All Chapters of Sentuhan Panas Dokter Dingin: Chapter 21 - Chapter 30
91 Chapters
Bab 21
"Raja, kamu di sini juga?" tanya Rasya mengembalikan ekspresi wajahnya. Dia bahkan menahan tangan Ruma yang bergerak memisahkan diri. Sekilas tatapan Dokter Raja terpusat pada kedua tangan mereka. Bukankah itu terlihat sangat akrab dan seperti sebuah pasangan. "Kalian kok bisa bareng?" tanya Dokter Raja penuh selidik. Tidak menyiakan kesempatan ini. Ruma terdiam, dia tidak berani untuk menjawab sepatah kata pun. Sementara Rasya tersenyum lembut, lalu menjawab dengan begitu tenang. "Dia istriku," jawab Rasya cukup jelas. Tentu saja jawaban Rasya membuat Ruma menoleh. Ada apa dengan pria ini? Apakah dia sedang mengakuinya? Ada rasa terkejut di dalam hati Raja. Walau sempat menduga-duga hal itu. Lantas, siapa perempuan waktu itu di rumah sakit yang jelas-jelas dimanjakannya. Apakah dia juga istrinya? Atau wanita lain yang terang-terangan Rasya banggakan. "Sejak kapan?" tanya Raja benar-benar kepo maksimal. Ia melirik Ruma yang menunduk galau. Tak berani bertemu tatap sedikit pun de
Read more
Bab 22
"Mas Rasya?" Ruma terkesiap mendapati suaminya ada di sana tengah menatapnya penuh tanda tanya. "Anak siapa, Rum, yang kalian maksud?" tanya Rasya mengulanginya. Menatap keduanya penuh selidik. Perempuan itu terdiam sejenak, berusaha tenang mencari jawaban yang masuk akal. Ruma menelan saliva gugup. Sebelum akhirnya menjawab dengan ekspresi meyakinkan. "Hmm ... itu anak yang kutangani di rumah sakit, Mas," jawab Ruma berdusta. Dia tidak mungkin menjelaskan yang sebenarnya. Sempat melirik Dokter Raja di sebelahnya yang sepertinya hendak menjawab. Namun, sebelum pria itu bersuara. Ruma lebih dulu menjawabnya lugas. "Owh ... kalian ini sudah di luar rumah sakit masih membahas pekerjaan saja. Ayo, kamu lama sekali!" seru Rasya mengabaikan Raja di sana. Menggandeng tangan istrinya agar mengikutinya. Mendadak dia tidak suka dengan sikap Raja gegara tadi. Padahal di antara kawan lainnya, Rasya paling respect dengan pria itu. Mungkin karena merasa dekat, merasa pula menanyakan banyak ha
Read more
Bab 23
Ruma memejamkan matanya dengan hati berdebar, saat Rasya bergabung ke kasur menarik selimut yang sama. Hatinya gelisah tak menentu. Entahlah, dia merasa tidak aman di ranjang bersama. Bukankah ini yang Ruma inginkan sejak jadi istrinya. Namun, sekarang keadaannya tak lagi sama. "Udah tidur ya, padahal pingin ngobrol," ujar pria itu sembari mengelus kepalanya. Sentuhan lembut yang langsung membuat Ruma merinding seketika. Otaknya berkelana mengingat ia pernah melewati satu malam panas bersama Raja. "Ya Tuhan ... tenang Ruma, kenapa otakku justru mengingat pria itu terus sih," batin Ruma kesal sendiri. Ruma memejam erat merasakan tidak nyaman sekali saat tangan Rasya kembali mengelus-elus lembut seraya bergumam pelan yang entah itu apa. Ia kaku sendiri tidur tanpa berani memilih posisi yang diinginkan. Dalam hati terus berdoa, semoga apa yang dikhawatirkan tidak pernah terjadi. Mata Ruma terus memejam, tetapi tidak dengan otak dan hatinya. Entahlah perempuan itu terlelap jam berapa.
Read more
Bab 24
Walaupun hatinya kurang lega, Ruma tetap beranjak membelikan minum yang dipesan oleh Dokter Raja. Kenapa di mana-mana atasan itu selalu nyebelin dan suka-suka. Ya walaupun ini baru pertama kali bagi Ruma. Dia tidak kaget juga. Pasalnya banyak dari rekan mereka yang sudah lebih dulu mengalami nasib yang sama. Disuruh-suruh semaunya oleh konsulen mereka. . Perempuan itu bergegas kembali ke ruangan Dokter Raja setelah membawakan pesanannya. Lumayan lelah juga pagi-pagi setelah visite dapat tambahan begini. "Permisi Dok!" Ruma mengetuk pintu ruangan. Namun, ternyata tak ada pria itu. Entah Dokter Raja ke mana. Ruma ragu untuk menaruhnya di meja begitu saja. Tetapi bingung juga harus menyimpan di mana. Akhirnya Ruma tetap masuk dan menyiapkan di meja sana. Dia hendak keluar dari ruangan di saat yang bersamaan Raja masuk. "Maaf Dok, itu kopinya saya taruh di meja," tunjuk Ruma telah selesai mengerjakan tugas paginya. "Ya, terima kasih, jangan lupa nanti sore ya Rum," ujar pria itu mengi
Read more
Bab 25
"Ja, beli buat siapa?" tanya Dokter Zayyan penuh selidik. Tumben sekali putranya mengirim paket makanan untuk pekerja di rumah sakit secara personal. Bahkan terkesan rahasia. "Abi kok tahu? Anak bimbingan aku, Bi, sepertinya sedang sakit tapi maksa masuk. Ya sudah Raja sedekahkan saja," jawab pria itu santai. Tidak ingin juga ayahnya menaruh curiga dengan perlakuan dirinya yang tak biasa. Raja akui, memang dirinya agak aneh akhir-akhir ini, entahlah. Dia juga tidak paham dengan hatinya. Pikirannya terus menyerukan abaikan, tetapi hatinya seperti menuntun untuk tetap peduli. Perasaan macam apa ini? Sudah tahu salah, tetapi kenapa Raja sulit sekali untuk menghindar. Raja yang terlihat selalu menjaga jarak dengan yang bukan mahramnya, mungkin terlihat agak berbeda hari ini. Kebetulan sekali abinya melihat pas putra kesayangannya memerintahkan orang lain untuk memberikan pesanan itu. Tentu saja hal itu membuat pria nomor satu di rumah sakit itu merasa bertanya-tanya. "Yakin? Kamu suda
Read more
Bab 26
Usai dari ruang OK, Ruma kembali jaga di IGD menunaikan tugasnya. Fisiknya benar-benar diadu habis tanpa jeda. Ia bahkan tidak bisa tidur nyaman barang sejenak pun karena pasien malam itu terus berdatangan. "Mes, tolong bentar aku mau ke belakang," ucap Ruma beranjak. Dia sebenarnya lelah sekali, untung kehamilannya tidak rewel sama sekali walau tiba-tiba kadang mual datang melanda saat-saat tak terduga. "Ya, siap," jawab Mesya di sela-sela waktu malam mereka yang tersisa. Ruma meminjam kamar mandi perawat untuk membersihkan diri. Dia tetap meminta waktu beribadah usai ikut operasi. Matanya sudah terkantuk-kantuk menjelang dini hari. Tidak bisa tenang karena harus morning report juga pagi-pagi. Sungguh tidur di mana pun sesuatu sekali. "Rum!" Perempuan itu tak terasa lelap begitu saja di ruang jaga. "Eh, ya, apa Mes?" tanya Ruma dengan mata sayu. Ia langsung tergeragap takut ada pasien. "Beli makanan nggak bilang-bilang, kan bisa nitip.""Siapa yang beli, aku ketiduran, astaghf
Read more
Bab 27
Rasya meninggalkan kamar Ruma dengan perasaan dingin. Hidup lagi capek-capeknya, malah pulang kerja disuguhi perkataan begini. Ada penyesalan yang dalam kala mengingat bulan-bulan lalu, dia tidak mendengar nasihat ibunya. Sekarang Ruma terlihat tidak menyukainya. Ke mana Ruma yang dulu selalu bersikap manis di saat Rasya beberapa kali menolaknya. Bahkan tidak pernah sudi hanya sekedar makan satu meja. Rasya yang selalu sibuk dengan kekasih hati yang dipuja-puja. Bahkan ia bela mati-matian di depan Ruma sampai merendahkan harga dirinya. Sekarang dia benar-benar merasa bersalah. Ternyata orang yang selama ini menjadi prioritasnya tak sebaik yang dia kira. Rina berkhianat, dia tega menduakannya selama ini. 'Terus, apa bedanya aku dan kamu, Mas. Kamu bahkan menikah dengan perempuan lain saja aku harus terima, kenapa aku tidak boleh juga bermain mata dengan pria lain.'Pertengkaran itu terus terngiang-ngiang di otak Rasya. Dia tidak pernah menyangka kisah hidupnya akan serumit ini. Dia h
Read more
Bab 28
"A-aku?" Ruma malah kebingungan menjawabnya. Saking kaget ada Dokter Raja di rumah sebelah. Kenapa mereka mendadak tetanggaan. Untuk apa Dokter Raja di sana. "Ruma!" Suara ketukan pintu justru terdengar dari dalam. Rasya sepertinya hendak masuk, tetapi Ruma memang sengaja mengunci pintunya. "Ruma buka! Apa kamu baik-baik saja?" seru pria itu terdengar khawatir. "Mmm ... untuk apa Dokter di situ? Maksudku, kok bisa di rumah sebelah?" tanya Ruma sungguh ingin tahu. Ini pasti bukan hanya kebetulan. Tidak mungkin sekali Dokter Raja berpindah tempat. Apakah sengaja ingin memata-matai kehidupan istri sahabatnya. "Ruma! Buka Rum!" pekik Rasya terdengar masih berusaha masuk. Raja mengernyit saat suara Rasya terdengar sampai tetangga. Sepertinya dugaan pria itu benar, kalau Rasya dan Ruma memang masih bersengketa rasa. Sejak kejadian malam panas itu yang menandai Ruma belum pernah disentuh. Kejadian di rumah sakit, sampai kebohongan Rasya tentang pernikahannya. Raja menghubungkan semua it
Read more
Bab 29
Perempuan itu menjeli di tempat. Mendadak panas dingin didekati Dokter Raja. "A-aku sudah tidak sakit," kata wanita itu menyembunyikan rasa tidak nyaman di perutnya. Ia menahan diri walau jelas masih kerasa. "Kamu yang tenang ya, aku di sini menemani. Takutnya nanti bahaya, kita bisa langsung ke rumah sakit kalau memang perlu pemeriksaan lebih lanjut." Rasya tersenyum menenangkan. Sementara wajah Ruma makin pucat melihat Dokter Raja mendekat. Dia takut sekali pria itu akan mengumumkan kehamilannya di depan suaminya. Rahasianya yang selama ini dijaga akan sia-sia begitu saja. Terlebih Ruma malu kalau fakta sesungguhnya tentang pernikahannya diketahui oleh pria yang tengah memeriksanya. Jantung Ruma berdetak tak karuan. Ia gelisah di paribaannya dengan mata memejam. Ingin rasanya menghindari hari ini, tetapi sayang semua sudah terlanjur terjadi. "Duh ... kenapa harus diperiksa segala sih. Bagaimana ini, bagaimana kalau Dokter Raja bilang aku hamil," batin Ruma kacau. Memikirkan car
Read more
Bab 30
"Jawab Ruma! Tatap mata aku!" sentak pria itu tersulut emosi. Rasya hampir tak bisa menahan diri menghadapi istrinya yang diam saja. Perempuan itu mengangguk mengiyakan. Untuk apa ditutupi lagi, toh memang ini kenyataannya. Dia hamil dengan pria lain. Ruma harus mengakuinya walaupun itu dilakukan di luar kesengajaan. Dia tetap harus menanggung konsekuensi semuanya. "Astaghfirullah ... jadi beneran kamu selingkuh?" Rasya yang tidak percaya hal itu, sampai mencengkram kuat kedua bahu Ruma sembari menggeram marah. Perempuan itu terdiam mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan semuanya. Dia jelas merasa terpojokan dengan kondisi dirinya saat ini. Andai Rasya tahu, Ruma tidak pernah berniat melakukan semua itu. "Aku tidak pernah berselingkuh, lepasin!" ujarnya meronta. Ia balas menatap Rasya dengan penuh keberanian. Karena memang Ruma tidak pernah sekalipun mengkhianati pernikahan mereka. Justru Rasya yang terang-terangan mendua di depan matanya. "Tidak selingkuh tapi hamil, dan ini
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status