Semua Bab Menjadi Istri Penebus Hutang Tuan Presdir: Bab 31 - Bab 40
122 Bab
Ronde Ke Dua
Pelampiasan Dasyat itu membuat Abian terkapar di tengah ranjang sambil mendongakkan kepalanya ke atas. Mata pria itu masih terpejam merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia rasakan untuk pertama kali.Ya, ini adalah pertama kalinya Abian mendapat service fore play dari seorang wanita. Meski Miranda sering menawarkan diri tapi Abian selalu berhasil menolaknya. Samar-samar abian mendengar suara Diana yang sedang mengeluarkan isi perut di kamar mandi. Di sisi lain ia cukup prihatin karena harus mengotori kepolosan gadis itu, tapi tak dipungkiri Abian sangat puas walau anunya sedikit ngilu ketabrak gigi milik Diana. Bagi Abian itu tidak jadi masalah.Untuk seorang pemula Abian akui Diana cukup lihai dalam memuaskan laki-laki. Buktinya Abian sangat puas meski anunya belum sepenuhnya tertidur. Ia masih dalam pengaruh efek obat, tapi setidak sekarang Abian mampu mengendalikan dirinya dengan benar. Dia tidak sebrutal tadi saat hasratnya belum tersalurkan sama sekali.Abian mencoba du
Baca selengkapnya
Untuk Pertama Kali
"Jangan Mas! Perjanjian awal kita tidak begini!" tahan Diana. Abian sendiri juga sedang berusaha menahan hasrat yang menggebu-gebu. Dia juga tidak ingin mengambil keperawanan gadis yang tidak ia cintai sama sekali walau Abian sangat-sangat menginginkannya saat ini."Kalau begitu terus mendesah. Aku akan berusaha menahan hasratku!" Abian mulai menurunkan risleting Diana lalu menurunkan dress milik gadis itu. "Jangan Mas. Tolong jangan lakukan itu!" pinta Diana terus menggeleng takut."Aku tidak akan macam-macam. Percayalah padaku," mohon Abian yang jelas tidak bisa dipercaya sama sekali. Ini saja ia sudah berani menurunkan dress milik Diana. Lalu apa lagi yang akan dia lakukan kalau sudah begini?"Percayalah padaku Diana. Aku cuma mau membuat kamu mendesah agar Kakek segera pergi dari pintu kamar kita," bisik Abian. Diana terpaksa melemaskan pertahanannya. Dia membiarkan tangan kekar Abian melucuti dressnya ke bawah lalu membuka pengait bra hingga dua benda kenyal itu terbebas dari
Baca selengkapnya
Mandi Malam
"Tidurlah! Sepertinya Kakek sudah pergi dari depan pintu kamar." Abian turun dari ranjang sambil menyelimuti tubuh setengah telanjang gadis itu. "Mas Abian mau kemana?""Aku masih ada urusan yang belum dituntaskan. Kamu tidur duluan saja!""Di kasur ini? Terus Mas Abian tidur di mana?" tanya Diana polos. Gadis itu tahu kalau Abian tidak mungkin mau tidur seranjang dengan dirinya. Dia sendiri yang mengatakan itu beberapa waktu lalu."Masalah tidur gampang. Sepertinya malam ini aku juga tidak bisa tidur karena efek obat itu cukup menyiksa!" Setelah mengatakan itu Abian langsung nyelonong ke kamar mandi. Terdengar gemericik air dari dalam sana. Sepertinya lelaki itu sedang mengguyur tubuhnya.Malam-malam begini mandi lagi? Diana mengernyitkan dahi sambi memunguti baju-bajunya yang berserakan. Cepat-cepat ia memakai bajunya sebelum Abian keluar dari kamar mandi..Saat hendak menaikkan risleting dressnya, gadis itu lalu beralih menatap cermin. Ada bercak merah di area dada yang sangat men
Baca selengkapnya
Libur
Meski Abian sudah berkata lupakan semua yang terjadi tadi malam, tapi Diana tetap saja merasa canggung terhadap Abian. Tidak seperti semalam yang dipengaruhi obat aneh itu, sekarang pria itu kembali bersikap dingin seolah tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka sama sekali.Semudah itu kah Abian melupakannya? Lalu bagaimana dengan Diana? Dia jelas merasa gila sendirian karena itu pertama kalinya si tubuh dijamah oleh laki-laki. Sebelumnya dia tidak pernah dekat dengan pria apalagi pacaran mode barbar seperti Abian. Saat mereka sedang bedua di mobil seperti ini. Tak dipungkiri pikiran kotor itu terus merasuki otak Diana. Beberapa kali dia melirik malu sekaligus takut ke arah Abian. Dia juga membayangkan andai kejadian semalam terulang lagi di mobil ini."Arghhh!" jerit gadis itu dalam hati sambil melipat bibirnya. Seharusnya tadi ia minta turun di jalan saja lalu pulang ke kosan sendirian. Sayangnya ia malah menerima tawaran Abian untuk mengantarkannya sampai ke tempat tujuan.
Baca selengkapnya
Uang 500 Ribu
Penampakan kamar sederhana menjadi pusat perhatian Abian saat membuka kamar kos milik Diana. Dia melirik ke sudut ruangan. Tampak satu biji kardus yang diisi beberapa baju milik gadis itu. Abian tertegun miris melihat betapa sederhananya kamar itu.Dia jadi merasa bersalah karena selama ini sering mengabaikan kehidupan susah Diana. Niatnya supaya gadis itu sadar diri dan tidak bergantung padanya, tapi Abian merasa sikapnya belakangan ini kurang manusiawi. Dia sampai mengabaikan Diana tanpa peduli apakah wanita itu bisa makan dengan benar atau tidak selama tinggal dengannya. Abian juga tahu bahwa selama bekerja Diana sering jalan kaki dari apartemen tapi ia tidak pernah sedikit pun memiliki inisiatif ingin memberi tumpangan. Dia tahu karena saat berangkat kerja suka melihat Diana menyusuri trotoar dengan baju basah dipenuhi keringat. Selama ini Abian benar-benar mengabaikan Diana tanpa ada rasa nurani sedikit pun.Dan sekarang perasaan Abian serasa diketuk. Sudut hatinya ikut merasak
Baca selengkapnya
Diana Jengah
******Dengan santainya Abian masuk ke dalam lalu duduk di kasur milik Diana. Padahal gadis itu belum mempersilakan Abian untuk masuk sama sekali tapi tingkah Abian sudah seperti tuan rumah di kosan gadis itu."Kenapa Mas Abian kasih uangnya banyak banget," tegur gadis itu. Tambahan 500 ribu itu artinya Abian akan menginap di sini selama satu bulan, dan Diana jelas tidak mau hal itu sampai terjadi. "Bagaimana ya Diana? Semalam Kakek suruh aku menjagamu lebih intens lagi. Mungkin aku akan sering-sering datang ke sini untuk memastikan kamu baik-baik saja," kilah Abian. Padahal dia sengaja begitu supaya Diana tidak betah lalu mau kembali ke apartemennya lagi. Aksi Abian kali ini benar-benar licik sampai Diana merasa merinding ngeri.Namun sebenarnya Abian hanya takut Kakek Bram datang mengunjungi lalu tahu kalau Diana tidak ada di tempatnya. Dia bisa mati kalau hal itu sampai terjadi."Kalau mau datang kenapa harus kasih 500 ribu? Kan Mas Abian gak sampe nginep," protes gadis itu."Biar
Baca selengkapnya
Miranda Kesal Sekali
[Uangnya sudah aku belikan lemari. Sisa 60 ribu aku pakai untuk membayar ongkos kirim]Abian tersenyum membaca pesan yang baru saja dikirim oleh Diana. Ada sebuah kiriman gambar lemari plastik dengan ukuran sedang, dan sepertinya gadis itu benar-benar menuruti perintah Abian untuk membeli lemari dengan sisa uang yang ditaruh lelaki itu di samping kipas."Ngapain senyum-senyum? Ada yang lucu?" Miranda menatap pria itu curiga. Keduanya sedang makan siang bersama di cafe dekat kos-kosaan Miranda, tapi sejak tadi fokus Abian tertuju pada ponselnya bahkan ketika sedang mengunyah sekalipun.Alih-alih makan ia justru terlihat seperti menunggu sesuatu, dan tak lama kemudian matanya berbinar senang setelah mendapati apa yang ditunggu hadir yaitu balasan pesan dari Diana.[Bagus. Kalau kamu butuh uang bilang aku saja][Terima kasih banyak! Aku nggak butuh uang Mas Abian.]"Bian! Kamu dengar aku ngomong gak sih?" Miranda mulai kesal. Dia menaruh garpu dan sendok ke atas piring dengan suara sedi
Baca selengkapnya
KE GEP!!
Selagi Diana belajar, Abian bergulang-guling di atas kasur sambil bermain ponsel. Sesekali dia melirik Diana yang fokus menyimak materi yang diberikan oleh Miss Nancy, ternyata gadis itu cukup humble terbukti DIana bisa langsung akrab dengan guru barunya meski baru kenalan beberapa menit lalu.Abian jadi teringat saat mereka bertemu untuk pertama kali. Dia sempat mengira Diana bisu karena wanita itu enggan bicara padanya sama sekali. Klik!Diana mengakhiri panggilan video di ponselnya setelah tiga jam berlalu. Gadis itu tampak merentangkan tangan ke kanan dan ke kiri sembari memijit leher karena sejak tadi terus menunduk ke arah buku."Sudah?" tegur Abian merasa diabaikan dan tidak ada gunanya di tempat itu.Diana menoleh ke samping. Kepala gadis itu mengangguk dengan lugu dan terlihat kuyu."Sudah," jawab Diana dengan suara pelan. Abian yang sejak tadi tiduran segera merubah posisinya menjadi duduk. "Pelajarannya susah?" "Lumayan. Tapi aku sedikit-sedikit mulai paham. Mungkin setel
Baca selengkapnya
Perang Sengit
"Oh shit!" Abian menggeram kesal saat manusia yang paling tidak ia inginkan kehadirannya berdiri tepat di belakang pria itu. Dengan wajah sedikit gugup dia menoleh. Giginya yang rapi menyeringai ramah pada manusia tersebut. Namun tercetak jelas aura kepaksaaan di sana.“Hai,” sapa Abian kikuk. Perasaannya masih diselimuti antara syok dan juga kaget. Sial, kenapa Miranda bisa ada di sini, pikirnya.“Gak usah sok ramah sama aku!” ketus Miranda. Kaki jenjang gadis itu melangkah setengah menghentak kemudian menarik satu biji kursi. Dia duduk di antara Diana dan Abian yang posisinya saling berhadapan. "Jadi ini rapat penting yang lagi kamu kerjain? Rapat yang katanya nggak bisa ditunda sampai kamu nolak antar aku ke tempat kerja?" Dua tangan Miranda terlipat di depan dada. Tatapan gadis itu penuh aura mengintimidasi sampai Diana yang melihat ikut merinding takut."Sorry Mir! Aku bisa jelasin!" ucap Abian cepat-cepat. Nadanya mengayun lembut setengah dibuat merayu.“Jelasin apa? Jelasin k
Baca selengkapnya
Penjelasan Diana
"Terserah aku mau apa! Lagi pula kamu tidak mau jujur sama aku." Miranda menoleh pada Diana lagi. "Cepat jelas! Kenapa kamu sangat percaya diri sekali bisa menghancurkan hubunganku dengan Abian? Memangnya kamu siapanya dia?"'Siapa aku bukan urusan Mbak Miranda. Tapi yang jelas aku bukanlah pembantu Mas Abian .... aku adalah ...." Diana sengaja menggantung ucapannya supaya makin seru.Ketegangan di antara mereka bertiga semakin tercipta kala Abian menggila sambil memegang dua tangan Diana tanpa sadar. Maksud pria itu sedang memohon tapi sikapnya yang berlebihan cukup menarik perhatian Miranda."Diana please, kita sudah berjanji untuk saling merahasiakan masalah ini," kecam Abian."Maaf Mas! Untuk kali ini aku tidak bisa menuruti permintaan Mas Abian. Aku capek, aku mau jujur," lirih Diana penuh dramatisir. Dia memang sengaja melakukan itu supaya terkesan seperti adegan yang ada di sinetron ikan terbang. "Ya Tuhan! Apa kamu tega sama aku Di?"Diana hanya tersenyum jahat tanpa berniat m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status