All Chapters of JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!: Chapter 91 - Chapter 100
287 Chapters
Rambut yang Salah
“Apa aku harus memberinya cuti tanpa batasan hari?” Ryu bergumam, saat melihat Ayu tertidur di sofa yang ada di kamar Hide. Hari ini batas akhir cuti Ayu, besok dia harus kembali masuk. “Akan mencurigakan,” bisik Inoue. Berhati-hati agar Ayu tidak terbangun. Tentu ia akan melihat Ryu jika bangun nanti. Dan itu yang sedang berusaha mereka cegah dengan datang tengah malam saat Ayu tertidur. “Ya, tapi aku tidak tega juga.” Melihat Ayu yang terus berada di samping Hide, membuat Ryu berniat untuk membantu. Tapi sulit juga memberi bantuan tanpa terlihat aneh. Masa cuti Ayu tidak boleh lebih dari yang lain, atau Ayu sendiri juga akan curiga. “Ayu-san mengatakan ia akan datang saat malam.” Inoue menyebut rencana Ayu yang diucapkannya tadi sore saat dirinya datang. “Hmm… Kalau begitu aku akan memastikan tidak ada target tambahan untuk Mori dan yang lain.” Ryu hanya akan memastikan mereka tidak perlu lembur. “Dan sampai kapan keadaan ini harus berlangsung? Lebih baik kau segera bangun!” R
Read more
Pertanyaan yang Salah
"Siapa yang sakit?” tanya Mori, pada Ayu yang membungkuk di depannya.Tentu Ayu meminta maaf karena dia mengajukan cuti dengan tiba-tiba. Cuti itu akan mengganggu laju pekerjaan tim dua. Kyoko mungkin tidak keberatan lagi, tapi Ayu jelas masih merasa bersalah. Untung saja tadi Kyoko mengatakan tidak ada tambahan target apapun minggu ini, jadi Ayu bisa sedikit tenang, tapi tetap ia merasa harus meminta maaf pada Mori.Permintaan maaf yang tentu ditanggapi dengan tenang oleh Mori, tapi pertanyaan yang tadi tidak diharapkan oleh Ayu. Ayu tidak ingin menjawabnya.“Orang yang merawat saya sejak kecil.” Ayu menyebutkan sesamar mungkin.“Oh, ya. Aku mengerti. Tentu saja kau harus menemaninya. Tidak perlu merasa bersalah. Dengan beban kerja yang ada sekarang, aku rasa Kyoko juga sudah cukup menyelesaikanya. Kau boleh mengajukan cuti tambahan jika ingin. Kau pakai saja hadiah yang kemarin, karena kita tidak sedang sibuk.”Mori mengingatkan hadiah cuti tambahan yang belum dipakai oleh Ayu, Sela
Read more
Tangan yang Tidak Salah
Ayu ingin menangis menumpahkan seluruh frustrasi yang dirasakannya selama beberapa hari ini, tapi sangat sadar jika ini saat penting yang tidak memperbolehkan dirinya untuk lengah. Ayu meraih tombol pemanggil dan tidak sampai dua tiga menit, kamar itu penuh. Ayu tadinya mengira hanya akan ada perawat dan dokter jaga yang akan datang memeriksa keadaan Hide, tapi setelah melihat Hide sadar, perawat yang datang segera berlari keluar, dan setelahnya ada lima orang dokter datang sekaligus dengan berlari dan tergesa. Setelah itu masih ada tiga lagi yang masuk, semuanya mengerumuni Hide. Ruangan kamar itu luas dan cukup lapang, tapi perlahan terasa sesak dan berisik. “Anda masih harus tinggal disini untuk observasi sampai tenaga Anda pulih. Tidak bisa jika ingin segera pulang.” Salah satu dokter menolak keinginan Hide untuk pulang, dengan sangat cepat. Hide mengeluh tapi tidak bisa memprotes juga. Mengakui tenaganya sudah habis hanya dengan sedikit bicara untuk meminta pulang tadi. Dokter
Read more
Kesalahan Sudut Pandang
Hide menunjuk selimut yang ada di kursi, dan Inoue bergegas mengambil. Tapi saat ingin menebar kain itu di kaki Hide, Ryu mencegah. Ia menunjuk Ayu. Dan Ryu yang menang, Hide tidak jadi memprotes. Selimut itu memang untuk Ayu yang lagi-lagi tertidur menelungkup di dekat tangan Hide.Setelah pembicaraan mereka yang membuat Ayu kesal. Hide sempat tertidur karena pengaruh obat, dan menemukan Ayu juga kembali tertidur.Tapi bukan hanya ada Ayu, Inoue dan Ryu juga menunggu di dalam kamar. Mereka datang begitu Ryu menerima laporan dari dokter.“Apa aku perlu memindahkan Ayumi ke sofa?” bisik Ryu, bermaksud baik tentunya, agar Ayu lebih nyaman.Tapi Hide memberi balasan dengan pandangan mata, yang dengan sangat mudah diartikan ‘jika kau menyentuhnya, maka kau akan mati’. Belum lagi resiko Ayu terbangun dan melihat Ryu.“Oke. Aku hanya menawarkan.” Ryu kembali berbisik lalu mendekati ranjang.“Untuk apa kalian memberitahunya?” desis Hide.“Karena dokter mengatakan kau akan mati,” kata Ryu, lu
Read more
Entah Niat yang Benar atau Salah
Inoue memeriksa catatan pada halaman berikut, dan menyebutkan hal yang harus diselesaikan Hide.“Nakano-san menghubungi Anda. Dia ingin…”“Tolak apapun yang diinginkannya. Aku tidak ingin mengurusnya sekarang,” potong Hide. Ia tidak sedikitpun ingin membuang waktu dengan mengurus tunangan palsunya saat ini.“Lalu bagaimana dengan yang aku minta beberapa hari yang lalu?” tanya Hide. Meminta laporan hasil penyelidikan yang kemarin diperintahkan.“Saya baru sempat memeriksa separuh dari yang ada, dan sudah menemukan beberapa kasus yang hampir mirip seperti itu. Saya bisa memberikan laporan yang ada, tapi tentu belum akan lengkap.” Inoue bekerja cepat, tapi bukan berarti ajaib. Jumlah data yang diperiksanya berlingkup sangat luas.“Kalau begitu nanti saja setelah lengkap. Semua sekaligus.” Hide tentu saja maklum.Inoue mengangguk, dan kembali mencatatkan perintah itu pada tabletnya.“Pastikan tidak ada yang tahu apa yang kau lakukan. Aku tidak ingin pihak-pihak yang terlibat mulai curiga.”
Read more
Tebakan yang Semakin Salah
“Ini apa?” Ayu bingung saat menerima jaket dan topi dari Inoue. Dia tidak membutuhkan pakaian tambahan apapun.“Anda harus memakainya,” kata Inoue.“Hah? Untuk apa?”Ayu memandang pakaiannya sendiri. Hari ini dia memakai kaus dan celana panjang hangat juga kardigan, tidak perlu jaket lain. Topi masih bisa dimaklumi, tapi tidak dengan jaket.“Pakai saja. Berikan cardigan itu untuk Inoue. Kau pakai jaket dan lipat rambutmu di dalam topi.” Hide menyahut sambil berdiri dari ranjang. Mengernyit karena sakit, tapi tetap maju dua langkah menghampiri Ayu.“Kalau kau ingin pulang bersamaku, maka kau harus memakainya. Jaket dan topi ini.” Hide mengambil topi dari tangan Ayu, lalu memutar tubuhnya.“Hm?” Ayu tentu saja menurut, terlambat juga untuk memprotes. Hide berdiri di belakang Ayu dan merangkum rambut panjang Ayu dalam tangannya, lalu melipatnya ke atas.“Kenapa kau memanjangkan rambut? Biasanya kau lebih suka yang ringkas.” Hide tidak ingat kapan Ayu terakhir kali memiliki rambut panjang
Read more
Kebaikan yang Terasa Semakin Salah
“Oh, sudah berubah.” Ayu kaget saat mereka sampai di rumah Hide.Ada beberapa perubahan yang karena keadaan Hide, terutama di kamarnya. Kamar Hide memiliki ranjang besar. Mode modern dengan bed cover warna tanah dan bantal hitam.Sedikit tidak cocok dengan suasana, tapi estetika tidak akan begitu penting dibanding kenyamanan Hide. Tubuhnya akan menerima tekanan lebih jika harus bangun dari lantai setiap kalinya.“Ya. Dan untung saja.”Hide melangkah dengan tongkat, dan perlahan—dengan gerakan sangat pelan berbaring di ranjang itu. Jika tidak ingat lukanya, Hide akan menghempaskan diri ke atas ranjang itu. Ia membuang tongkat yang ada di tangannya dan menghembuskan napas lega.Hide mulai mengerti apa alasan dokter melarangnya pulang. Tubuhnya sudah merasa amat sangat letih padahal hanya
Read more
Kesalahan yang Disengaja
Hide memandang Ayu yang sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Hide tidak menyukai pemandangan itu, karena Ayu memakai seragam Shingi Fusaya“Kau akan berangkat?”Pada saat yang sama Hide memaki dalam hati. Sepertinya Ryu akan kehilangan satu nyawanya lagi karena tidak bisa mencegah Ayu berangkat kerja, padahal sudah jelas dia pemilik kekuasaan tertinggi dari Shingi Fusaya saat ini. Seharusnya hal itu dengan mudah bisa dilakukan.“Ya, tentu saja. Aku sudah mengatakan kemarin jika aku harus bekerja bukan? Aku sudah menyiapkan makan siang juga,” kata Ayu, sambil menunjuk kulkas. Dia menyimpan makan siang di situ.Hide tidak menyahut dan melangkah menuju kursi.“Aku tadinya ingin membawa sarapan ke kamar, tidak perlu ke sini,” kata Ayu, dia sudah meletakkan sarapan Hide di nampan.Ayu tidak ingin Hide banyak bergerak. Luka itu membuatnya cepat lelah. Hide juga masih memakai tongkat, dan berjalan lambat unt
Read more
Hanya Sentuhan tapi Salah
Masih dengan gelisah, Ayu membawa tas perlengkapan—obat dan perban, lalu menggeser pintu kamar Hide sampai terbuka. Pemandangan yang ada di depannya, membuat Ayu ingin berbalik dan lari. Tapi kakinya tetap diam pada akhirnya. Hide sedang duduk diatas ranjang, dan melepaskan kancingnya satu persatu, berurutan.Ayu berharap Hide sudah melakukan hal itu sejak tadi, jadi ia hanya perlu mengganti perban saja, tidak perlu melihat proses bagaimana Hide membuka kemeja. Hasilnya mungkin sama—Ayu akan melihat tubuh Hide—tapi proses sangat mempengaruhi. Fatal.Melihat bagaimana tubuh Hide terbuka sedikit demi sedikit, terasa lebih buruk—atau mungkin lebih baik, Ayu tidak bisa memutuskan—daripada saat melihatnya secara langsung terbuka lebar.Ayu menghela nafas, memalingkan kepalanya setelah beberapa detik—setelah
Read more
Usulan yang Sangat Salah
“Bukankah seharusnya kau sedang sibuk? Kenapa menggangguku?” Kyoko menjawab telepon dari Ayu dengan sedikit ketus.Ayu bisa membayangkan apa yang menyebabkan hal itu. Pasti sekarang Kyoko sedang menonton atau membaca manga, dan jengkel karena Ayu mengganggunya. Sikapnya saat bekerja maupun sedang membaca manga biasanya sama. Sangat tidak suka saat ada yang mengganggu.“Ya, aku sibuk tadi. Sudah selesai tapi. Aku sudah memasak dan lain-lain,” kata Ayu, sambil duduk di rumput, yang ada di tepi kolam ikan, di taman tengah.“Lalu sekarang kau bosan dan menghubungiku? Akhirnya ingat padaku?” Selain ketus, Ayu bisa mendengar Kyoko yang sedang jengkel. Dan Ayu juga tahu apa sebabnya.“Aku bukannya tidak ingin berpamitan denganmu, tapi keputusan itu benar-benar mendadak. Kau tidak boleh marah padaku, Kyoko-chan,” kata Ayu, setengah merayu.Kyoko sedikit marah saat Ayu tiba-tiba meninggalkan apartemen tanpa be
Read more
PREV
1
...
89101112
...
29
DMCA.com Protection Status