Semua Bab Posesif My Husband : Bab 71 - Bab 80
118 Bab
Chapter 72
Marren menyusun rencananya dengan matang, seraya ia memaksa makan secukupnya.la berpura-pura ke kamar mandi, dengan berjalan membungkuk dia mengakali CCTV ruangan itu untuk membawa map perjanjian yang di berikan James padanya. Dalam kamar mandi Marren memfoto semua berkas itu dan mengembalikan semuanya dengan rapi.'Semoga Pak Jack bisa mengirimkan ini pada Arsan atau kak Arland. Dan dengan begini, bukti semua sudah ada di tangan kami," pikir Marren dengan memantapkan hati. ''Dan sekarang adalah Azel! Saya harus memastikan sendiri sebelum Saya bisa keluar dari tempat ini. Saya benar-benar merasa ada sesuatu yang tidak beres. Wajahnya yang pucat itu benar-benar pucat atau hanya sekedar make up? Kuku itu, Saya benar-benar tidak nyaman melihat kuku-kuku panjangnya," gumam Marren dalam benaknya. Marren memanggil pengawal yang menjaga pintu kamarnya untuk membawanya ke kamar Azel, dengan dalih ingin menjenguk gadis itu dan ingin meminta ob
Baca selengkapnya
Chapter 73
"Kurang ajar, bagaimana dia bisa sampai keluar?" pekik James dengan marah. Melihat Marren terjatuh, Azel segera melepaskan diri dari cengkeraman Marren.Namun, perempuan berambut pirang itu bukannya segera berlari tetapi ia malah kembali kepada Marren dan menyerangnya. Mengira Marren telah kalah, Azel berusaha menendang Marren yang berusaha bangun dari jatuhnya dengan posisi duduk."Dasar perempuan jalang! Sialan!" umpat Azel seraya menyerang Marren. Melihat kaki Azel yang melayang ke arahnya, dengan cepat Marren menangkap dan menariknya hingga tubuh Azel terjatuh di tanah yang telah basah akibat deburan ombak. Dengan kesal tanpa pikir panjang Marren menarik paksa selimut yang membungkus tubuh Azel. Azel memekik histeris karena lelan berhasil di pecundangi Marren. ''TUTUP MATA KALIAN!" Pekik James dengan suara menggelegar. Spontan para pengawal yang melingkari Marren dan Azel membuang muka serta
Baca selengkapnya
Chapter 74
Semua tersentak kaget dan tidak bergerak. Tidak berapa lama kemudian Azel roboh berkalang tanah. Marren dan Juan jatuh terduduk, terpaku diam. Mereka sama-sama kehingungan dengan apa yang terjadi. ''Nyonya! Nyonya Marren Anda tidak apa-apa?" panggil Jack berlari mendekati Marren. ''Pak Jack?" Lirih Marren yang masih terpaku bingung, la berdiri dengan di bantu oleh Jack.Di belakang Jack menyerbu beberapa orang yang berpakaian serba hitam dengan pistol di tangan melewati Marren dan Juan. "Apa yang baru saja terjadi, Pak? Kenapa ada suara tembakan?" tanya Marren dengan suara gemetar. "Sepertinya wanita itu ingin menembak Anda, Nyonya, tapi para anggota itu mendahuluinya, jadi tembakan kedua adalah milik wanita itu yang terlontar ke atas," ujar Jack menjelaskan. "Ya, Tuhan, Azel?" tanya Marren sangat syok. "Benar, Nyonya. Dan sekarang sepertinya dia dalam keadaan kritis." jawab Jack dengan sikap hormat ser
Baca selengkapnya
Chapter 75
"Ya, kamu tahu 'kan bahwa pelakunya adalah James Vandroid, pamannya Arthur?" tanya Marren menegaskan. "Dan James adalah ayah Azel," tambahnya bersungut-sungut. ''lya, lalu?" sahut Arsan singkat. ''Ya, mereka menginginkan Saya untuk menandatangani surat perjanjian bahwa kami akan melakukan kerja sama, tapi Saya tidak terlalu ingat detailnya Arsan. Saya sudah mengirimkan semua bukti foto-foto itu ke Pak Jack kepala sekuriti kita untuk di berikan kepadamu. Tapi Saya rasa kamu belum menerimanya," ujar Marren dengan mengernyitkan alisnya. ''Tidak bagaimana mungkin Saya bisa menerimanya sedang Saya pun dalam keadaan sekarat saat itu, bahkan saat tu Saya tidak memegang ponsel, entah ke mana benda itu," keluh Arsan dengan menghela napasnya dengan berat. "Oh, Saya baru ingat, ponselmu tertinggal di kamar. Jatuh atau bagaimana, saya tidak tahu, Bibi yang menemukan ponselmu berbunyi di kamar. Dari situlah Saya tahu mereka mengancam memasang pel
Baca selengkapnya
Chapter 76
"Apa? Foto-foto apa? Benar-benar sialan!" kali ini suara Arsan benar-benar marah.''Apalagi, astaga," imbuhnya menahan geramnya dan meraup wajahnya. "Saya melihatnya sendiri di bingkai, bahkan bukan hanya satu dua foto, tapi banyak. Ya, walau Saya tahu wanita itu berpura-pura sakit waktu itu, tapi foto-foto itu? Itu jelas sekali foto-foto kalian!'' desis Marren dengan menahan getaran suaranya. Arsan terdiam dan mengernyitkan alisnya hingga terlihat seperti bertaut. Marren menunggu dengan skeptis. "Foto-foto pernikahan? Oh, aku ingat!" sela Arsan mengernyit seolah teringat sesuatu. Pria tampan itu meraih ponsel miliknya yang telah di bawakan oleh asistennya dan segera mengetik sesuatu di dalamnya, "Lihatlah, foto seperti inikah yang kau lihat?" sambungnya dengan cepat. Arsan memberikan ponsel miliknya kepada Marren yang membuat Marren terbelalak kaget bukan kepalang, "Ini? Majalah bisnis? Apa maksudnya Axel?" Marren terlihat bingung. "Sama 'kan? Apa foto-foto itu yang kamu maksud?
Baca selengkapnya
Chapter 77
"Marren berjanjilah pada Saya mulai sekarang jangan pernah percaya pada siapa pun selain Saya. Jika kamu ada berita apa pun tentang kejadian kali ini dan orang-orang yang terlibat di sini, bicarakan semua pada Saya," ujar Arsan tiba-tiba. ''Arsan, sebenarnya ada apa ini? Apa maksudnya?" sela Marren terlihat khawatir. ''Entahlah, Saya merasa ada seseorang di balik semua kejadian ini. Ada peran seseorang di balik layar yang mengendalikan semua ini. Dan Saya merasa James atau keluarga Vandroid hanya pion garis depan yang sengaja di tumbalkan," papar Arsan seraya mendesis hampir tidak terdengar. ''Apa maksudmu, Arsan? Lalu, siapa dia? Kenapa dia bisa sejahat itu?" tanya Marren tergagap. "Saya tidak tahu. Yang jelas semua rencana ini sangat baik. Tapi kamu jangan takut, kita akan menghadapinya bersama-sama, kamu akan aman bersama Saya, ujar Arsan yakin, menarik Marren dalam pelukannya. Marren membalas pelukan Arsan dan membenamkan wajahnya di dada bidang Arsan sebagai jawabannya. ''l
Baca selengkapnya
Chapter 78
"Kenapa setiap kali aku jauh dari kalian, ada saja yang terjadi?" tanya Kakek Ryzadrd, Devan Ryzadrd sore itu di hadapan Arsan dan Marren. Mereka bertiga sedang berbicara di ruang kerja di rumah Arsan, ''Entah, Kek, tapi yang jelas semua ini terjadi memang seperti di rencanakan jauh-jauh hari," sahut Arsan setelah menyesap kopi susu kesukaannya. "Bajingan itu benar-benar tidak tahu diri. Harusnya Saya sudah menyingkirkan semua keluarga Vandroid saat perbuatan Arthur waktu itu," lanjut kakek Ryzadrd dengan menggeram. Orang tua itu memukul meja dengan keras, "Ini benar-benar menjengkelkan!" lanjutnya memekik marah. "Kakek, jangan terbawa emosi, nanti sakit kakek kambuh lagi, Kek," sela Marren bangkit dari duduknya di sebelah Arsan karena melihat kakek Ryzadrd terbatuk-batuk dengan tiba-tiba, bergegas duduk di sofa sebelah pria tua itu. "Terima kasih, menantu, kamu memang sangat perhatian pada kakek," sahut pria tua itu setelah berdehem dengan susah payah dan Marren mengelus elus pun
Baca selengkapnya
Chapter 79
"Cukup Arsan, tidaaakk..." pekik Marren terengah masih menyisakan tawanya karena ulah Arsan yang menggelitik pinggangnya.Kini keduanya rebah dan tertawa bersama. Arsan bangkit menghadap Marren dengan bertelekan tangannya. "Apa kamu tahu sayang, kenapa tadi Saya melarangmu menyela ucapan Kakek, saat Kakek tidak mau menginap di sini?" tanya Arsan dengan tatapan serius. ''lya, Saya lupa karena Kakek selalu punya kenangan buruk tentang rumah ini. Karena itu, 'kan? Begitu juga Arland," balas Marren mengernyit seolah mengingat sesuatu."Saya hampir saja lupa hal itu. Padahal dengan kakek datang berkunjung saja itu sudah sangat berat baginya," imbuhnya dengan wajah murung. "Ya, kamu benar. Tapi ada yang lebih penting, seperti yang Kakek bilang tadi bahwa Kakek tidak mau mengganggu kita," sela Arsan seraya memainkan rambut Marren yang tergerai berantakan di ranjang, dengan tatapan pria mesum itu dengan teduh.Marren spontan bangkit, "Tapi Arsan, Saya tidak akan merasa terganggu, sama sekal
Baca selengkapnya
Chapter 80
Marren menggeliat dari tidurnya, ia terbangun karena mendengar suara dering ponsel di atas bantal dan kepalanya berdenyut seketika.Wanita cantik itu membuka mata dengan berat dan mencari-cari arah sumber suara. la meraih benda kotak yang terus berdering dan bergetar-getar untuk mematikannya. Namun, belum sampai ia meraihnya tiba-tiba suara dering itu lenyap dan herganti dengan bunyi pesan masuk. 'Oh iya, ini kan ponsel Arsan. Ponsel saya masih ada di kantor Polisi sebagai barang bukti. Besok Saya akan bicara pada Arsan, supaya ponsel Saya bisa kembali. Tapi siapa yang menelepon di pagi buta begini?' Batin Marren dengan wajah mengernyit saat menatap angka 03.12 terpampang di layar ponsel suaminya.Belum selesai Marren bertanya-tanya tiba-tiba sebuah pesan masuk terpampang di layar ponsel Arsan dan membuat Marren membelalakkan mata karena terkejut. 'Apa? Mommy sakit? Arland mengirim pesan Mommy sakit?' pekik Marren dalam hati dengan panik. Marren bangkit dari rebahnya seraya meraih
Baca selengkapnya
Chapter 81
"Tidak, Marren. Maksud saya bukan seperti itu. Dengar poin pembicaraan Saya, yang saya maksud Arland. Arland selalu berlebihan dalam menghadapi sesuatu, apa pun itu. Terkadang sikapnya terlalu merepotkan orang lain," papar Arsan mencoba memberi alasan. "Arsan, dia Kakakmu dan dia sedang menolong Mommy Saya, Mama mertuamu juga, Arsan," tegur Marren menatap Arsan tisak percaya dengan ucapan Arsan."Saya paham, Sayang. Bukankah sudah saya bilang ini tentang Arland yang harusnya bersikap lebih dewasa. Lagi pula, seharusnya dia tidak perlu meminta izin padamu jika ingin membawa Mommy ke rumah sakit. Jika memang itu diperlukan, harusnya segera bawa saja. Agar tidak membuatmu lebih khawatir lagi," imbuh Arsan berargumen. "Cukup, Saya tidak mau dengar apa pun," sahut Marren membuang muka membelakangi Arsan, wanita cantik itu lebih memilih memandang pemandangan pagi yang dingin. Walau Arsan merengkuhnya dari belakang, Marren hanya diam tidak bergem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status