Semua Bab Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan: Bab 31 - Bab 40
92 Bab
31_Biaya dari mana?
Mutiara begitu lemas melihat tagihan yang tertera di atas kertas itu, empat puluh juta rupiah. Ini tagihan sebulan kemarin, sementara sejak neneknya siuman Mutiara menempatkannya di kelas dua. Mungkin untuk membayar tagihan berobat nenek ketika sudah siuman, Mutiara masih ada simpanan. Tetapi uang empat puluh juta, dia akan mendapatkan dari mana? Sementara tabungan dia hanya tinggal delapan juta, karena dia juta sudah dia pakai untuk membayar kost dan keperluan sehari-hari.Kepala Mutiara mendadak pusing, dia sudah berusaha mencari pekerjaan tetapi sampai saat ini belum ada panggilan, dia jadi ingat perkataan Tommy yang mengatakan kalau namanya akan di blacklist dari semua perusahaan. Ah, mungkin lelaki itu sungguh-sungguh dengan perkataannya. Jadi Mutia harus putar otak bagaimana dia akan mencari uang. Mutia akhirnya kembali ke ruangan nenek. Ruangan terasa sangat bising, di sebelah pasien batuk terus sehingga mengganggu istirahat pasien lain termasuk nenek, sementara di sebelahnya
Baca selengkapnya
32_Penawaran Kerja
Mutia hanya melongo mendengar perkataan dokter, maksudnya memindahkan ke ruang VIP? dari mana dia akan mendapatkan uang untuk biayanya? sementara untuk tagihan Minggu lalu saja di tidak memilikinya. Tiba-tiba kepala Mutia berdenyut nyeri memikirkan semua ini, jika saja dia tahu kondisi neneknya akan demikian, dia tidak akan berulah pada Tommy, agar lelaki itu tetapi membayar biaya perawatan neneknya, biarlah dia akan babak belur disakiti lelaki itu lahir dan batinnya. Sampai dokter meninggalkan bangsal tempat neneknya di rawat, Mutia masih saja berdiri dengan tatapan mata kosong ke arah perginya dokter itu. Hingga dia dikejutkan dengan panggilan seseorang. "Bu Mutia!" Mutia menoleh ke arah suara, dahinya mengernyit ketika mendapati orang yang dikenal menghampirinya. "Siapa yang sakit, Bu? Kenapa anda berada di rumah sakit?" tanya sang lelaki. "Benar, apa mbak Mutia sakit?" tanya sang wanita. "Oh, Nenek saya yang sakit. Pak Rio dan Bu Novita sendiri kenapa ke rumah sakit? apa a
Baca selengkapnya
33_Menandatabgani kontrak kerja
Setalah kedatangan Rio dan Novita di rumah sakit, semangat Mutia bangkit lagi. Dia segera pulang ke kost mengambil berbagai berkas untuk keperluan melamar pekerjaan. Untungnya nenek Rosida sudah mendingan, wanita tua itu sudah bisa berdiri walaupun hanya bisa melangkah satu atau dua langkah saja. Nenek Rosida juga menyuruh Mutia untuk fokus dalam mencari pekerjaan. Wanita tua itu cukup bersyukur cucunya memiliki rekan kerja seperti Rio dan Novita. Pagi hari Mutia sudah siap dengan pakaian kerja yang biasa dia kenakan, sebuah rok span di bawah lutut berwarna biru tua dan kemeja warna panjang berwarna biru muda. Di leher dipasang syal yang disimpul berbentuk pita dengan cantik. Sepatu hak tiga senti dia pilih agar memudahkan pergerakan. Gedung perkantoran Adiguna grup memang terlihat sangat megah. Memiliki sepuluh lantai dengan tiap lantai mewakili cabang perusahaan masing-masing. Ada yang bergerak di bidang kosmetik, makanan, minuman, obat-obatan dan farmasi, retail dan supermarke
Baca selengkapnya
34_Apa kau sanggup?
"Presdir memiliki dua sekretaris, Saya dan Pak Muhamad Rais. Pak Rais sendiri adalah sekretaris pribadinya, yang mengurusi segala keperluan pribadi Presdir. Sementara saya mengurusi administrasi kantor Presdir. Saya sudah memiliki tiga asisten. Maura, Dinda dan Ryan. Sementara Rais belum memiliki asisten. Padahal pekerjannya juga banyak. Jadi jika nanti Presdir menerima anda, anda akan bekerja di bawah Pak Rais." "Baik, Bu Lidia." "Ya, sudah. Mari saya pertemukan dengan Pak Presdir." Linda bangkit dari duduknya dan mengajak Mutia keluar dari ruangannya. Mereka berdua berjalan melalui lorong, di sana ada dua orang wanita cantik yang juga sedang sibuk. "Bu Linda, Siapa dia?" tanya salah satu dari meraka. "Oh, Ini Mutiara. Calon asistennya Pak Rais. Oh ya, Mutia ... ini Maura dan ini Dinda, asisten saya." Mutia tersenyum kepada mereka sambil mengulurkan tangan dengan ramah. "Senang bertemu dengan anda, Mbak Maura, Mbak Dinda." "Loh, memangnya sudah positif bakal diterima
Baca selengkapnya
35_Uang penalti dua miliyar
Mutiara memberanikan diri menatap lelaki yang masih di posisi semula. Dia menatap papan nama di atas meja. [Diaz Alfarez Adiguna, MBA. presiden direktur] "Pekerjaannya berat, harus standby selama dua puluh empat jam, selalu mengikuti kemanapun Presdir pergi bekerja, baik itu ke luar kota atau ke luar negeri. Pekerjaan utamanya adalah menyiapkan segala keperluan Presdir. Apa kau sanggup?" "Ha?!" Mutiara tidak menyangka jika pekerjaan asisten sekretaris presiden direktur seperti itu. Dia dulu juga memiliki seorang sekretaris, tetapi pekerjaannya sama sekali tidak seperti itu. Apa ini karena perusahan ini termasuk perusahaan besar, maka diperlukan asisten yang membantu keperluan pribadi, tetapi kenapa harus selalu standby selama dua puluh empat jam? seorang asisten rumah tangga saja tidak sampai seperti itu jam kerjanya? Bagaimana dia akan mengurus neneknya nanti? Mutiara terlihat galau, bagaimana ini? Apakah dia sanggup? lebih baik mengatakan sekarang dari pada sudah terlanjur
Baca selengkapnya
36_Saya hanya mencari asisten pribadi
"Aku memperkerjakan dengan adil, dibayar dan dikontrak. Bukan salah kami jika kamu tidak membaca surat perjanjian kerja. Bagaimana perusahaan saya bisa maju jika karyawannya seenaknya dalam bekerja, dia bisa masuk dan keluar sesuka hati. Saya sudah biasa memberikan penalti di setiap kontrak kerja, agar pekerja itu bertanggung jawab dengan tugasnya." Mata Mutiara mengerjap, terlihat sangat indah. Apalagi mata polos itu mengatakan maaf secara tersirat, hal itu sungguh membuat Diaz tidak bisa bisa menahan diri. Dia ingin sekali mengecup mata indah wanita ini, atau mengecup bibir ranum wanita ini yang dipoles lips balm hingga warna bibirnya merah muda. "Apa kau mengerti?" tanya lelaki itu dengan suara yang begitu dalam dan mengancam. Mutiara benar-benar merasa terjepit, tidak tahu harus melakukan apa. Jika dia pergi, bagaimana dia akan membayar sebesar dua miliyar? apa dia harus menjual orang tubuh? barangkali ginjal, mata dan jantungnya bisa mendapat harga sebesar itu, hanya saja ..
Baca selengkapnya
37_ Apartemen Novita
Ketika sampai di ruangan HRD, Mutia justru disuruh menghadap kepala HRD langsung, padahal hanya menyerahkan pemberkasan sebagai pegawai baru, kenapa harus kepala HRD langsung yang menanganinya? Kepala HRD seorang pria paruh baya, lebih tua dari Rio karena rambut putihnya sudah mendominasi sebagian kepalanya. Lelaki itu tersenyum lembut pada Mutia sehingga perasaan Mutia menjadi hangat. Jika tidak memikirkan siapa bosnya, bekerja di sini akan terasa nyaman dan menyenangkan. Semua karyawan dan petinggi perusahaan yang baru saja ditemuinya semuanya terlihat ramah dan humble. "Besok pagi anda sudah bisa bekerja sebagai asisten Pak Presdir ya, Bu. Selamat bergabung di perusahaan ini," ujar kepala HRD yang di nametag bernama Heru Subagyo. "Terima kasih, Pak." "Dikontrak ini, masa kerja anda tertulis selama Presdir menjabat, atau sesuai kehendak Presdir, apa anda benar-benar menyetujuinya?" Mutia benar-benar kaget, karena kebodohannya dia tidak membaca kontrak kerja yang ternyata
Baca selengkapnya
38_Buatkan aku sarapan setiap pagi!
Setelah melihat kondisi apartemen itu, Mutia tidak sabar untuk segera pindah ke sana. Rio dan Novita sudah membebaskannya untuk pindah kapan saja, bahkan demi keamanan nya, mereka menyarankan agar Mutia mengganti kode pintu agar lebih privasi dan tidak dimasuki sembarangan orang termasuk mereka. Tetapi mana berani Mutia melakukan itu, dia hanya menumpang di sini, jadi tidak mau bertindak lancang. Dengan cepat Mutia kembali ke kost, dia memutuskan akan pindah hari ini juga, karena besok dia mulai bekerja dan mungkin tidak ada waktu untuk pindahan mengingat bosnya mengatakan jam kerjanya itu dua puluh empat jam harus standby. Maka dia mulai berkemas, untuk segera pindah. Toh, tidak banyak barang yang dibawanya. hanya ada satu koper baju, lagian di apartemen itu sudah lengkap fasilitas dan perlengkapan rumah tangga. Sore hari Muria sudah menempati apartemen tersebut, apartemen ini terdiri dari dua kamar, tidak ada foto atau identitas yang menggambarkan apartemen ini milik Rio dan Novi
Baca selengkapnya
39_PIN-nya, tanggal malam pertama kita
Suara deheman jelas mengejutkan Mutia, wanita itu bahkan sampai terjengit melihat lelaki itu yang tengah duduk sambil memutar-mutar kursinya dengan santai. kedua tangannya menangkup di depan dada, tatapan seringai terlihat jelas di matanya dengan bibir ditarik ke atas. Hari yang masih terlalu pagi, siapa menduga lelaki itu sudah datang ke kantor. Apakah selama ini begitu kinerjanya? pantasan saja masih muda sudah menjadi presiden direktur bukan lantaran dia seorang pewaris, tetapi dedikasi dan kerja kerasnya yang membuatnya pantas memangku jabatan tersebut walaupun usianya masih diawal tiga puluhan. "Pak? Anda sudah datang?" tanya Mutia dengan gugup. "Hmmm." Mutia tidak tahu harus berkata apalagi, dia jadi salah tingkah ditatap seperti itu oleh lelaki itu. Jika tidak ada kisah cinta satu malam waktu itu, mungkin dia tidak akan salting seperti ini, Namun mengingat semua itu, dia jadi berpikiran negatif tentang tatapan lelaki itu. "Eh, ini ... anu, itu ...." "Kau membawakan sara
Baca selengkapnya
40_Menghadiahi ciuman
"Ini, kartu ini kamu belanjakan untuk keperluanku. Kalau kamu butuh untuk keperluanmu yang masih tahap wajar, kamu boleh juga mengambilnya." Mutia kembali meletakkan peralatan makan itu di meja dan mengambil kartu biru itu dengan ragu. "Nomor PINnya, tanggal malam pertama kita." "Apa?"Lelaki itu tersenyum smirk, tatapan matanya dirasakan Mutia seolah menelanjanginya. Wanita itu hanya menghela napas kesal, kenapa sih, harus selalu mengingatkan kejadian malam itu? "Bisakah anda tidak selalu mengingatkan hal itu? Saya sudah cukup merasa malu dengan kejadian itu.""Kamu ingin melupakannya? enak saja! Saya saja setiap saat setiap waktu selalu ingat. Itu adalah pengalaman pertama saya, bagaimana bisa melupakannya. Kamu tidak perlu berusaha mengganti PIN nya, PIN itu tidak bisa diganti, sudah paten!"Mutia hanya tersedak mendengar perkataan lelaki ini. Sungguh, jika tidak ada penalti kontrak dua miliyar, dia sudah akan kabur dari perusahaan ini. Dulu dia tidak bisa lari dari pernikahan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status