All Chapters of Sebatas Pengantin Pengganti: Chapter 301 - Chapter 310
339 Chapters
301). Kado Ulang Tahun
***"Mau pake ayam enggak?""Boleh, dadanya aja.""Oke."Tak melulu menyerang, ada kalanya semua rasa sakit yang selalu dirasakan Aludra hilang tak bersisa—membuat dia seolah sedang baik-baik saja.Setengah jam lalu, Aludra rasanya ingin mati saja karena rasa sakit di perut yang menyiksa juga darah yang keluar dari hidungnya.Namun, sekarang Aludra sudah kembali seperti biasa. Tak merasakan sakit, dia kembali baik-baik saja—bahkan bisa melaksanakan kewajibannya melayani Arka.Seperti bom waktu, Aludra tak tahu kapan saja rasa sakit itu akan datang, tapi yang jelas dia selalu berharap semuanya datang ketika tak ada Arka atau Amanda di rumah agar Aludra tak perlu berusaha menyembunyikan sakitnya itu.Entah sampai kapan akan terus bersembunyi, yang jelas Aludra belum siap jika semua orang tahu kalau dia mengidap sebuah penyakit.Aludra tak mau orang-orang mengkhawatirkannya dan tentu saja dia juga tak mau merepotkan banyak orang.Dan yang paling penting, Aludra tak ingin membuat Arka sed
Read more
302). Kalau Aku Pergi
***"Aku sayang kamu."Ucapan itu terucap dari bibir Arka ketika bibirnya mendarat dengan sempurna di kening Aludra sesaat setelah keduanya selesai melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim.Shalat isya berjamaah. Sebuah rutinitas yang hampir setiap malam dilakukan Arka bersama Aludra.Tak bisa melaksanakan shalat lain secara berjamaah, Arka dan Aludra memilih waktu isya untuk melakukan semuanya. Terkadang, jika waktunya luang, Arka sering mengajak Aludra membaca Al Quran bersama karena cita-citanya memang hanya satu.Menjadi imam untuk Aludra di dunia maupun di akhirat nanti. Meskipun nantinya di dunia, mereka akan dipisahkan oleh maut, Arka selalu berharap Tuhan berbaik hati dengan mempersatukan dia dengan Aludra kembali di Surga-Nya nanti."Aku juga sayang kamu," kata Aludra. Masih memakai mukena, dia bersandar pada pinggiran kasur sambil memandang Arka yang masih duduk dengan pakaian muslim juga sarung dan peci. "Mas.""Hm.""Aku selalu suka dengan penampilan kamu yang kaya gi
Read more
303). Feeling Alula
***"Kapan kamu luang?"Dewa yang sedang menyantap roti sandwichnya seketika langsung berhenti lalu memandang Aurora sambil menaikkan sebelah alisnya."Luang apa? Ambigu banget kamu," tanya Dewa."Luang enggak ada kerjaan dong, Mas," kata Aurora. "Luang apalagi emangnya? Minggu kemarin kan kamu sabtu-minggu kerja. Minggu depan gitu juga enggak?""Kenapa emangnya?""Pengen ke Bandung," kata Aurora. "Kangen Aludra."Tumben.""Apanya yang tumben?" tanya Aurora."Kamu tumben banget kangen sama Aludra.""Kamu ih, apaan sih?" tanya Aurora tak suka. "Aku ibunya. Wajar kali kalau aku kangen sama anakku.""Jauh dikangenin, deket diomelin.""Bahas itu lagi?" tanya Aurora. "Semuanya udah kelar lho, aku bahkan udah minta maaf juga kan, sama Rara? Kenapa ngungkit terus?""Santai aja, enggak usah ngegas," celetuk Dewa. "Sensitif banget, kamu.""Ucapan kamu menyebalkan.""Morning Ma, Pa." Perdebatan Aurora dan Dewa terhenti ketika Alula yang sudah rapi dengan pakaian kantornya datang sambil membawa
Read more
304). Arka Tahu?
***"Ya ampun cucu-cucu Mama kok pada ganteng begini ya?"Amanda mengukir senyum sambil memandangi Regan juga Raiden yang sudah tampan dengan overall jeans yang mereka pakai.Jumat sore, Amanda meminta izin pada Aludra untuk mengajak cucu-cucunya ke luar bersama Dirga yang kebetulan pulang lebih awal.Tak jauh, rencananya Amanda ingin membawa Regan dan Raiden ke Mall untuk membeli mainan. Terlalu awal memang, tapi memang seantusias itu Amanda ingin membelanjai kedua cucunya."Gimana, Ma. Ganteng, kan?" tanya Aludra. Tak akan ikut keluar, perempuan itu masih memakai pakaian santai bahkan belum mandi."Ganteng, Sayang. Selera kamu emang lucu-lucu ya," kata Amanda."Hehe."Setelah semuanya siap—termasuk baju ganti juga dua botol susu besar milik Regan dan Raiden selesai dikemas ke dalam tas bayi berukuran sedang, Amanda dan Aludra segera menggendong dua balita tampan itu untuk menghampiri Dirga yang sudah menunggu di ruang tamu."Udah siap?" tanya Dirga saat Amanda dan Aludra datang."Ud
Read more
305). Terus Terang
***"Minum dulu."Aludra menyodorkan segelas es jeruk yang baru saja dibawa Bi Minah pada seorang perempuan yang kini duduk di depannya—memasang raut wajah serius."Enggak butuh minum, butuhnya penjelasan," ketus perempuan di depan Aludra.Aludra mendongak. "Penjelasan apa?" tanyanya."Penjelasan apa?" tanya perempuan tersebut—mengulang ucapan Aludra. "Menurut kamu, telepon pagi tadi enggak butuh penjelasan, apa? Nangis-nangis telepon Kakak terus putusin telepon gitu aja. Ditelepon balik, malah enggak aktif.""Kamu pikir, itu enggak bikin panik?"Alula. Tentu saja perempuan yang duduk di depan Aludra dengan wajah seriusnya adalah Alula.Dia yang semula berniat pergi ke Bandung besok pagi, langsung memajukan jadwal kepergiannya menjadi sore ini setelah pukul satu siang tadi meminta izin pulang lebih awal.Dan satu-satunya alasan Alula mempercepat semuanya tentu saja telepon dari Aludra tadi pagi. Mendengar adiknya menangis tanpa tahu sebab yang jelas, Alula tak enak hati.Selama di kan
Read more
306). Peraturan
***"Ra, are you okay?"Berdiri di depan kamar mandi, Alula terlihat khawatir pada Aludra yang saat ini sedang memuntahkan isi perutnya seperti biasa."Fine, Kak," kata Aludra. Namun, pada kenyataannya ucapan yang dia lontarkan berbanding terbalik dengan keadaannya yang justru tak baik-baik saja.Aludra memuntahkan isi perutnya tak sedikit dan tentu saja semua itu membuat badannya terasa lemas sekarang. Jangankan berjalan, untuk berdiri pun rasanya dia tak sanggup."Ra," panggil Alula lagi, ketika Aludra tak bersuara. "Aludra Raveena, jawab Kakak!""Aludra!"Tak mendapatkan sautan, Alula mundur—bersiap-siap untuk mendobrak pintu. Namun, sebelum semua itu terjadi, Aludra lebih dulu keluar dengan wajah yang sedikit pucat."Kenapa, Kak?""Kamu bikin Kakak khawatir, tau enggak?" tanya Alula.Aludra tersenyum. Di tengah rasa lemas yang mendera, dia masih sempat menunjukkan raut wajah yang tak sedih.Padahal, apa yang dia alami cukup membuat Aludra rasanya ingin menangis setiap harinya."M
Read more
307). Pelukan
***"Kak udah, ini udah numpuk. Nanti enggak kemakan."Sekali lagi, Aludra berusaha protes ketika Alula tiba-tiba saja menambahkan lagi satu potong ayam goreng ke piringnya. Padahal, yang pertama dia ambil pun belum termakan."Harus dimakan," kata Alula posessive. "Kamu harus banyak makan, supaya penya-""Kak." Aludra melotot sebagai kode—membuat Alula refleks mengentikan ucapannya ketika dia baru sadar kehadiran Bi Minah yang masih sibuk mencuci piring kotor.Sesuai rencana, untuk malam ini sampai malam besok Alula akan menginap di rumah Aludra untuk menemani sang adik. Meskipun, besok ada Arka. Tetap saja dia ingin berada di dekat Aludra sebelum minggu nanti harus kembali ke Jakarta dengan perasaan yang tentu saja tak akan tenang karena penyakit yang diderita Aludra layaknya bom waktu.Bisa kapan saja meledak—membuat kondisi Aludra benar-benar terpuruk.Jika boleh berharap, Alula ingin Aludra segera berada di titik terlemah kondisinya agar Arka tahu dan adiknya itu dibawa ke rumah
Read more
308). Ancaman Arka
***"Aludra aneh."Tanpa basa-basi, ucapan tersebut langsung diucapkan Arka tepat ketika Alula datang menghampiri lalu duduk di sampingnya.Mengerutkan kening, Alula memandang adik iparnya dengan tatapan pura-pura tak mengerti, karena pada kenyataannya dia jelas tahu maksid dari ucapan Arka tersebut."Aneh gimana?"Arka menoleh. Dia yang semula menatap tangga di depan rumah, kini mengalihkan perhatiannya pada Alula."Dia lebih sensitif belakangan ini," kata Arka. "Enggak tau kenapa, Aludra sering marah-marah tanpa sabab.""Itu karena kamu lakuin kesalahan aja kali," jawab Alula tenang. "Alula marah pasti ada penyebabnya."Arka menghela napas. Memanfaatkan Aludra yang kini tertidur pulas setelah menyusui Regan, dia memang sengaja menemui Alula di kamar tamu untuk mengajak mantan istri sekaligus kakak iparnya itu mengobrol.Karena barangkali saja—sebagai Kakak, Alula mengetahui sesuatu pada Aludra yang disembunyikan darinya.Sampai detik ini, feeling Arka tentang Aludra yang menyembunyi
Read more
309). Selamat Ulang Tahun!
***"Pokoknya hari ini aku harus cantik."Berdandan di depan cermin, Aludra terus menyapukan spon bedak ke semua permukaan wajahnya agar terlihat cantik di depan Arka, malam ini.Minggu depan harus pergi ke luar kota untuk mengurus pekerjaan, dinner perayaan ulang tahun Arka yang kedua puluh sembilan maju satu minggu.Memesan tempat di sebuah restoran, bukan Aludra yang memberi kejutan melainkan sebaliknya.Di restoran, Arka sudah menyiapkan meja khusus untuk dia dan Aludra. Tak hanya satu kursi, Arka bahkan sengaja mereservasi satu restoran untuk malam ini—khusus dirinya dan Aludra.Dan yang akan diberikan Aludra sebagai kado ulang tahun hanyalah jam tangan karena memang Arka tak menuntut kado apapun.Bagi Arka, Aludra mau memaklumi pekerjaannya dan bersedia makan malam di waktu yang lebih cepat pun, dia bahagia.Sesuai permintaannya waktu itu, Arka juga hanya menginginkan Aludra tetap di sampingnya."Malam-malam kayanya enggak bakalan kelihatan kalau mata aku agak kuning," kata Alud
Read more
310). Terpukul
***"Aludra mana?"Arka yang sejak tadi duduk menunggu di kursi panjang depan IGD seketika menoleh ketika sebuah pertanyaan diucapkan untuknya.Bukan Dirga maupun Amanda, yang datang menemuinya adalah Aksa karena memang setelah menemukan Aludra tak sadar, Arka memilih untuk menghubungi sang kakak.Arka takut Regan dan Raiden belum tidur. Jika dia menelepon kedua orang tuanya, bukan tak mungkin mereka akan panik sampai lupa dengan si kembar."Di dalam," kata Arka. Wajahnya jelas terlihat frustasi menunggu dokter yang menangani Aludra tak kunjung keluar.Demi apapun, jika terjadi sesuatu yang macam-macam, Arka tak akan memaafkan dirinya sendiri."Udah berapa lama?" tanya Aksa setelah beberapa detik lalu pandangannya tertuju ke arah pintu bening bertuliskan Instalasi gawat darurat."Hampir setengah jam," kata Arka.Aksa menghela napas. Mendekati Arka, pria itu duduk di samping sang adik lalu sedikit membungkukan badannya.Setelah itu, Aksa memandang Arka dengan seksama. "Jadi sebenarnya
Read more
PREV
1
...
293031323334
DMCA.com Protection Status