Semua Bab Lelaki Kontrak Super Kaya: Bab 11 - Bab 20
96 Bab
Bab. 11
"Kau benar-benar licik, Kalila. Kita tidak pernah membuat janji seperti itu," ujar Dewa sambil menatap tajam ke dalam mata Kalila.Bahkan, semua peserta meeting lebih memilih untuk mengambil break karena melihat perdebatan antara Dewa dan Kalila."Semua itu bisa dibuat jika kau punya uang, Dewa," kekeh Kalila."Bagaimana kalau aku bisa membuat perusahaan itu semakin maju?" tanya Dewa kepada Kalila.Kalila terdiam sejenak, kemudian menyilangkan tangannya di depan dada, seolah sedang memikirkan tawaran apa yang akan diberikannya kepada Dewa."Yakin kau bisa? Untuk orang tidak berpengalaman sepertimu, aku rasa hanya bisa menghancurkannya," kekeh perempuan paruh baya itu meremehkannya."Kau tinggal sebut saja, bagaimana bila aku bisa membuktikan kemampuanku? Apa kau yang harus aku masukkan ke penjara?" tanya Dewa mendesak Kalila."Aku akan berikan kau saham di Golden Line sebesar 50%," jawab Kalila sembari tersenyum menghina. Golden Line adalah perusahaan milik William Nurmanegara.Bagi K
Baca selengkapnya
Bab. 12
Braaak!"Apa yang kalian lakukan? Dasar jalang!" teriak Dewa."Kalian benar-benar menjijikkan!" teriak Dewa sembari membanting barang-barang yang ditemuinya.Tangan terkepal dengan sorot mata yang tajam, benar-benar mengerikan. Dewa menatap ke atas ranjang seolah ingin menguliti apa yang dia lihat."Aarrght!" Dewa berteriak kesal.Dewa marah bukan main, bahkan dia berteriak marah. Ingin sekali dia menghajar dua orang yang sedang bergumul diatas ranjang tersebut."Akan ku bunuh kalian!" Dewa tampak berjalan dengan marah mendekati ranjang. Namun, semua itu di urungkannya. Bagaimana mungkin dia menghajar perempuan, harga dirinya terasa seperti terkoyak-koyak."Ternyata aku kurang cantik, Kalila…," kekeh Dewa dengan urat kening dan leher yang menonjol saking marahnya."Apa ini alasannya, Kalila?" tanya Dewa kepada sang istri yang masih berada di atas pembaringan."Kenapa? Kenapa Kalila? Kenapa kau seperti ini?!" tanya Dewa dengan kemarahan yang belum reda di wajahnya."Apa dia sangat per
Baca selengkapnya
Bab. 13
“Aku akan menyembuhkanmu, Kalila,” ujar Dewa setelah terdiam beberapa saat melihat tubuh Kalila yang polos. Sebisa mungkin Dewa menahan hasratnya, karena dia tahu wanita di depannya itu tidak normal.“Apa aku tidak salah dengar?” tanya Kalila menyipitkan matanya mendengar apa yang disampaikan oleh Dewa.“Aku akan membantu kau sembuh dari penyakit ini!” jawab Dewa tegas mengulangi perkataannya agar Kalila memberikan dia waktu dan kesempatan untuk menyembuhkan Kalila menjadi wanita normal lainnya.“Kau pikir aku sakit? Aku tidak sakit, Dewa. Inilah hidupku, Dewa. Kau tidak mengenalku dengan baik, jadi jangan sembarangan berkata. Aku tidak suka! Dan jangan campur kehidupan pribadiku!” teriak Kalila marah saat mendengar Dewa mengatakan dia sakit, dan perlu penyembuhan.Bagi Kalila apa yang dia dan Desti lakukan itu adalah hal yang wajar, mereka sering bersama dan timbul rasa saling mencintai. Dan juga sesama wanita, mereka tidak akan pernah saling menyakiti, itu yang menjadi pedoman Kalil
Baca selengkapnya
Bab. 14
"Kau terlalu bersemangat," jawab Kalila sambil memejamkan matanya, dia menggeleng mendengar pertanyaan Dewa. "Shiit!"Hal itu membuat Dewa merasa terhina karena sebagai seorang lelaki perkasa dia bahkan tidak bisa menaikkan hasrat Kalila. Padahal Dewa melakukan dengan penuh perasaan, bahkan hasratnya sendiri tidak bisa ditahan ketika melihat tubuh mulus Kalila."Mulutmu boleh mengatakan kau tidak bernafsu, kau tidak tertarik. Tapi, setiap bagian tubuh kau itu memberikan respon yang berbeda. Jangan jadi orang yang munafik, Kalila," ujar Dewa kesal.Dewa berpikir kalau Kalila hanyalah menahan dirinya agar tidak tergoda dengan lelaki. Itu semua karena dia takut dan merasa dibayangi masa lalu membuat Kalila memaksakan dirinya kalau dia tidak tertarik dengan lelaki.Dari tubuh Kalila, Dewa tahu sebenarnya dari dalam tubuhnya masih merespon sentuhan lelaki. "Nikmati saja apa yang kau rasakan, Kalila. Aku tahu, mungkin kau tidak lagi terbiasa, namun kalau kau mau berubah itu belumlah terla
Baca selengkapnya
Bab. 15
Hingga menjelang pagi ternyata Dewa tertidur diluar rumah, Dewa terbangun karena merasakan sesuatu yang lembut menyentuh wajahnya."Hmmmm.""Ternyata sudah pagi," gumam Dewa sambil menyipitkan matanya.Perlahan Dewa membuka matanya, sinar matahari membuat matanya silau. "Kalila?" tanya Dewa heran karena saat membuka matanya wajah sang istri yang pertama kali dia lihat."Iya, ini sudah pagi. Waktunya bekerja, rumah ini bukan panti sosial yang akan menampung orang-orang pengangguran," jawab Kalila santai."Iya, terima kasih," jawab Dewa pelan. Dewa duduk, seolah-olah nyawanya belum terkumpul. Sambil memijat pelipisnya Dewa berdiri dan bersiap masuk ke dalam rumah Kalila bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, begitupun dengan pengawal yang semalam Dewa temui sedang bersama dengan Kalila. Mereka tidak menunjukkan adanya hubungan yang spesial, hal itu membuat Dewa hanya bisa menggelengkan kepalanya."Sungguh kalian tidak memiliki rasa malu sama sekali," gumam Dewa."Entah apa yang salah
Baca selengkapnya
Bab. 16
"Shiiit!" kesal DewaPerdebatan sengit terjadi sehingga mengundang manager tempat itu melerai mereka. Dengan sombongnya si penjaga menghina Dewa, alasan utama mereka adalah karena mereka belum pernah melihat kedatangan Dewa selama ini di tempat mereka. Apalagi Dewa dengan mengenakan pakaian yang serba lusuh.“Disini kalau booking room harus pesan minuman dan tidak boleh lebih dari satu jam kalau hanya satu gelas minuman,” jelas Manager yang bernama Xena itu dengan senyum terpaksa dari bibirnya. Mungkin dia berusaha bersikap profesional agar tidak terlihat arogan, padahal jelas dari senyumannya kalau dia sangat sombong dan tidak berbeda dengan sikap sekuriti tadi.“Harga minuman disini satu gelasnya sangat mahal bukan seperti es teh manis di pinggir jalan,” lanjut Xena.Dewa benar-benar kesal dengan sikap orang-orang sombong ini, yang hanya menilai seseorang dari penampilan.“Saya datang kesini karena saya mampu membayar! Berapa yang harus saya bayarkan?” tanya Dewa.“Saya setuju denga
Baca selengkapnya
Bab. 17
Dewa melayangkan pukulannya ke wajah lelaki itu hingga dia melepaskan Aulula dari pelukannya.“Kau mau mati?” tanya Dewa menarik leher baju lelaki itu dengan berang.Orang itu juga berusaha memberontak. Namun, tenaganya kalah dengan kekuatan Dewa.“Kau kenal dia?” tanya Dewa kepada Aulula.Aulula menggeleng sambil duduk dengan raut wajah yang ketakutan.Bught! Bught!Dewa kembali memukul wajah lelaki itu dengan sekuat tenaga, hingga sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah. Dan orang itu tidak mampu memberikan perlawanan sedikitpun. Hingga wajah lelaki itu sudah babak belur, dan tergeletak di lantai.“Pergi dari sini!” teriak Dewa marah dengan menendang lelaki itu, namun sepertinya lelaki itu tidak memiliki tenaga untuk bergerak. Dia hanya menyapu sudut bibirnya yang terus mengeluarkan darah.Kemudian salah seorang karyawan tempat karaoke masuk kedalam ruangan Dewa."Maaf mengganggu. Orang ini mabuk," ujar karyawan itu dan segera memampah si lelaki mabuk untuk keluar dari ruangan Dew
Baca selengkapnya
Bab. 18
Merasa tidak mendapat penolakan dari Aulula, Dewa semakin berani. Dia kini dengan tergesa-gesa menurunkan salah satu tali tank top Aulula. Hasrat Dewa pun memuncak. Pandangan keduanya bertemu. Dewa kembali melihat ke arah dada Aulula yang ternyata tato yang tadi membuat Dewa penasaran itu hingga ke bagian sensitifnya hingga gairah Dewa semakin liar dan tidak terkendali.Karena nafsu yang sudah memuncak dari keduanya, akhirnya Aulula mengajak Dewa untuk pergi ke kamar yang tersedia khusus untuk pelanggan yang di sediakan oleh tempat karaoke tersebut. Dewa hanya menurut.“Pak Dewa, beristirahatlah di sini. Karena di sini bapak akan lebih merasakan ketenangan daripada di ruangan karaoke,” ujar Aulula setelah mereka tiba di kamar khusus tersebut.Aulula duduk didalam pelukan Dewa untuk memancing hasrat Dewa, bahkan kemudian Aulula sengaja menurunkan salah satu tali tanktopnya memamerkan tubuhnya yang begitu indah.Dewa sudah tidak tahan dengan godaan yang diberikan oleh Aulula tersebut, a
Baca selengkapnya
Bab. 19
“Kurangajar!” teriak Dewa marah. Dia mencoba menelepon kembali nomor tersebut, namun tidak bisa."Aku akan membunuhmu!" teriak Dewa mendorong tubuh Aulula yang masih saja memeluknya. Mendengar hal itu, wajah Aulula memucat ketakutan. Dia tidak tahu salahnya dimana dan Dewa akan membunuhnya."Pak, apa salahku?" tanya Aulula pelan.Dewa tersentak mendengarnya, apalagi saat melihat wajah Aulula pucat pasi karena ketakutan."Maaf, bukan kau maksudnya. Seseorang menelepon dan memancing emosi," jawab Dewa pelan."Aku harus pergi!" ujar Dewa kemudian.Dia mengenakan segera pakaiannya dan bergegas meninggalkan tempat hiburan itu tidak peduli dengan Aulula yang sibuk bertanya."Pak Dewa mau ke mana?!" teriak Aulula yang mencoba menahan Dewa.Namun, Aulula tidak berhasil karena Dewa segera menepis tangan Aulula yang menariknya tersebut. Namun, sebelum pergi dari kamar Aulula tersebut, Dewa ternyata masih sadar kalau dia memesan jasa Aulula untuk menemaninya. Sehingga Dewa meninggalkan sejumla
Baca selengkapnya
Bab. 20
"Siapa yang harus aku hubungi untuk bertanya tentang ibu?" tanya Dewa pelan sambil terus memandang layar ponselnya.Selama ini, Dewa tidak pernah tahu dengan siapa ibunya bergaul, apa lagi saat dia tinggal di penjara. Jadi, Dewa benar-benar tidak tahu dan tidak mendapatkan bayangan. Dewa berusaha menelpon salah seorang teman ibunya tinggal di lokalisasi tempat mereka dulu, namun ternyata teman ibunya juga tidak tahu Rasti memiliki masalah dengan siapa. Karena selama ini dia tidak pernah tahu jika Rasti memiliki hutang ataupun memiliki masalah dengan orang lain.Bahkan teman ibunya tersebut marah-marah karena Dewa menelponnya di saat dia sedang melayani pelanggan."Kau sepertinya tidak tahu waktu dan tidak tahu pekerjaan orang, ya? Apa kau tidak melihat sekarang jam berapa? Dan kau tahu pekerjaanku adalah kebanyakan di malam hari, kau malah menelpon menanyakan masalah ibu kau, ya mana aku tahu!" teriak teman ibunya tersebut dengan nafas yang terburu-buru, bahkan Dewa sempat mendengar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status