Adeline tak ada waktu untuk mengurusnya karena Jennifer sudah menunggu. Dia pun segera menyelesaikan administrasi perawatan putrinya dan pulang ke mansion Devante setelah River datang.Sedangkan Ergy-anak lelaki malang yang digigit ular itu masih tak sadarkan diri sampai malam hari. Do
Baca selengkapnya
167. Surat Ancaman?
‘Pengkhianat?!’Alis Siegran menyatu saat membaca tulisan tersebut di amlop anonim. Ekspresinya pun berubah gelap saat mendapati logo Hera Group ada di sana juga.‘Apa maksudnya ini?’ batin pria itu bingung dalam hati. ‘Tidak mungkin. Apa ini sebuah ancaman? Tapi siapa yang melakukannya? Kenapa mereka mengirim ini padaku?’“Ada apa, Siegran?” Amber pun bertanya karena sang suami tampak syok.Namun, alih-alih memberitahu istrinya, Siegran justru menyembunyikan kertas ancaman tadi dan merematnya di balik punggung.“Apa itu? Amber terus menyidik. “Katakan padaku, apa itu?!”“Ti-tidak penting, ini hanya orang iseng yang mengisi amplop kosong,” sahut Siegran berdalih.“Kalau begitu tidak masalah aku melihatnya ‘kan?!” sambar sang istri tegas, tapi Siegran masih enggan menunjukannya.Amber menghela napas panjang sembari membujuk. “Sayang, kita baru saja mengucapkan janji bahwa akan menghadapi apapun bersama. Belum ada satu hari, tapi kau mau menyembunyikan sesuatu dariku?”Siegran pun menge
Baca selengkapnya
168. Aku Rindu Permainan Panas Kita
WARNING: Chapter ini mengandung konten sensitive.‘Kenapa banyak anak-anak pergi ke tempat itu? Apa di sana ada makanan?’ batin Ergy memandangi taman kanak-kanak Rosenberg dengan heran.Ya, dia yang duduk di kursi sebelah pengemudi itu, seperti anak bodoh yang tidak tahu apapun. Tak heran yang ada di pikirannya hanya makanan dan tempat tidur nyaman, karena dia sering kelaparan dan tubuhnya sakit usai dipukuli.“Apa yang kau lihat?!” tukas pria gahar di sampingnya.Ergy tersentak dan seketika berpaling. “Ti-tidak, Master.”“Jangan bermimpi. Kau tidak akan bisa seperti mereka. Mereka itu anak-anak pilihan yang mendapat kasih sayang orang tuanya. Sedangkan kau, hanya anak sialan yang dibuang keluargamu!” sambar sang Master.Ucapan kejam itu seperti panah yang tenggelam dalam jantung Ergy. Menyakitkan, tapi tidak bisa dilawan. Ergy hanya menunduk dengan wajahnya yang suram. Bahkan dia tak berani menatap wajah sang master yang selalu ditutupi topeng.“Malam ini kau harus mematahkan leher a
Baca selengkapnya
169. Aku Melahirkan Sainganku Sendiri
“Sayang?” Manik Adeline membesar saat melihat anak perempuannya masuk.Bahkan wanita itu mendorong River yang hendak menindihnya, lalu buru-buru bangun dan merapikan rambutnya yang setengah basah.Sedangkan River yang hampir terguling dari ranjang, malah duduk sambil menahan senyum saat melihat Adeline yang panik.Istrinya itu melotot padanya seolah berkata, ‘jangan tertawa!’Adeline pun berpaling ke arah putri kecilnya yang kini menghampiri mereka.“Ada apa, Jenny? Kenapa kau belum tidur?” tanya Adeline yang kini menekuk lutut untuk berjongkok setinggi Jennifer.“Tada!” Anak perempuan itu menyeru sambil memamerkan buku gambarnya.Adeline tersenyum melihat antusias Jennifer. Itu adalah buku gambar yang tadi siang sudah ditunjukan Jennifer padanya.‘Ah … ternyata sekarang dia ingin menunjukannya pada River?’ batin Adeline membelai kepala putrinya bangga.“Lihatlah, Daddy! Apa gambarku bagus?” ujar Jennifer penuh semangat.“Woah! Amazing, Jenny! Apa ini Daddy?” sahut River menunjuk gamb
Baca selengkapnya
170. Jangan Sentuh Adikku!
“Jangan pukul Jenson!” Jennifer memekik dan berniat menghampiri kakaknya yang ambruk ke meja makan.Namun, anak lelaki gempal yang menyerang Jenson malah menghalanginya.“Pergi, ini wilayah anak laki-laki!” tukasnya memicing.Dia hendak mendorong Jennifer, tapi Jenson menahannya dari belakang seraya berkata tajam. “Jangan sentuh adikku!”Belum sempat anak gempal tadi menyahut, Jenson lebih dulu membekuk tangannya ke belakang dan mendorongnya hingga ambruk ke meja makan. Itu membuat semua anak-anak menjerit.“Jika kau berani menyentuh satu rambut Jenny, tanganmu akan patah!” Jenson mengancam seperti pria dewasa. “Cepat minta maaf pada adikku!”Ya, dia memang jago taekwondo. River telah mendatangkan guru taekwondo ke mansion Devante khusus untuk Jenson. Dulu karena putranya lahir premtur, kondisi tubuhnya agak lemah. Sebab itu River sengaja melatih anaknya olahraga dan bela diri untuk memperkuat fisiknya. Begitu pun Jennifer. Kadang dia ikut latihan bersama Jenson, tapi tidak menekuniny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
21
DMCA.com Protection Status