Semua Bab JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!: Bab 141 - Bab 150
287 Bab
Kebenaran yang Bisa Diurus Nanti
“Apa ini akan permanen?” Hide langsung bertanya hal yang ingin diketahuinya, begitu Hayashi dan dirinya, sampai di luar kamar.Hayashi mengusap rambutnya yang putih dan kerutan di keningnya bertambah.“Jawabannya, aku tidak tahu.” Hayashi menyebut jawaban jujurnya sambil menghela napas panjang.Kalau tidak ingat Hayashi sudah berjasa sangat besar untuk membuat Ayu sembuh, Hide mungkin akan membentaknya dengan kata tidak berguna.Adalah tugasnya untuk membuat diagnosa atas keadaan Ayu, bukan menjadi tidak tahu. Adalah bagian Hide untuk tidak menjadi tidak tahu.“Mungkin jawaban ini tidak akan memuaskanmu.” Hayashi rupanya melihat bagaimana Hide menahan emosinya.“Tapi aku benar-benar tidak bisa memberi jawaban pasti. Dokter syaraf yang dulu bekerja sama denganku me
Baca selengkapnya
Membangun Kebenaran yang Baru
Ayu menatap Hide yang berjalan masuk, dan kembali harus meletakkan tangan di dadanya. Ayu merasa tidak normal karena jantungnya merespon dengan sangat bersemangat. Atau mungkin sosok pria itu tidak normal. Ayu tidak bisa membayangkan proses bagaimana dia menikah dengan pria yang begitu… tampan.Ayu mengakuinya. Ryu yang tadi bersamanya tampan, manis dengan wajah bersih. Wajah Hide jelas berkebalikan dari itu.Hide tampan, tapi tidak manis dan terlihat kasar oleh cambang yang mungkin berumur beberapa hari. Tapi sisi liar itu jelas membuatnya gila. Ayu merasakan perutnya mendadak hangat saat mata gelap itu memandangnya.Ayu ingin berpaling—tidak sanggup menahan pesona berlebihan itu, tapi memutuskan untuk tetap memandang. Akan sedikit aneh jika dirinya berpaling tiba-tiba. Dan seharusnya mereka suami istri. Ayu ingin cepat mem
Baca selengkapnya
Warna Indah yang Sudah Benar
“Kau kenapa?” Ayu semakin bertambah heran, saat melihat Hide menunduk dan menutup wajahnya dengan tangan.“Maaf, sebentar.” Hide perlu menenangkan diri. Ketakutan yang dirasakannya tadi nyata. Ia sudah bersiap menghadapi Ayu yang mengeluh kesakitan, dan jelas sudah mengkhawatirkan luka bekas operasinya.Tapi Ayu ternyata benar-benar kosong. Harapannya ada yang terkabul. Sedikit warna cerah terlihat di antara semua hitam yang menyelimutinya.“Apa kau baik-baik saja?” Ayu kembali bertanya sambil menyentuh tangan Hide, yang perlahan mengendurkan cengkraman.“Ya, aku baik-baik saja. Semua baik-baik saja.” Senyuman Hide yang datang, kembali membuat jantung Ayu meronta. Ayu dengan reflek menutup bibir Hide.“Jangan tersenyum seperti itu,” keluh Ayu. Hide bertanya
Baca selengkapnya
Wajah yang Sebenarnya
“Apa dia sudah datang?” tanya Ryu, saat melihat Inoue yang berdiri menyambutnya. “Sudah. Sangat tepat waktu. Tidak lebih satu menit pun,” jawab Inoue, sekaligus menyindir. Ryu hanya bisa tersenyum masam, karena memang ia bersalah. Ryu terlambat. Ia harus mengurus sesuatu dulu di Shingi Fusaya dan baru bisa meninggalkan kantornya setelah setengah jam lewat dari perjanjiannya dengan Kyoko. Keterlambatannya fatal. Tak punya waktu untuk berbasa-basi dengan Inoue, Ryu bergegas membuka pintu kantor Hide. Ryu memang meminta Inoue untuk mengatur pertemuan di kantor Hide, yang jelas akan kosong sampai beberapa minggu ke depan. Kyoko yang menunggu di dalam, bergegas berdiri dan tampak terkejut melihat Ryu. “Anda…” “Ya, aku yang akan men
Baca selengkapnya
Temukan yang Benar
Kyoko sedikit tersentak dan memandang Ryu saat dia menyebut ‘menyukai’, tapi kemudian sadar Ryu hanya bermaksud menyebut secara umum, tidak ada dalam artian istimewa. Tidak masuk akal juga jika tiba-tiba Ryu mengucapkan hal seperti itu.“Dan aku setuju dengan itu. Pekerjaan Perdana Menteri yang ini buruk sekali. Jika dia masih punya malu, seharusnya mengundurkan diri saja.” Ryu menyetujui pendapat Kyoko, dan mengangguk puas.“Setelah ini, aku harap kau bisa membantuku memenangkan perdebatan apapun dengan Hide,” kata Ryu.“Hah? Apa?” Kyoko kebingungan.“Lupakan.” Ryu mengibaskan tangan. Terlalu dini untuk membahas itu.“Soal perdana menteri yang tadi—dia buruk, tapi kau tidak bisa menyalahkannya pada Hide saja, karena ada klan lain yang juga terl
Baca selengkapnya
Masa Lalu yang Lebih Benar
“Perban lagi!”Ayu menolak, saat perawat akan meninggalkannya. Ia ingin perawat itu kembali membebat kepalanya seperti kemarin.“Tanaka–san, ini sudah tidak perlu. Luka bekas operasinya sudah membaik.” Perawat itu tersenyum. Balutan seluruh kepala itu tidak lagi diperlukan. Saat ini hanya tertinggal perban kotak yang menutup bagian samping belakang kepalanya.Tapi perawat itu mengerti kenapa Ayu meminta hal aneh itu. Ayu saat ini sedang meraba seluruh kepalanya dengan wajah menahan tangis. Dari rabaan itu, Ayu tahu jika rambut di kepalanya tidaklah rata. Panjang pendek tidak sama, dan Ayu bisa menebak dibawah perban itu, akan botak sama sekali.“Aku pasti tampak buruk,” gumam Ayu dengan lirih.“Maaf. Kami kemarin harus mempersiapkan operasi Anda dengan sedikit tergesa. Jadi tidak sempat menyamakan potongan.” Perawat itu mengelus bagian rambut Ayu yang masih panjang sampai ke bawah bahu.&
Baca selengkapnya
Menunggu Alasan yang Benar
“Oh, maafkan aku. Seharusnya aku tidak membahasnya.” Ayu kembali mencoba menoleh. Ingin menghibur Hide. Meski tidak melihat wajahnya, tapi Ayu merasa suara Hide sedikit berubah.“Sudah lama. Mereka meninggal sudah lama. Saat aku enam tahun.”Usia muda yang seharusnya bisa dengan mudah melupakan beberapa kejadian. Sayangnya Hide masih mengingat dengan jelas kejadian itu, dengan sangat detail.“Apa dia tinggal di kota ini? Maksudku ayah angkatmu?” Ayu tidak akan membahas yang sudah meninggal tentunya.“Tidak. Dia ada di Osaka, dan ia sudah berumur sembilan puluh empat tahun. Tidak bisa lagi bepergian jika tidak sangat terpaksa.”“Oh.. Ya… begitu rupanya.”Hide bisa merasakan tubuh Ayu sedikit lebih rileks setelah itu. Hide menambahkan penjel
Baca selengkapnya
Mempertahankan Kebenaran yang Sulit
“Hati-hati.” Hide dengan sigap menangkap Ayu, yang nyaris saja terjerembab. Hide ada di samping Ayu memang untuk tujuan itu.Kemarin Ayu mulai belajar untuk berjalan, dan mulai terlihat jika gerakan Ayu tidaklah normal seperti dulu. Keseimbangannya belum stabil. Dokter saraf mengatakan hal itu bisa saja dilatih, tapi memang akan butuh waktu.“Silakan beristirahat dulu jika lelah,” kata perawat yang mendampingi terapi.“Tidak. Aku ingin mencoba lagi.” Ayu menolak tawaran itu dan kembali berjalan.Hide membiarkannya. Ia tahu bagaimana tekad Ayu saat sudah menginginkan sesuatu dan berniat. Yang bisa dilakukannya adalah mendukung. Hide hanya merapatkan jaraknya, agar bisa menangkap Ayu dengan lebih cepat. Setelah mencoba yang keempat kali, akhirnya Ayu bisa menyelesaikan jarak tanpa terpeleset a
Baca selengkapnya
Kemampuan yang Benar
“Hai!”Kyoko menghentikan langkah, saat mendengar panggilan itu. Terutama karena ada mobil yang berhenti di sebelahnya. Sebuah mobil convertible—tapi atapnya masih tertutup, berwarna merah menyala dan sudah jelas mewah. Kyoko mengernyit saat melihat Ryu melambai dari dalam.“Aku datang menjemputmu. Kita akan melakukan perjalanan panjang hari ini.” Ryu membuka kacamata hitam yang dipakainya dan tersenyum manis.“Untuk apa? Kita sudah sepakat untuk bertemu di Karuizawa.” Kyoko menggeleng.Ryu akan membawanya menemui Ayu hari ini, sesuai kesepakatan. Ryu akhirnya punya waktu senggang. Sedang Kyoko sendiri waktunya sangat senggang. Ia sudah secara resmi mengundurkan diri dari Shingi Fusaya, tapi belum mendapat tugas dari Hide. Waktunya sangat luang.Tapi seharusnya mereka bertem
Baca selengkapnya
Dia Benar-Benar Menarik
“Mereka akan datang sebentar lagi,” kata Hide, sambil meletakkan ponsel dan berdiri. Ryu baru saja memberi kabar mereka sudah dekat.“Oh!” Ayu menyingkirkan nampan makanan yang ada di depannya. Hide menerima, dan memindahkannya ke meja.“Kenapa kau terlihat gugup sekali?” tanya Hide, saat melihat Ayu merapikan rambut yang sekarang sudah sangat pendek. Bahkan lebih pendek dari Hide. Tidak terlihat jauh berbeda meskipun Ayu merapikannya berulang kali.“Aku melupakannya juga, sama seperti dirimu. Kita sudah menikah, jadi kau lebih bisa menerima keanehan itu, tapi bagaimana jika dia tidak bisa. Dia mungkin akan marah padaku. Dia tidak akan menyukaiku lagi.” Ayu tidak ingin gelisah, tapi sekali lagi Ayu tidak mengerti kenapa ia merasa harus berhati-hati saat akan bertemu dengan temannya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
29
DMCA.com Protection Status