All Chapters of Posesif My Husband : Chapter 111 - Chapter 118
118 Chapters
Chapter 111
"Akulah yang harusnya bertanyal Kenapa kau ada di sini, Marren? Dasar perempuan jalang!" pekik Azel beranjak berdiri seolah bersiap memulai pertengkaran. Wanita itu tampak sangat kesal saat menatap Marren yang kini terlihat lebih cantik dan anggun dari sebelumnya. "Azel, jaga bicaramu!" bentak Arland yang berjalan dari lorong di belakang Azel hingga membuat wanita itu tersentak kaget. Melihat kedatangan Arland, semua terdiam dan menatap Arland seolah meminta penjelasan. Terutama Marren dan Azel. "Duduklah Marren, Wira, karena waktu kita tidak banyak. Dan kau Azel, kalau kau tidak bisa menjaga mulutmu dengan benar kali ini juga, jangan pernah berharap aku menolongmu lagi! Aku tidak peduli walau kau saksi yang sedang kucari" ucap Arland memerintah dengan tegas. "Saksi? Oh, pantas saja," sela Marren terkejut lalu menghela napas dengan kasar seraya duduk bersebelahan dengan Wira dalam sofa yang sama berseberangan dengan posisi Azel. Sementara Arlamd duduk di sofa tunggal d
Read more
Chapter 112
Klik! Terdengar bunyi itu saat Arland menarik pengaman pistol tersebut yang membuat Azel terdiam bergetar ketakutan dan mulai berkaca-kaca."Aku tidak main-main, Azel," lanjut Arland dengan suara rendah namun terdengar sangat mengancam Azwl mengangguk berkali-kali dengan cepat tanda paham. Wanita itu mulai menangis, namun Arland tidak juga menjauhkan benda mengerikan itu yang kini menempel di pelipisnya. "Kak, Kak Arland. Tolong jangan begini, Kak, saya mohon tenanglah sedikit," bujuk Marren mencoba mendekati tempat duduk Arland perlahan-lahan. "Tidak apa-apa, Marren, aku taidk akan menarik pelatuknya jika ia mengatakan semua nama-nama itu," sahut Arland masih tetap menatap wajah Azwl yang mulai berkeringat dan bergetar hebat. Marren melirik Azel yang juga menatapnya dengan sorot mata memohon, tidak ada lagi kesombongan dan kejahatan di sana. Marren mendesah perlahan. 'Ternyata dia punya rasa takut juga, padahal baru beberapa detik yang lalu dia tetap saja bersikap sombong pad
Read more
Chapter 113
Sepulang dari salon kecantikan, hari sudah menjelang sore, saat Marren sampai rumah. Wira yang menurunkan Marren di depan rumah tidak ikut masuk karena ia harus buru-buru pulang. Dengan langkah gontai, Marren berjalan menuju ke kamarnya setelah melihat ibunya yang masih terlelap dalam kamar. Marren menghela napas dengan berat dan melemparkan dirinya pada ranjangnya yang empuk. la kembali terngiang ngiang ucapan Arland diselingi ucapan Arsan tempo hari. 'Ternyata benar kata Arsan, Arland masih saja menginginkan Saya. Kasihan Wira, kalau dia sampai tahu niat Arland mendekatinya karena Saya. Atau jangan jangan ia sudah tahu? Makanya sepanjang jalan tadi dia lebih banyak diam. Benar! Bahkan tadi dia turun lebih dulu agar Saya dan Arland bisa berbicara berdua saja' 'Oh, tidak! Saya harus bagaimana ini? Apa yang harus Saya lakukan jika Rachel memang tahu ia hanya dimanfaatkan oleh Arland. Walau pun situasinya memang darurat, apakah saya harus diam saja dan membiarkan Wira menahan saki
Read more
Chapter 114
Marren menatap A4san yang tidur pulas di sampingnya. Dengkuran halusnya mewamai suasana kamar yang terasa dingin oleh pendingin udara ruangan. Marren membenamkan wajahnya dalam dada bidang Arsan yang menghadap padanya. Wanita cantik berwajah sendu itu sesekali menatap wajah Arsan yang terlihat lelah. 'Arsan, suami tercinta... Sayang... Kamu sudah menang, kamu telah mendapatkan hati Saya, kamu telah mendapatkan cinta dan kasih sayang Saya. Andaikan semua yang Saya dengar itu bohong. Andaikan semua yang terjadi itu adalah palsu. Tapi... Oh, Tuhan... Kenapa Saya malah semakin mencintainya? Di saat semua kenyataan mulai terkuak, kenapa Saya tidak ingin jauh darinya? Ya, Tuhan, apa yang harus Saya lakukan?" jerit Marren dalam hati. Marren meraba wajah Arsan dari alis matanya yang hitam dan tebal, hidung yang panjang, mancung dan maskulin serta bibir yang padat berisi hingga wajah tirus yang membingkainya. Jambang tipis yang mulai tumbuh itu pun ikut di mainkan oleh Marren, la terse
Read more
Chapter 115
Marren membuka mata dengan perlahan, kepalanya terasa berdenyut-denyut dan berat. la menatap ke sekeliling ruangan itu untuk memastikan dia ada di mana. Sorot matanya tertumbuk pada sosok Arsan yang duduk di tepian ranjang dengan wajah terlelap. Pria itu terlihat kelelahan. "Arsan? Oh, apa yang terjadi? Ini di kamar, tapi kenapa rasanya ada yang aneh, kenapa Arsan tidur sambil duduk seperti itu?" Marren kebingungan saat menatap jam dinding yang menunjukkan pukul dua lebih tiga puluh siang. 'Seingat saya sedang minum coklat dan.... Oh, benar! Semua gelap dan Saya tidak ingat lagi apa yang terjadi. Dan sekarang sudah menjelang sore, apa Arsan sedang menunggui Saya? Apa dia tidak pergi bekerja?" pikir Marren dalam benaknya. Wanita cantik itu mengernyitkan wajahnya dengan kalut. Marren bergerak hendak bangun dan pergerakannya itu membangunkan Arsan dari lelapnya. Pria tampan itu tersentak bangun. "Sayang, kamu sudah bangun? Oh, Tuhan, syukurlah, Sayang," sahut Arsan menyentuh kening
Read more
Chapter 116
Marren segera menutup mata kembali dan berpura-pura tertidur, agar la bisa leluasa mendengarkan pembicaraan keduanya."mommy, justru karena itulah Arsan tidak ingin membicarakan hal itu sekarang, karena Marren pasti akan semakin kalut," papar Arsan duduk di sofa setelah menghirup secangkir kopi di meja. "Iya, kamu benar, Nak. Tapi dengan dibicarakan, kita jadi tahu apa yang harus dilakukan supaya masalah yang sedang dipikirkan Marren bisa segera diatasi.Tapi, apa sebenarnya kalian ada masalah? Kalau boleh Mommy tahu?" ucap Madya mencoba memberi pengertian pada Arsan seraya duduk di sampingnya."Arsan sadar, mungkin Arsan terlalu mengekang dia, tapi, ini demi kebaikannya. Marren juga tahu apa alasan Arsan melakukan ini semua. Tetapi, entah kenapa akhir-akhir dia lebih pendiam setiap kali Arsan bersamanya. Seperti ada sesuatu yang Marren sembunyikan dari Arsan, Mom. Mungkin ini salah Arsan, makanya dia tidak mau berterus terang pada Arsan. Dia tidak pernah bersikap seperti ini sebe
Read more
Chapter 117
"Pagi, Sayang, kamu sudah lebih baik sekarang?" sapa Madua kepada Marren yang sudah membuka mata lebih cepat dari hari sebelumnya. Madya membawa nampan makanan yang berisi bubur dan segelas air. "Pagi, Mom. lya Marren merasa lebih baik hari ini," jawab Marren tersenyum menerima kecupan dan Madya. "Syukurlah, demammu benar-benar sudah turun. Kata Arsan kamu tidak mengigau sama sekali dan tidurmu sangat pules," ucap Madya tersenyum cerah. Wanita paruh baya itu duduk di tepian ranjang Marren yang kini duduk bertelekan kepala ranjang. "lya, Mom, Marren juga merasa lebih ringan dan kemarin denyutan di kepala Marren juga terasa jauh berkurang sekarang," sahut Marren bersandarkan pinggiran ranjang. "Syukurlah kalau begitu. Yuk, Marren, sarapan dulu dan minum obat. Sini biar Mommy bantu," ajak Madya dengan sabar .Seraya mengangguk, Marren menatap ke sekeliling kamar untuk mencari keberadaan Arsan, Madya yang paham situasi pura-pura tidak tahu akan kegelisahan Marren, hingga beberapa l
Read more
Chapter 118
Maren membeliak tidak percaya, lebih-lebih Wira. Mereka saling berpandangan satu sama lain dan terdiam untuk beberapa saat lamanya. "Apa? Jadi kamu benar benar mengenalnya, Marren?" tanya Wira dengan terkejut hingga tanpa sengaja la meninggikan suaranya. Marren meletakkan jari telunjuk pada bibirnya dan membuat Wira langsung membekap mulutnya sendiri. "Sorry, Saya tidak sengaja Ini benar-benar mengejutkan. Oh, ya ampun," desah Wira dengan wajah keheranan. "Saya hanya sekedar kenal. Itu Papanya Arthur, mantan kekasih Saya waktu masih SMA dulu," papar Marren mengendikan bahunya."Seingat Saya hanya dua atau tiga kali bertemu, itu saja," ungkap Marren dengan wajah masih tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya, hingga ia harus menatap lagi foto lama itu. Wira mengangguk paham, "Ya, Saya paham. Tetapi sepertinya kamu tidak pemah menceritakan padaku tentang Arthur'' ungkap Wira mengingat-ingat. "Ya, karena Saya pikir, tidak akan bertemu dia lagi sejak dia menghilang saat kami
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status