All Chapters of Cinta Maid Belok Kanan: Chapter 41 - Chapter 50
53 Chapters
Salman Mulai Licik
Malam ini hujan turun, aku tidak bisa memandang bulan yang indah bersama gemintang yang mengitarinya. Sejak pulang dari kantor, aku malas bangun dari tempat tidur. Fikiranku dipenuhi dengan kekhawatiran pada kondisi Daniel. Aku ingin menjenguknya, tapi Rena melarangku. Katanya, Daniel tidak mengizinkan aku menemuinya. Sebenci itukah Daniel padaku, sampai melihat wajahku saja dia tidak mau.Dua hari sudah Daniel tidak masuk kantor, aku ingin tahu keadaannya. Aku merindukannya.Kring kring..Aku melirik ponselku yang berdering. Layarnya menyala. Aku terkejut melihat nama yang tampil dilayar ponsel, ternyata Bibi menelponku. Padahal, biasanya tidak sekalipun dia menelponku kecuali aku yang menelponnya lebih dulu.​“Iya Bi..” Aku menyapanya.​“Kamu apa kabar, Sofi?” Tanya Bibi dari dalam posnel.”​“Baik, Bi. Bibi apa kabar sama keluarga disitu? Tumben nelpon, Sofi.”​“Disini semua baik. Bibi cuma mau bilang, kalau kami udah nerima lamaran Salman seperti yang kamu pesankan.”​“Apa?” Ak
Read more
Daniel Kembali Menggali Perasaan
Kring kring.. Ponselku berdering. Aku melirik ponselku ditepi ranjang. Aku terperanjat seketika bangun karena melihat nama Daniel terpampang disana. "Hallo.." Aku menjawab telpon Daniel. "Morning, Sofi." Jawab Daniel dari dalam telpon. "Morning, Mas. Gimana kabar Mas sekarang? Udah sehat?" Tanyaku penuh kekhawatiran. "Mendingan. Kamu gimana kabarnya? Nggak main-main kesini?" Aku lega mendengar kabar Daniel. Tapi aku mendadak tidak dapat bersuara. Sadarkah Daniel menanyakan itu padaku. Bukankah Daniel yang tidak mengizinkan aku untuk datang kerumahnya? Atau, ini hanya basa-basi belaka. "Sofi." Panggil Daniel memintaku bersuara. "Iya, Mas." Jawabku. "Bisa dateng kesini hari ini? Bawa file dan document yang harus saya baca dan tanda tangani." Jelas Daniel memerintahku. "Baik, Mas." Jawabku tanpa perlawanan. Sementara mataku melirik jam dinding kamar. Masih jam 06.00 pagi. "Saya akan kekantor jam 07.00, Mas. Dari kantor saya langsung kerumah Mas buat bawa semua yang Mas minta
Read more
Kenyataan Pahit
'Pagi ini, ​aku melangkah meniti asa. berharap jalan menuju hatimu masih ada.​Aku tertatih membawa raga, hampir putus asa.​Deru angin pagi ini sangat kencang. Dia memaksaku untuk menyerah. ​Tapi hati ini terus meronta.Daniel, ​Kenapa aku dan kamu tidak bisa Bersama?​Sekerdil inikah aku, hingga tak mampu menggapaimu.Atau memang, kau yang ingin menjauhiku?Jika iya, betapapun aku merakit tali temali takdiruntuk membersamaimu, ia akan putus oleh tajamnya ketidak perdulianmu pada perasaanku.Haruskah aku melepas semua namamu dialiran darahku, denyut nadiku, jantung yang berpacu, hingga hati yang tak pernah ragu mencintaimu. Ah, kamu terlalu jauh.'Aku masih duduk dengan tatapan kosong. Aku masih berharap semua ini mimpi. Aku tidak bisa menerima kenyataan ini.Aku tidak mungkin bisa hidup bersama orang yang tidak aku cintai. Sementara Daniel masih menguasai hatiku saat ini.Tapi, ‘Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin’. Judul novel itu yang selalu ku ulang-ulang dalam otakku.
Read more
Siapakah Salman dan Rena
​Dua hari sudah aku resmi menerima pinangan Salman untuk jadi tunanganku. Setelah lamaran tipuan hari itu. Aku mempunyai banyak sekali pertanyaan yang sampai sekarang belum aku temukan jawabannya. Aku sudah menelpon Salman dan memintanya datang ketaman dekat kostanku. Aku ingin semua jelas sebelum hari pernikahan kita semakin dekat. Karena aku tidak mau lagi dia berbohong dan melakukan hal-hal konyol yang selalu mengejutkan aku. Toh, Salman sekarang sudah mendapatkan apa yang dia mau, yaitu memiliki aku. ​“Salman.” Aku melambaikan tangan memanggil Salman yang sedang celingak celinguk mencariku. Salman berjalan kearahku. ​“Sofi. Balik lagi dong manggilnya kayak dulu. Jangan Salman, Salman. enggak enak didenger. Aku kan calon suami kamu.” Salman duduk disampingku. ​“Oke. Abang Salman.” ​“Ada apa kamu ngajak aku ketemuan? Padahal besok kan, kita ketemu buat fitting baju. Udah kangen, ya?” Aku memelototinya kesal. “Oke sorry.” Salman memelas. ​“Bang, aku langsung aja yah..
Read more
Bertemu Mamah Daniel
​Hari ini kepalaku masih sakit. Semalaman aku tidak bisa tidur. Aku tidak berhenti memikirkan semua cerita Salman. Aku tidak tahu bagaimana kelanjutan hubunganku dengannya. Setelah semua yang terjadi, sepertinya kali ini aku harus terlebih dulu mencari kebenaran. Aku mulai ragu dengan semuanya.Aku harus mencari dalang dari semua skenario ini.​Aku mengambil tas yang tergantung dibalik pintu dan menjinjingnya dibahu. Aku berjalan keluar lalu menyetop taxi. Aku menaiki taxi dan meminta driver tersebut untuk mengantarkan aku kerumah Daniel. Aku harus meminta penjelasan Daniel sebelum meminta penjelasan dari Rena. Aku harus mendengarkan semua pihak.Atau mungkin dari Daniel aku akan menemukan sedikit jawaban kepada siapa aku harus percaya.​Setelah sampai didepan rumah Daniel, aku melihat gerbang rumah Daniel sudah menganga. Aku yakin Daniel sudah bangun. Aku melihat seorang Ibu paruh baya yang sedang menyapu diteras rumah Daniel. sepertinya dia adalah maid baru Daniel lagi.​ “Selam
Read more
Kemarahan Ayah Salman
​Aku berjalan masuk kedalam salah satu Restoran mahal dikota Surabaya. Mahal menurutku yang tidak mampu membeli makanan didalamnya. Aku belum pernah masuk ke Restoran ini.Aku melihat kesekeliling Restoran, mencari sosok yang memintaku untuk datang kesini.​“Maaf, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” Seorang pelayan Restoran berseragam hitam putih penghampiriku. Pelayan itu menanyaiku. Mungkin dia melihatku yang sedang kebingungan.​“Oh, iya, Mba. Aku nyari meja pesanan atas nama Salman.” Aku memberi tahu pelayan tersebut.“Mari ikut saya, Bu.” Pelayan itu menunjukkan jalan dengan sangat sopan. Ia berjalan perlahan, dan aku menyusulinya dari belakang. Aku diantarkan kemeja makan tertutup dipojok Restoran ini. “Silahkan duduk, Bu." Pelayan itu menarik kursi dan mempersilahkan aku untuk duduk. "Ini buku menunya, Bu. Silahkan diliat-liat dulu." Dia menyodorkan buku menu padaku. "Nanti kalau mau pesan bisa pencet bel aja disini.” Pelayan itu menunjuk tombol bel disamping meja.Aku menatap b
Read more
Mencari Titik Terang Dari Daniel
​Aku sampai dikantor pukul 07.00 pagi ini. Kondisiku sedang tidak baik-baik saja. Semalaman aku terus menerus memikirkan ancaman Ayah Salman, tapi aku juga harus menyelesaikan masalahku dengan Daniel. Aku sudah janji untuk menemui Daniel pagi ini,dan sebelum Daniel samapi kantor, aku juga harus menyelesaikan laporan untuk persiapan meeting. Aku langsung menghadap komputer dimeja kerjaku. Menyelesaikan semua tugas yang dibutuhkan. Sesekali aku menyeruput kopi yang aku buat sebelum aku duduk dimeja kerjaku.​Beberapa staff mulai berdatangan dan menyapaku. Mereka menempati kursi mereka masing-masing.​“Temen-temen, kita nanti meeting jam 10.00. Maaf ngasih tahu mendadak. Soalnya Bos baru ngasih tahu kemaren. Jadi sekarang kalian masih punya waktu sampe jam 10.00 buat ngerjain laporan. Okey..​“Oke, Mba Sofi.” Jawab mereka Bersama-sama. Aku Menyusun lembaran demi lembaran laporan yang sudah selesai kubuat. Aku menatap pintu ruangan Daniel yang belum juga dibuka oleh tuannya. Aku me
Read more
Menemukan Titik Terang
Daniel menghampiriku dan memberikan kotak kecil yang ia ambil dimeja kerjanya. “Buka.” Pinta Daniel. Aku mengambil kotak tersebut dan membukanya. Ada cincin cantik dengan permata hitam diatasnya. Warna favorite kami.“Apa ini?” Tanyaku masih bingung.“Cincin. Cincin ini aku beli buat aku kasih kekamu untuk menyatakan perasaanku sama kamu. Waktu itu, Rena masuk keruangan ini dan dia liat cincin ini. Aku bilang, kalau aku mau ngelamar kamu. Tapi dia nggak ngizinin aku dengan alasan, kalau kamu nggak suka sama aku, dan nggak mungkin ngebales perasaanku. Dia bilang, kamu cinta sama Salman. Dan hampir bertunangan sama dia.” Mataku terbelalak mendengar penjelasan Daniel. sebelumnya, aku sudah menyangka bahwa Rena adalah dalangnya, tapi aku tidak menyangka, sejauh ini dia menipu kami.“Oke, satu lagi yang masih jadi teka teki dan sampai sekarang Mas belum ngasih tahu aku. Mas inget kan, waktu aku masih kerja dirumah Mas sebagai maid, waktu itu Mas pergi ke Turki. Dan sepulang Mas dari T
Read more
Kondisiku Melemah
​Seusai meeting, semua staff keluar dari ruang meeting. Aku tidak benar-benar fokus pada meeting hari ini."Rena nggak masuk lagi, Mas?" Tanyaku pada Daniel. Aku tidak melihat Rena sedari pagi. "Begitulah." Jawab Daniel yang masih sibuk memeriksa kertas-kertas laporan hasil meeting. Aku masih duduk terpaku melihat Daniel sambil berfikir keras bagaimana cara menggagalkan penikahanku tanpa menyakiti dan membuat malu pihak manapun. Selain itu juga, aku teringat bagaimana kemarahan Ayah Salman dan ancamannya terhadapku semalam. Aku takut. Tanganku mulai gematar lagi.Dari semalam aku belum makan. Aku letih memikirkan semuanya.​“Sofi.” Daniel menoleh kearahku lalu memanggilku. Aku mencoba menahan semua rasa sakit. “Heii.. kamu kenapa, sayang?” Daniel menghampiriku.Terlihat wajah Daniel nampak khawatir melihat kondisiku. Aku tidak bisa menyembunyikan kondisiku yang lemah. Tapi aku masih berusaha kuat. “Kita pulang, ya.” "Aku nggak apa-apa, Mas. Aku cuma terlalu panik menghadapi semuany
Read more
Diratukan Keluarga Daniel
“Ada apa Di?” Samar-amar aku mendengar suara Mamah Daniel.“Sofi sakit, Mah.” Jawab Daniel sambil menggendongku dan berjalan terburu-buru. Daniel membawaku kekamarnya. Kamar Dimana aku meninggalkan Daniel saat dia terbaring lemah.“Kamu nggak apa-apa, sayang?” Tanya Mamah Daniel. wajah yang seiras dengan Daniel inipun sama-sama mengkhawatirkanku. Aku melihat ketulusan mereka menyayangiku.“Nggak apa-apa, Mah. Mamah nggak usah khawatir, yah..” Jawabku menenangkan Mamah Daniel.Aku melihat Daniel yang sedari tadi tidak tenang.“Ini buburnya, Pak.” Maid Daniel mengantarkan mangkuk berisi bubur pada Daniel.“Makasih, Bi.” Daniel meraih mangkuk itu dan menghampiriku. “Makan dulu ya, sayang.” Ucap Daniel. Aku melirik Mamah Daniel. Aku malu Daniel memanggilku sayang didepan Mamahnya. Aku mengangguk dan membuka mulutku saat Daniel menyuapiku. Entah kenapa aku bisa jatuh ketangan Salman, padahal begitu lebarnya jalan untukku masuk kekeluarga Daniel.Aku sangat yakin, ini bukan takdir. Mela
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status