All Chapters of Posesif My Husband : Chapter 101 - Chapter 110
120 Chapters
Chapter 101
"Baiklah. Mulai sekarang Bapak akan bekerja dengan orang-orang saya dan Bapak harus membantu semua penelusuran saya. Saya yang akan menjamin hidup Bapak. Tapi ingat satu hal, rahasiakan pertemuan ini. Dan untuk masalah anak dan istri Bapak, akan menjadi tanggung jawab saya," ucap Arland mengambil keputusan."Apa itu benar, Tuan? Kalau begitu apa yang bisa saya bantu? Saya akan membantu Tuan sekuat tenaga saya. Bagi saya cukup anak dan istri saya tahu bahwa saya tidak bersalah itu sudah cukup. Karena sejak saya di vonis anak dan istri saya terusir dari rumah kami. Apalagi sejak diberitakan pesawat itu telah disabotase dan saya dianggap sebagai kaki tangan pembunuhan berencana. Mereka sangat terpukul, dan harus terusir dari Jakarta," papar Rojer lagi-lagi tanpa bisa menahan air mata dendamnya. Arland saling berpandangan dengan Marren dan Wira. Mereka sengaja membiarkan pria itu meluapkan emosinya yang tertahan dan mendengar semua keluh kesah Rojer yang meluncur begitu saja bak bendunga
Read more
Chapter 102
"Halo kak? Ini Marren, Saya memakai ponsel Wira," ucap Marren membuka pembicaraan setelah Arland menjawab lebih dulu. "Ada apa Marren? Apa ada masalah?" tanya Arland terdengar terkejut. "Tidak, bukan itu. Ada sedikit yang mengganjal perasaan Saya. Tadi Saya lupa menanyakan siapa pria itu, yang ada dalam foto Kakak? Dan kenapa Kakak punya fotonya?" papar Marren yang membuat Arland terdengar menghembuskan napasnya dengan berat. "Kamu yakin mau tahu siapa dia?" jawab Arland balik bertanya terdengar seperti berteka-teki. "Kalau Kak Arland seperti ini Saya jadi semakin yakın ingin tahu," sela Marren cepat dan membuat Arland terkekeh. "Baiklah, saya tidak akan bohong padamu, dan lagi pula kamu memang harus tahu siapa orang itu," sahut Marren seraya menyisakan tawanya."Pria itu adalah Willson, Marvin Wilson. Dia adalah penasihat Arsan...." imbuh Arland dengan ucapan menggantung."Apa?" sela Marren dengan terkejut. "Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa datang ke kantomya. Biasanya dia
Read more
Chapter 103
Karena perbuatan Marren sebagai akibatnya, pertemuan Arsan pun mundur hingga tiga jam ke belakang dari jadwal.Waktu menunjukkan pukul tiga lebih lima belas menit sore hari. Dan kini Marren benar-benar telah duduk bersebelahan dengan Arsan berhadapan dengan Marvin Wilson yang sesaat lalu di perkenalkan oleh Arsan padanya. Seperti yang ia rencanakan. "Sayang, entah kenapa Saya seperti tidak asing melihat wajah beliau ini?" bisik Marren pada Arsan yang menikmati kopinya, sementara Wilson sedang berbicara dengan pramusaji untuk memesan makanan dan minuman. "Tentu saja, waktu itu Tuan Wilson datang ke pesta pernikahan kita, kamu pasti lupa ya?" sahut Arsan merangkul pinggang Marren yang menatapnya dengan terkejut , la benar-benar terkejut."Benarkah? Saya tidak ingat? Ya... hanya samar-samar saja. Mungkin karena terlalu banyak orang asing dalam sehari dan, entah bagaimana mengatakannya...." ucapan Marren menggantung karena ia tidak begitu yakin akan sesuatu."Bisa jadi karena saat itu
Read more
Chapter 104
"Ah, dia sudah datang," ucap Arsan seraya bangkit dari duduknya dan menyambut Marren lalu menggandengnya mendekat dan berdiri di sampingnya. Terdengar ucapan pujian dari tamu asing Arsan dengan aksen Spanyol yang sangat kental. Pria berambut coklat gelap dan lebih muda menerjemahkannya dengan wajah yang tidak kalah berbinar-binar. "Istri Anda adalah wanita yang sangat sempurna Tuan Muda Ryzadrd," sahut pria yang akhirnya menjabat tangan Marren dan memperkenalkan namanya sebagai Antonio Fargas dan Juan Morales. Maren menampilkan senyumnya yang sangat cerah pada kedua pria asing tersebut, menandakan ia menyukai pertemuan itu sekaligus lega dengan apa yang terjadi. Tidak lupa ia mengucapkan Terima kasih untuk kedua pria tersebut. "Tetaplah di sini bersama Saya, sebentar lagi kita akan selesai," ucap Arsan menggandeng tangan Marren dan memaksanya duduk dengan halus. Kini Marren duduk kembali di sebelah Arsan dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. "Maafkan kami, Nyonya, jika k
Read more
Chapter 105
"Wira? Kamu di sini juga?" pekik Marren selangkah mendahului Arsan agar mimik wajahnya yang menatap keduanya dengan ngeri sekaligus terkejut tidak terlihat oleh Arsan yang beberapa langkah di belakangnya. Dermikian halnya Wira membelalakkan matanya dengan terkejut menatap kedatangan Marren dan Arsan. "Marren?" pekik Wira dengan wajah terkejut bukan kepalang. Gadis itu benar-benar terkejut. Dan kedua sama-sama terkejut bukan kepalang."Wah sungguh kebetulan yang luar biasa. Bagaimana bisa pas sekali, di antara sekian banyaknya tempat perbelanjaan di seluruh Jakarta. tetapi kita bisa bertemu di tempat yang sama? Wow! Benar-benar mengejutkan," sahut Arsan dengan senyum manis menyelipkan nada sindiran kepada Arland yang tersenyum dengan senangnya. "Ya mungkin karena kita memang punya ikatan batin yang sangat kuat, Arsan. Karena kau adalah adikku satu-satunya," balas Arland dengan senyum mengembang seperti tidak mau kalah mengimbangi sindiran Arsan. Marren segera menarik tangan Wira a
Read more
Chapter 106
Dengan kesal, Arland memukul wajah tampan Arsan, "Sialan kau, Arsan! Jaga sikapmu!" hardik Arland membalas pukulan Arsan.Karena tidak terima, spontan Arsan membalas pukulan Arland dan mendarat dengan telak. "Oh, tidak! Apa yang kalian lakukan! Kenapa malah begini? Arsan? Kak?" ujar Marren dengan panik mencoba melerai.Marren dan Wira berusaha memisahkan keduanya dengan sekuat tenaga karena perkelahian mereka menjadi tontonan orang-orang yang ada di gedung bioskop dan pengunjung sekitarnya. Marren segera memeluk tubuh Arsan dan mendorongnya menjauh. Sementara Wira menarik lengan Arland menjauh.Akhirnya adu jotos itu pun benar-benar harus terhenti karena di datangi oleh petugas keamanan setempat yang menginginkan mereka berdamai dan mempersilakan mereka keluar dari dalam gedung, karena telah mengganggu kenyamanan para pengunjung. Dengan anggukan kepala Marren menyuruh Wira menyeret Arland pergi. Walau masih memandang dendam pada Arsan, Arland mengalah dan patuh saat Wira menarik p
Read more
Chapter 107
"Marren, kenapa Saya merasa kamu sedang menuduh?" tanya Arsan menatap Marren dengan tajam. "Tidak Arsan, Saya sedang bertanya. Saya hanya bertanya kenapa kamu harus begitu marah pada hal itu? Hanya itu," sahut Marren dengan nada ketus seraya bersedekap dan membuang muka pada Arsan. "Dulu Saya juga pernah memanfaatkan Wira untuk mencari informasi tentangmu, bukannya Saya pernah cerita? Dan hanya sebatas itu, karena kebetulan perusahaan Papanya ada di bawah naungan Kakek. Saya hanya bertemu dua kali dengannya itu pun juga kami makan bersama keluarganya dan Kakek. Tidak ada kami jalan berdua, seperti Arland sekarang. Saya menghormatinya karena dia teman baikmu Marren, tidak lebih," papar Arsan menjelaskan dengan nada tegas dan menghela napas dengan berat. Hening"Tapi Arsan, apa kamu tahu, kenapa Wira tadi canggung? Karena dia memang pernah menyukaimu, dulu dia selalu menceritakan tentangmu dengan bangga, dia tahu segala sesuatu tentangmu yang bahkan Saya tidak mengenalimu...." ucap
Read more
Chapter 108
Minggu siang Marren dan Arsan tiba di rumah dengan lelah dan mengantuk. Apalagi Arsan, karena malam itu la hampir sering terbangun karena Marren yang tidak bisa memejamkan mata barang sekejap pun. Mau tidak mau Marren terus menerus mengganggu tidur Arsan. Melihat kelesuan keduanya, Madya menawarkan kue buatannya dan minuman lemon dingin kesukaan Arsan, Arsan melahap potongan kue brownies dengan lahap di hadapannya dengan sesekali menahan kantuknya. "Mommy, ini tidak seperti yang Mommy pikirkan. Kami tidak tidur karena Saya merasa tidak nyaman tidur di tempat asing. Walau itu hotel bintang lima sekali pun," ucap Marren setelah meneguk es lemonnya karena menatap Madya yang terus saja tersenyum melihat keduanya yang terlihat kurang tidur."Loh, Mommy tidak bertanya apa-apa loh padahal? Kenapa Marren gugup begitu? Lagi pula memang apa yang Mama pikirkan?" ujar Madya dengan menahan senyumnya.Pertanyaan Madya sukses membuat wajah Marren memerah dan Arsan terbatuk-batuk karena tersedak.
Read more
Chapter 109
Pagi itu.... Marren telah bersiap mengantarkan Arsan pergi bekerja didampingi oleh Madya. Mereka bertiga terlihat akrab mengobrol di ruang tengah hendak menuju lantai bawah ketika sebuah mobil sedan berwarna abu-abu memasuki halaman rumah.'wira datang pagi sekali? Apa dia sengaja agar Arsan melihatnya datang? Benar juga,' pikir Marren seraya memasang senyum di wajahnya. Ketiga orang itu menatap kedatangan Wira melalui kaca rumah yang transparan dan sangat besar yang mengelilingi hampir separuh dinding bagian depan rumah itu agar bisa menikmati taman yang ada di sekitar halaman dan samping rumah. "Ooo, itu Wira? Ada apa dia datang pagi-pagi begini sudah sampai ke mari?" tanya Madya menatap Marren berxgantian dengan Arsan. Arsan pun menunggu jawaban dari Marren seraya menatapnya. "Marren tidak tahu, Mom. Wira tidak memberi kabar apa pun," sahut Marren seraya melangkah cepat ke arah ruang tamu dan pintu masuk untuk menyambut Wira yang telah turun dari mobil Kedua sahabat karib itu
Read more
Chapter 110
"Tidak Arsan, itu maksud Saya tadi berbicara dengan Wira, tidak bukan di rak yang itu, itu maksud Saya," papar Marren terburu-buru. "Memangnya buku apa yang sedang kalian cari?" tanya Arsan memastikan."Beberapa buku membangun manajemen sebuah bisnis retail dan sejenisnya," sahut Marren menggigit bibirnya karena berbohong seraya menatap sebuah buku yang berjudul Memulai Bisnis Retail di salah satu rak yang terlihat jelas di hadapannya. Terdengar Arsan bergumam untuk sesaat, sebelum akhirnya menunjukkan beberapa buku yang mereka cari ada di rak paling ujung lemari pertama. Seusai mengucapkan terima kasih akhirnya pembicaraan itu pun mereka akhiri. "Hampir saja. Terkadang Saya merasa Arsan itu seperti CCTV saja, seolah dia tahu semua yang Saya pikirkan," keluh Marren bersandar pada sofa dengan lernas. "Itu mengerikan, apa kamu tahu? Maaf maksudku, itu sama saja kamu seperti diawasi selama 24 jam tanpa jeda," sahut Wira menatap Marren dengan wajah penuh simpati dan membuat mereka sa
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status