Semua Bab Pengasuh Kesayangan Tuan Duda: Bab 21 - Bab 30
52 Bab
Sebuah Sumpah?
Iler?! Claudia langsung menutup mulutnya, wajahnya memerah saat masih bisa merasakan sedikit basah di sudut bibirnya."P-pak, saya--!""Kita sudah sampai," potong Malven sembari menujuk dengan dagunya, pada Raga yang sedang berdiri di dekat jendela mobil. Eh, lho?! Sejak kapan sampainya? Claudia cepat-cepat menekan kunci pintu dan membukanya."Saya benar-benar minta maaf, Pak," ucap Claudia lirih sebelum bergegas keluar, sedikit salah tingkah saat Raga bertanya apa Claudia tidur nyenyak.Masih sedikit terdistorsi, Claudia beberapa kali menerima teguran dan cubitan di pipi dari Raga yang berulangkali diabaikan. Tidak hanya melamun saat sedang membantu memakaikan piyama pada Raga, Claudia juga tidak mendengarkan ketika anak asuhnya bertanya tentang keinginannya untuk tidak makan malam."Kakak dari tadi bengong terus kenapa, sih?! Kali ini tuh bengongnya beda dari yang sebelum-sebelumnya!" Raga melipat tangan, bibirnya merengut dan wajahnya jelas menunjukkan kekesalan. "Padahal katanya
Baca selengkapnya
Dua Bulan Kemudian
Ups! Claudia cepat-cepat menutup mulutnya yang mengeluarkan kata-kata tanpa kompromi. "Ma-maaf, Pak, maksud saya--!" "Meski dilihat sedekat ini juga masih tidak enak?" Claudia tercekat saat Malven mendekatkan wajahnya tiba-tiba. Jarak wajah mereka yang terlalu dekat membuat wanita itu gugup--tentu saja! Memangnya wanita mana yang tidak akan gugup menatap wajah setampan itu dari jarak dekat?! Dan yang lebih penting, pria tampan itu bukanlah kekasihmu, melainkan majikan. Majikan! Seseorang yang tidak suka jika pengasuh putranya menaruh hati hingga memberi beberapa peraturan aneh, tapi malah bertingkah seperti ini, Claudia tidak tahu harus bagaimana menyebutnya. Haruskah ia menyebut Malven sebagai penggoda? Penggoda yang tidak mau menerima konsekuensi atas godaannya sendiri? "Kamu gugup, tapi tidak tersipu." Ha? Claudia yang sempat melamun saat melihat wajah tampan Malven dari jarak dekat, akhirnya tersadar ketika pria itu menjauhkan wajah. Kata-kata Malven membuat Claudia men
Baca selengkapnya
Dunia yang Gelap
Mereka sampai di hotel saat matahari baru saja tenggelam dan suhu menurun hingga -8°, untungnya segala urusan hotel sudah selesai sehingga Claudia dan Raga tidak perlu lagi menunggu. "Ini kunci milikmu, Claudi, letak kamarmu tepat di samping kamar kami. Malam ini sebaiknya langsung istirahat dan pesan layanan kamar saja, aku yang akan mengurus Raga." Claudia menerima key card berwarna hitam yang Malven sodorkan. Wanita itu melirik pada Raga dan mengangguk setelah mendapat persetujuan dari anak asuhnya. Malam ini mungkin akan jadi yang pertama kali Claudia dan Raga tidak makan bersama, tapi situasi ini juga bagus untuk hubungan Malven dan Raga.Sebenarnya kedatangan Malven ke Jepang adalah murni pekerjaan, dan pria itu hampir saja kembali merusak kepercayaan Raga karena membatalkan janjinya untuk berlibur bersama, jadi ia memutuskan untuk membawa Raga bersamanya. Malven mungkin tidak akan memiliki banyak waktu bersama Raga meski ia membawa putranya ikut ke perjalanan bisnisnya kali
Baca selengkapnya
Luka yang Belum Kering
Claudia pikir menyaksikan perselingkuhan kekasihnya beberapa hari sebelum pernikahan itu menyakitkan. Ia pikir mengakhiri hubungan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun itu menyakitkan. Mendengarkan pembelaan Deon yang bersikukuh jika ia dijebak oleh Selena juga Claudia pikir sudah sangat menyakitinya. Tapi, luka-luka atas pengkhianatan dan kekecewaan itu belum selesai, karena ada rasa sakit lebih hebat lainnya yang kini menghantam Claudia.Selena tengah mengandung benih Deon. Kalau hanya sampai di sana berita yang Claudia terima, ia masih bisa mengabaikannya, tapi ketika Miranda memberitahu usia kandungan Selena, Claudia merasakan kakinya melemah, air mata yang sudah mengering kembali tumpah mendanau. Ingatan-ingatan penuh senyum yang selama ini Claudia sembunyikan rapat-rapat, kini membanjir dan membuat hatinya kembali berdarah dengan hebat.“Sebenarnya sejak kapan … sejak kapan kalian mulai menusukku dari belakang?” Suara Claudia bergetar, layar ponselnya masih menyala meski ia
Baca selengkapnya
Surat Undangan
Tadinya Claudia berpikir begitu, untuk membawa Raga jalan-jalan dan menikmati waktu liburnya. Tapi, salju yang kembali turun dan diiringi dengan hujan membuat Claudia dan Raga tidak bisa ke mana-mana, bahkan pihak hotel memberi larangan pengunjungnya untuk keluar. "Lain kali kita ke sini waktu musim semi atau musim panas saja, setidaknya masih bisa keluar jalan-jalan." Claudia menghela napas, menatap salju yang turun, terlihat indah memang jika dilihat dari tempat yang hangat seperti ini. "Iya, lain kali kita ke sini lagi bulan Maret nanti ya, waktu aku ulang tahun!" Raga menimpali, tangannya menyentuh kaca jendela dan bisa merasakan dingin yang menempel di telapak tangannya. Padahal hanya menyentuh kaca, itu pun dari dalam ruangan, tapi dinginnya sudah terasa, Raga tidak bisa membayangkan separah apa suhu di luar. Untungnya pertemuan dan segala macam urusan bisnis Malven memang hanya dilakukan di hotel, jadi pria itu tidak perlu mengkhawatirkan cuaca. "Benar juga, sebentar la
Baca selengkapnya
Salah Kamar
Memilih tempat di depan bartender, Claudia yang tidak peduli lagi pada tugasnya sebagai pengasuh besok pagi, langsung memesan."Martini," ucap Claudia sembari menunjukkan satu jarinya, mengabaikan tatapan heran dari sang bartender. Mungkin ini terlalu pagi untuk datang ke bar dan memesan cocktail, tapi Claudia membutuhkannya untuk menenangkan diri. Wanita itu tidak menunggu lama untuk segera menenggak martini yang dipesannya, dan secepat itu juga Claudia memesan yang baru.Pria tinggi yang melayani Claudia di meja bartender menggeleng pelan melihat wanita itu memesan beberapa minuman berbeda dan langsung menenggaknya begitu saja."Apa kau tidak tahu cara menikmati alkohol? Margarita itu harus disesap perlahan, rasakan sensasinya, nikmati bagaimana tequila dan jeruknya menyatu di lidah."Claudia terkekeh mendengar pelajaran yang tiba-tiba diberikan sang bartender. Pria itu berbicara menggunakan bahasa inggris, yang artinya ia mengetahui jika Claudia bukan orang Jepang. "Menikmati alk
Baca selengkapnya
Kesalahan Fatal
“Ugh!” Kelopak mata wanita itu perlahan terbuka, mengernyit ketika merasakan nyeri hebat di kepala. Claudia mengerutkan kening, rasa pusing dan sakit kepala yang menghantam membuatnya tidak bisa bergerak. “Jam berapa sekarang? Aku harus ….”Claudia terdiam ketika suaranya tidak keluar dengan semestinya. Kenapa suaranya tiba-tiba sangat serak dan nyaris hilang?‘Apa aku menangis lagi tadi malam?’ Claudia membatin sembari bangkit perlahan, kepalanya mencoba mengingat bagaimana ia bisa kembali ke kamar dengan selamat. Claudia yakin kesadarannya sudah hilang sepenuhnya ketika ia menenggak entah gelas ke berapa.“Aduh! Aww!” Claudia yang baru saja duduk dan mencoba bergerak dari ranjang langsung tersentak saat merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya. Rasa perih dan nyeri itu membuatnya gugup.Menatap pada tubuhnya yang mengenakan piyama dengan sempurna, sudah pasti yang menyebabkan rasa sakit itu bukan sesuatu yang Claudia takutkan.“Apa aku terbentur sesuatu?” Claudia mengangguk, satu-sa
Baca selengkapnya
Kedatangan Raga
Meski agak takut, Claudia tetap mendekati pintu dan mengintip lewat layar kecil di dekatnya. Kehadiran pria tampan di depan pintu kamarnya membuat Claudia semakin gemetar. Kenapa Malven harus datang sekarang? "Dia tidak benar-benar akan mengusirku sekarang juga, kan?" Claudia bergumam sendu, bagaimana pun diusir dari pekerjaan dengan tidak terhormat akan meninggalkan noda pada nama baiknya. Tidak hanya itu, Claudia mungkin tidak sempat berpamitan pada Raga. Duk! Duk! Duk! Claudia terkesiap ketika merasakan gedoran di pintu, suaranya terlalu lemah untuk seukuran orang dewasa seperti Malven, dan Claudia jelas melihat pria itu hanya berdiri diam. "Apa dia menendang pintunya--astaga!" Claudia berjengit ketika Malven tiba-tiba menatap ke arahnya, seolah pria itu benar-benar bisa menembus dinding dan melihat pada Claudia. Lalu, ketika tangan Malven menunjuk sesuatu ke arah bawah, Claudia menelengkan kepala. "Raga ...." Oh! Claudia buru-buru membukakan pintu saat membaca gerak bibir Ma
Baca selengkapnya
Berlalu Begitu Saja
“Kenapa, Kak?”“Ah, bukan apa-apa!” Claudia segera menggeleng, sedikit canggung saat memikirkan Malven meminta pertanggungjawaban seperti seorang perawan. Eh? Kalau begitu, bukankah harusnya Claudia yang meminta hal seperti itu?‘Tidak, tidak, tidak! Mau bagaimana pun bukankah yang kemarin malam itu kesalahanku? Kalau aku tidak mabuk dan menggodanya, dia pasti tidak akan pernah menyentuhku!’Claudia menghela napas, sepertinya ia benar-benar pernah melakukan kesalahan pada seseorang hingga menjadi seperti ini. Tidak hanya dikhianati oleh tunangan yang bersamanya selama tujuh tahun, ditusuk dari belakang oleh sepupu yang paling Claudia sayang dan percayai, sekarang Claudia bahkan kehilangan keperawanannya begitu saja, pada seorang pria berstatus suami orang.Apa yang akan Elodia katakan seandainya wanita itu ada di sini? Bukankah Claudia sama saja dengan Selena pada akhirnya?Tidak sampai dua jam, Claudia akhirnya mematikan televisi saat Raga tertidur begitu saja. Anak itu tidak fokus m
Baca selengkapnya
Perasaan Gelisah
Kembali ke rumah yang selama dua bulan menjadi tempat tinggalnya, Claudia tidak tahu kalau akan ada perasaan rindu dan nyaman yang mendekapnya, apalagi saat Dera menyambut, bahkan para pekerja yang sudah akrab dengannya pun langsung mengerumuni Claudia di kamarnya. Claudia membagikan oleh-oleh yang dibelinya untuk seluruh pelayan di kediaman Pranaja, termasuk untuk Dera dan Ali, juga pengurus taman dan penjaga keamanan. Saat mereka bertanya dari mana Cludia memiliki uang untuk membeli semua itu, dengan mudah wanita itu menjawab bahwa Malven memberikan black card miliknya dan memerintahkannya untuk membeli apa pun sebagai oleh-olh untuk seluruh pekerja. Tentu saja itu bohong! Claudia membeli semua oleh-oleh menggunakan uang pribadinya. Shoping, jalan-jalan, menghabiskan uang, adalah cara terbaik melupakan kesedihan dan kekhawatiran. "Kenapa belum tidur?" Claudia bertanya saat memasuki kamar Raga, melihat anak itu masih bergulingan di ranjang padahal sudah pukul sembilan malam. Mer
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status