Semua Bab Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan: Bab 21 - Bab 30
144 Bab
BAB 21 "Kamu Selingkuh?"
“Sial.” Reygan mengumpat dalam hati saat melihat keadaannya dan gadis di sampingnya. Pria itu bangkit perlahan lalu mengambil pakaiannya yang tergolek di atas lantai, yang bercampur dengan gaun tidur dan pakaian dalam Ayrin. Dengan cepat pria itu memakainya celananya. Dia memandang ke arah istrinya yang masih terlelap. Bibir Ayrin terbuka sedikit, ada napas kecil keluar dari sana. Reygan teringat percintaan mereka semalam yang terasa sangat berbeda dari pengalaman-pengalaman yang pernah dilaluinya. Kepolosan Ayrin membuat gairahnya semakin membuncah, terlebih ketika gadis itu meneriakkan namanya saat mencapai kepuasan. Namun, sepanas apa pun kobaran api gairah yang membakarnya. Rasa bersalah selalu terselip di hatinya. Wajah polos dan tatapan bening istrinya semakin membuat perasaannya tak karuan. ‘Kalau memang tidak bisa mencintainya, kenapa pula aku harus memberikan harapan yang akan menyakitinya?’ keluh Reygan dalam hati.“Maafkan saya, Rin,” bisik Reygan lalu masuk ke dalam k
Baca selengkapnya
BAB 22 Mulai Mencintai?
Reygan duduk di meja kerjanya, terlihat lelah dengan tumpukan dokumen di hadapannya. Raut wajahnya mencerminkan kepenatan dan ketegangan. Di saat seperti itu, tiba-tiba saja Veranda memasuki ruangan tanpa diundang."Kenapa kamu datang ke sini, Ra? Bagaimana kalau ada yang melihat?" tanya Reygan, mencoba menutupi kekhawatirannya.“Aku kangen, Rey. Kita sudah cukup lama nggak ketemu. Bahkan di hari pekan pun kamu menghabiskan waktu sama gadis itu!” sahut Veranda dengan sinis ketika melihat sikap kekasihnya yang acuh tak acuh. Reygan mencoba memberikan penjelasan, sambil memijat pelipisnya. "Kita kan sudah janjian akan bertemu nanti malam. Kenapa kamu jadi nggak sabar begini?"“Kamu nggak kangen apa sama aku? Sudah ya, asyik kamu sama gadis itu?” goda Veranda lalu duduk di atas pangkuan Reygan dengan gaya yang sangat menggiurkan. Reygan mencoba membela diri. "Kamu ini bicara apa sih, Ra? Beberapa minggu ini aku memang sibuk. Kamu bisa lihat sendiri," jawabnya, menunjuk tumpukan dokumen
Baca selengkapnya
BAB 23 Kecelakaan
Ayrin baru saja menyelesaikan tugasnya mengantarkan status pasien yang baru saja dioperasi ke ruang pemulihan. Gadis itu menoleh dan melihat Rahma datang tergopoh-gopoh ke arahnya.Rahma menarik tangan Ayrin dengan cepat, "Ikut gue, Rin.”Ayrin mengangkat alis heran, "Ada apa, Ma? Kenapa buru-buru begini?"Ayrin yang heran mencoba menyusul langkah Rahma, tetapi setiap kali ia mencoba bertanya, Rahma hanya menggelengkan kepala dengan serius. Begitu mereka tiba di depan pintu ruang gawat darurat, Ayrin bisa merasakan denyut jantungnya semakin cepat.Pintu terbuka, dan pemandangan yang menyambut mereka membuyarkan segala keraguan. Dua orang pasien berlumuran darah terbaring di atas brankar. Ayrin menelan ludahnya saat matanya mengenali wajah salah satu pasien."Mas Ray?" desis Ayrin, dan suaranya hampir tidak terdengar.Dokter Ikhsan dan Suster Ratna bergerak dengan sigap untuk merawat kedua pasien yang tiba. Rayden masih sadar, menatap Ayrin sebelum kehilangan kesadarannya lagi.“Kecela
Baca selengkapnya
BAB 24 Ciuman Kakak Ipar
Dua hari dua malam telah berlalu sejak Ayrin ikut mengobservasi Rayden di ruang perawatan. Setiap kali ada kesempatan, terutama saat Veranda tidak berada di sana, gadis itu dengan penuh perhatian mendampingi kakak iparnya. Bahkan pada malam kedua, meskipun bukan gilirannya tugas malam, Ayrin tetap memilih untuk ikut jaga.Namun, perhatiannya mulai menimbulkan kecurigaan di antara perawat dan teman-temannya. Mereka menyadari bahwa Ayrin tidak hanya memperhatikan Rayden sebagai pasien atau kakak iparnya, tetapi lebih dari itu.Terlebih lagi, Reygan, suami Ayrin, juga merasa tidak setuju dengan keputusan istrinya. “Jaga malam lagi?” tuntut Reygan dengan dingin saat mengantar Ayrin ke rumah sakit. “Atau kamu mau menjaga dia?”“Dia itu kakak kamu sendiri, Mas.” "Saya nggak peduli dia kakak saya atau bukan. Yang saya tanya kenapa kamu mau repot-repot menemani dia? Memang istrinya ke mana?" tanya Reygan dengan ekspresi serius.“Ini sudah tugas aku, Mas. Aku juga nggak mungkin cuma jaga Ma
Baca selengkapnya
BAB 25 Perlu Bernapas
“Wajahmu masih pucat, Rin. Kamu yakin nggak sakit?” tanya Reygan setelah mereka tiba di apartemen dan masuk ke dalam kamar. “Apa benar kamu lihat hantu di rumah sakit?” tanya pria itu lagi dengan setengah bergurau saat melihat istrinya hanya diam. “Ah, aku nggak apa-apa kok, Mas. Mungkin cuma capek.” Ayrin langsung menggigit bibir bawahnya“Kamu yakin?” Reygan menyentuh kening Ayrin dengan lembut dan penuh perhatian. Sementara gadis itu hanya bisa mengangguk.Diperlakukan begitu lembut oleh suaminya membuat gadis itu merasa bersalah. Ingin sekali rasanya Ayrin berkata jujur tentang ciuman itu. Tapi bagaimana cara menjelaskannya?“Kalau begitu sebaiknya kamu istirahat, Rin.”“Aku mau bersih-bersih badan dulu, Mas. Rasanya badan penuh kuman,” sahut Ayrin tanpa berani menatap mata suaminya. “Mau saya siapkan air hangatnya?Ayrin memejamkan matanya. Melihat perhatian Reygan membuat gadis itu merasa semakin tidak enak didera perasaan berdosa. “Maafkan aku, Mas,” bisik Ayrin dengan liri
Baca selengkapnya
BAB 26 Cinta Masa Lalu
“Tumben nggak nengok pasien istimewa, Rin,” kata Nina, menggoda Ayrin ketika mereka berpapasan di koridor. “Kondisinya sudah stabil, kan? Untuk apa lagi aku ke sana?” Ayrin menjawab dengan acuh tak acuh.“Tapi, dia nanyain lo terus loh, Rin. Dia nanya keadaan lo juga tadi,” sahut Nina sambil mengikuti langkah Ayrin.“Istrinya ada?” tanya Ayrin tanpa menoleh ke arah temannya. “Mereka baru aja datang. Lo nggak mau ketemu?”“Masih sibuk,” balas Ayrin dengan datar. “Aku duluan, ya.”Tanpa menunggu respon Nina, Ayrin terus melanjutkan langkahnya. Gadis itu berhenti ketika melihat sosok yang
Baca selengkapnya
BAB 27 Rasa Cemas
Reygan menatap wajah istrinya dengan kecemasan yang sulit disembunyikan. "Kamu yakin baik-baik saja?""Kepalaku pusing sedikit, mungkin karena kelamaan belajar buat ujian," jawab Ayrin, mencoba tersenyum.“Mau pulang saja?” tawar Reygan dengan khawatir. Ayrin langsung menolak dengan lembut, "Ah, nggak usah, Mas. Masa kita nggak datang di ulang tahun papa.""Kalau kamu memang lagi sakit, kita bisa bilang sama papa. Saya yakin papa ngerti," usul Reygan, masih mencoba membujuk istrinya.Ayrin menarik napas panjang, berusaha untuk tetap bersikap tenang di hadapan suaminya. Pria itu tidak boleh tahu kegelisahannya. “Kalau memang nggak kuat nanti aku bilang
Baca selengkapnya
BAB 28 Ultimatum
Daisha melangkah tegas dari kejauhan, suaranya menggelegar di udara. "Jadi begini kelakuanmu di belakang suamimu?" Desisnya tajam, mengiris keheningan yang tengah melingkupi pertemuan keluarga itu.Ayrin masih membeku di tempatnya saat Daisha mendekat. Tiba-tiba, perasaannya menjadi tidak enak dan kepalanya benar-benar pusing."Kamu merebut pria yang aku cintai, dan sekarang kamu bermain gila dengan pria lain?" Daisha berkata dengan nada tinggi, memancarkan kemarahan yang membara."Memangnya apa yang Mbak lihat?" Ayrin berpura-pura tenang, namun getaran cemas masih terdengar di suaranya.Daisha menatapnya dengan penuh muak. "Buah memang jatuh tidak jauh dari pohon. Kamu dan ibumu sama saja!"Kali ini, emosi Ayrin terpancing,
Baca selengkapnya
BAB 29 Sebuah Luka
Ayrin melangkah sambil menahan rasa sakit di tubuhnya. Gadis itu tidak langsung kembali, dia memilih menyegarkan wajahnya dan membersihkan pakaiannya. Reygan tidak boleh tahu apa yang terjadi dengannya. Setelah selesai, Ayrin keluar. Sekuat tenaga dia menahan rasa sakitnya. Dan dia baru saja tiba di tengah jalan setapak ketika melihat suaminya berjalan berdua dengan Veranda dari arah belakang taman.Goresan luka di tubuhnya membuat gadis itu tidak mampu memikirkan apa pun. Tanpa rasa curiga, dia mendekati suaminya yang tampak terkejut. “Ayrin!” desah Reygan. "Aku mau pulang, Mas," kata Ayrin dengan suara gemetar, bukan karena cemburu, melainkan karena rasa sakit di tubuhnya yang sulit ditahan.Ta
Baca selengkapnya
BAB 30 Setitik Air Mata
“Tahan sedikit lagi, Rin,” kata Reygan yang sedang mengobati luka di punggung istrinya. Segurat rasa sakit itu tidak hanya dirasakan oleh Ayrin. Ketika tangan gadis itu mencengkeram sprei dengan kuat, Reygan seolah bisa merasakan kesakitannya. “Maafkan saya, Rin.” Reygan mengecup lembut setitik air mata yang turun di sudut mata istrinya. “Semuanya bukan salahmu, Mas,” balas Ayrin dengan lemah. Digigitnya bibir bawahnya dengan kuat, menahan rasa sakit yang tak kunjung sirna.Mendengar suara istrinya yang begitu lemah, hati Reygan semakin teriris. Terlebih saat menatap punggung istrinya yang penuh dengan luka  yang masih basah. Jika diperhatikan lebih dalam, ada bekas-bekas luka lainnya yang baru saja pria itu sada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status