All Chapters of Jerat Hasrat Mr. Presdir: Chapter 41 - Chapter 47
47 Chapters
kami akan menikah
Lucia segera meninggalkan Valeria dan juga Rionandra. Ia tidak ingin semakin menjatuhkan harga dirinya yang telah runtuh karena telah dipergoki menangis oleh Valeria.Sementara Valeria terlihat menatap tajam ke arah Rio, seolah meminta penjelasan."Apa kalian bertengkar karena aku lagi?""Astaga, tidak. Dia hanya sedang bersedih karena keadaan ayah kalian." Kilah Rio cepatMeski masih tidak percaya dengan ucapan Rio, Valeria memilih untuk mengabaikannya. Ia bergerak menuju ruangan ayahnya membuat Rio kembali bertanya, "Kau mau kemana?""Aku harus menemui Papa."Sebelum membuka pintu, Valeria kembali bertanya, "Apa Mama Kalina masih ada di sini?""Tidak, tadi Lucia memintanya untuk pulang dan beristirahat karena dia terlihat sangat shock.""Baguslah, jadi aku bisa menemui Papa dengan leluasa."Valeria segera membuka pintu, ia terenyuh melihat ayahnya yang terbaring di ranjang rumah sakit. Valeria mengangkat tangan ayahnya lalu mengusapnya dengan lembut, "Maafkan Valeria, Pa."Tepat saa
Read more
Ancaman
"Kau seharusnya meninggalkannya, Revan. Bukan malah memberi kabar bahwa kalian akan menikah, apa kau sudah tidak waras?""Maaf, tapi aku tidak bisa meninggalkannya, Ayah. Ada alasan yang cukup masuk akal agar aku tidak meninggalkannya.""Memangnya kenapa kamu tidak bisa meninggalkannya?" Teriak Agung mulai dengan nada meninggi, sungguh ucapan Revan membuat ia sangat murka."Karena Valeria mengandung anakku."Praang!Cangkir yang sedang dipegang Barbara seketika jatuh mendengar perkataan Revan. Tatapan semua orang seketika beralih padanya, Barbara segera tergeragap melihat perhatian semua orang beralih kepada dirinya. Sungguh, pernyataan Revan tadi sangat membuat ia shock. Valeria sedang mengandung putera Revan? Sejak kapan? Bagaimana bisa Revan melupakannya dan malah memiliki anak dari wanita lain? Hatinya terasa sangat panas dan seluruh tubuhnya menjadi gemetar."Maaf, tangan Mama licin."Barbara segera berjongkok memunguti pecahan kaca, melihat hal itu Agung segera mendekat ke arahn
Read more
Hari Pernikahan
Hari pernikahan pun tiba, Valeria menatap bayangan dirinya di depan cermin dengan perasaan bimbang. Apa keputusannya untuk menikah dengan Revan adalah benar? Setelah mengetahui hubungan antara Revan dan Barbara, Valeria menjadi sangat ragu dengan keputusannya. Ia jadi merasa jijik karena harus bersanding dengan penipu seperti Revan."Kamu baik-baik saja, Nak?"Valeria mengalihkan tatapannya dari cermin ke arah sumber suara. Ayahnya, Herman terlihat menatap Valeria dengan raut wajah yang kuyu. Seolah menunjukkan bahwa ia merasa sangat bersalah karena sudah membuat Valeria menceburkan dirinya ke dalam situasi seperti ini."Aku baik-baik saja Pa, tenanglah.""Tapi, Papa sangat khawatir, maafkan Papa karena kamu harus menanggung ketidakberdayaan Papa menghadapi keluarga Mahendra."Valeria hanya mengulas senyuman tipis mendengar ucapan Herman, "Tidak usah dikhawatirkan, Valeria bisa menjaga diri dengan baik. Papa hanya perlu mendukung Valeria, yang terpenting perusahaan Papa tidak mendapat
Read more
Hampir Kehilangan Nyawa
Valeria mencoba mengambil nafasnya saat ia masuk ke dalam kolam renang. Sebenernya apa yang terjadi? Ia bahkan belum mabuk sama sekali, tapi bagaimana ia bisa tiba-tiba masuk ke dalam sini? Ya Tuhan... Ia bahkan tidak bisa berenang.Valeria berusaha meronta mengulurkan tangannya meminta pertolongan kepada semua orang di sana, namun tidak ada satupun yang sadar akan kesulitannya. Mereka malah sibuk menertawakan Valeria. Valeria mulai kelelahan, ia merasa kedinginan dan nafasnya mulai terasa sesak. Sial, ini adalah hari pernikahannya, namun ia malah terjebak dalam situasi menyedihkan ini. Mata Valeria mulai terasa gelap, apa begini akhirnya? Apa dia hanya akan mati konyol di tempat yang ia sendiri terasa asing? Valeria mulai mengerjap-mengerjap, air matanya mulai berderai. Dalam hati ia sungguh menyesali semua ini."Maafkan Mama Nak, Mama tidak bisa melindungi kamu."Tepat saat Valeria hendak menyerah sosok seorang pria dengan setelan putih menghampirinya. Valeria mengerjapkan matanya
Read more
Siapa dalangnya?
"Bagaimana keadaanmu?"Setelah melakukan beberapa proses pemeriksaan oleh dokter yang bertugas, Valeria akhirnya bisa kembali menemukan kendali dirinya. Tadi, ia sungguh benar-benar shock, ia tidak menduga jika hampir tenggelam dengan konyol di hari pernikahannya."Ya, saya baik-baik saja,""Syukurlah, bayi kita juga baik-baik saja. Dokter sudah memeriksa keadaannya tadi."Valeria terlihat mengerjapkan mata, ia menurunkan pandangannya ke arah pakaiannya yang kini sudah terganti."Anda yang mengganti pakaian saya?" Tanya Valeria dengan nada tidak percaya."Memangnya siapa lagi?" Melihat bahwa wajah Valeria berubah tidak senang, Revan kembali melanjutkan, "Kenapa wajahmu seperti itu? Sekarang aku adalah suamimu, wajar saja jika aku melihat tubuhmu."Valeria segera menutup tubuh dengan kedua tangannya mendengar ucapan Revan, "Jangan mengulangi perbuatan Anda atau saya akan melaporkan hal ini sebagai pelecehan."Revan terlihat mendengus mendengar ucapan Valeria. Astaga, memangnya sejak ka
Read more
Apa yang Kau Lakukan, Barbara?
Namun alih-alih menjawab perkataan Valeria, Revan terlihat mengulas senyuman dengan lebar. Ia mendekatkan wajahnya hingga Valeria harus memundurkan langkah karena Revan semakin dekat."Kau takut jika aku meninggalkanmu, ya Nona Valeria?"Valeria seketika terperangah mendengar ucapan Revan, "Anda benar-benar pria yang narsistik." gumam Valeria dengan sebal. Karena sedari tadi Revan tidak menjawabnya dengan benar, Valeria akhirnya menghela nafas lalu mendorong tubuh pria itu, "Kalau begitu terserah Anda akan pergi kemana, saya tidak memperdulikannya kembali."Revan hanya terkekeh kecil saat melihat Valeria beranjak menuju ranjang lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut, "Jika Anda hendak pergi, tolong tutup pintunya," ujar Valeria kembali lalu mulai merebahkan tubuhnya.Revan masih saja terkekeh melihat tingkah Valeria. Kenapa semakin lama sikap istrinya ini semakin menggemaskan?Revan hanya menggeleng kecil untuk kemudian membuka pintu, namun sebelum pergi ia kembali berkata sesuatu y
Read more
Malam Pertama
"Aku tidak melakukan apapun!" balas Barbara sambil mengusap-usap tangannya yang kini memerah.Revan seketika mendengus, "Aku sudah tahu semuanya Barbara. Kau yang membuat Valeria hampir tenggelam hari ini, bukan?"Gerakan Barbara seketika terhenti saat mendengar ucapan Revan. Matanya seketika melebar, merasa cukup terkejut karena Revan mengetahui tentang rencananya itu."Melihat gelagatmu itu, sepertinya tebakanku benar."Raut wajah Barbara seketika berubah, karena Revan sudah mengetahuinya, untuk apa lagi ia bersandiwara?"Jika memang aku yang melakukannya, memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan hal itu. Sudah ku bilang kehidupannya di sini tidak akan tenang dan baik-baik saja."Mendengar ucapan Barbara, Revan kembali geram. Ia menekan tubuh Barbara ke arah tembok."Berani sekali kau melukainya di depan mataku ini, Barbara!""Tentu saja dia sudah merebutmu, kenapa aku tidak berani?" tukas Barbara tidak mau kalah.Revan segera mencengkram leher Barbara. Ia sungguh merasa sangat emos
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status