Semua Bab Kakak Cantik, Jadi Mamiku!: Bab 171 - Bab 180
330 Bab
Menginap di Rumah Mertua
“Kita belum memberitahu Mama dan Papa soal kehamilanmu, bagaimana kalau malam ini kita ke sana memberitahu, sekalian menginap apalagi besok weekend?” “Boleh, lagi pula sudah lama tidak menginap di sana. Emi pasti senang kalau diajak menginap di rumah Mama,” balas Aruna sambil menoleh Ansel yang sedang mnyetir. Ansel menganggukkan kepala. Mereka pun pulang terlebih dahulu untuk bersiap sekalian menjemput Emily. “Kalian mau menginap di sana?” tanya Bintang saat Aruna menyampaikan maksud berkunjung ke rumah Ayana. “Iya, Mom. Sudah lama tidak ke sana, sekalian memberitahu soal kehamilanku,” ujar Aruna menjelaskan. “Ya sudah,” balas Bintang tak mungkin melarang. “Mau bawa mangga muda? Biar mommy kupasin jadi nanti tinggal makan di sana,” ujar Bintang kemudian. “Boleh, Mom. Buat jaga-jaga di sana ga ada,” balas Aruna senang karena Bintang sangat perhatian kepadanya. “Yei! Ke rumah Oma!” teriak Emily yang baru saja mendengar kalau akan diajak menginap di rumah Ayana. Bintang memanda
Baca selengkapnya
Banyak Bahagia
“Mama sangat senang mengetahui kamu hamil. Kalau kamu butuh sesuatu atau menginginkan sesuatu, bilang saja ke Mama,” ucap Ayana saat duduk berdua dengan Aruna. Ansel menemani Deon masak untuk Aruna, sehingga Aruna hanya berdua dengan Ayana karena Emily sibuk bermain di kamarnya. “Doakan aku sehat sampai melahirkan saja, Ma. Itu yang terpenting buatku sekarang,” balas Aruna. “Kamu bilang sejak hamil agak susah makan, apa separah itu kondisinya?” tanya Ayana penasaran karena dulu dia hanya mual tapi masih bisa makan. “Entah, Ma. Kata dokter itu biasa, apalagi setiap wanita hamil pasti memiliki kondisi berbeda. Dokter juga bilang kemungkinan aku bisa makan normal seperti dulu setelah masuk trimester kedua, jadi aku harus kuat di trimester pertama ini,” ujar Aruna menjelaskan. Ayana cemas kalau sampai Aruna tak bisa makan dan mendapat asupan makanan yang cukup. “Memang wajar, tapi sekiranya benar-benar tak sanggup dengan kondisimu, kamu harus segera memeriksanya ke dokter,” ujar Aya
Baca selengkapnya
Menantu Kesayangan
“Kamu sedang apa?” Aruna sangat terkejut saat mendengar suara mertuanya. Dia menoleh hingga melihat Deon yang berjalan ke arahnya. Aruna tersenyum canggung dan salah tingkah, bahkan sampai menggaruk kepala tidak gatal. “Lapar?” tanya Deon tersenyum melihat tingkah Aruna. Aruna melebarkan senyum sambil menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Deon. “Aku ingin membangunkan Ans, tapi sepertinya dia kelelahan dan tidur sangat nyenyak, jadi aku memilih nyari sendiri di dapur, tapi sepertinya di dapur tidak ada apa-apa,” jawab Aruna panjang lebar. Deon memulas senyum mendengar jawaban Aruna. Dia pun membuka lemari pendingin yang memang hanya ada bahan makanan dan buah. “Kamu mau makan apa, biar papa buatkan?” tanya Deon penuh perhatian. Aruna terkejut mendengar pertanyaan mertuanya itu. “Tidak usah, Pa. Aku makan buah saja, Papa pasti capek, apalagi baru pulang dari luar kota, bahkan tadi malah aku minta buat masakin,” jawab Aruna menolak tawaran karena tak mau merepotkan Deon. Deon
Baca selengkapnya
Mendadak Pusing
“Siang ini aku ingin melihat persiapan di toko pusat untuk launching majalah tahunan. Kalau kamu agak repot, aku akan pergi dengan Siska,” ujar Aruna sambil merapikan dasi Ansel. “Aku belum melihat jadwal hari ini. Nanti aku kabari andai bisa atau tidak mengantarmu,” balas Ansel. Aruna menatap suaminya dengan seulas senyum. Dia mengangguk-anggukan kepala lantas mengangsurkan jemari di permukaan dasi Ansel. Ansel mencium kening Aruna seperti biasanya setelah istrinya itu memberi perhatian, lantas keduanya pun keluar kamar untuk sarapan bersama sebelum ke kantor. Ansel dan Aruna mengantar Emily ke sekolah lebih dulu. Mereka kini sudah sampai di sekolah Emily. “Nanti siang yang jemput Oma Ayana, ya.” Aruna mengingatkan Emily karena tak bisa menjemput Emily. “Iya, Mami jangan cemas. Aku akan menunggu sampai Oma datang,” ucap Emily sambil menenteng tasnya. “Baiklah, belajar yang rajin, ya.” Aruna mencium kening Emily. “Mami
Baca selengkapnya
Sangat Khawatir
Ansel baru saja selesai menghadiri rapat kerjasama dengan salah satu kliennya. Dia langsung membuka ponsel untuk melihat apakah Aruna menghubunginya. [Kamu masih di toko?] Ansel mengirim pesan karena takut mengganggu Aruna jika langsung menelepon. Dia menunggu Aruna membaca pesannya, tapi istrinya itu sama sekali belum ada tanda-tanda membuka pesan darinya. “Apa dia sedang di jalan?” Ansel bertanya-tanya sendiri sambil melamun. “Pak.” Rio membuat Ansel terkejut. “Anda mau kembali ke ruangan sekarang?” tanya Rio yang sejak tadi menunggu Ansel beranjak dari kursi. Ansel hanya mengangguk mendengar pertanyaan Rio. Dia lantas berdiri kemudian berjalan keluar dari ruang rapat. Saat Ansel hampir sampai di lift, ponselnya berdering tapi bukan Aruna yang menghubunginya. Dia melihat nama Siska terpampang di layar. “Halo.” Ansel buru-buru menjawab panggilan Siska karena tahu jika wanita itu pergi bersama Aruna. “Halo, Pak.
Baca selengkapnya
Diminta Resign
“Tapi dokter tidak bilang ada yang serius, kan?” Bintang sangat khawatir saat Ansel mengantar pulang Aruna, kemudian mengatakan jika Aruna pingsan. “Dokter hanya bilang kalau Runa mengalami gejala anemia, Mom.” Bintang terlihat panik dan sedih. Dia duduk di samping Aruna sambil memegang telapak tangan putrinya itu. “Kamu sedang hamil muda, masih bekerja memegang beberapa tanggung jawab. Bagaimana kalau cuti saja, Run. Mommy takut terjadi sesuatu denganmu saat bekerja,” ujar Bintang cemas berlebihan karena takut sesuatu terjadi dengan Aruna. Aruna terkejut mendengar ucapan Bintang. Dia sampai menatap sekilas ke Ansel, lantas kembali menatap sang mommy. “Aku baik-baik saja, Mom. Tadi itu benar-benar hanya karena lelah juga cuaca di luar sangat panas. Mommy jangan berlebihan menanggapi masalah pingsanku tadi,” ucap Aruna tak mau berhenti dari pekerjaannya. “Bukan begitu, Runa. Kamu ini sedang hamil, sekarang ini kamu harus fokus ke kehamilan, bukan pekerjaan. Memangnya apa yang ka
Baca selengkapnya
Acara Perusahaan
Aruna pergi ke acara itu bersama Langit dan staff lain. Ansel sendiri mengabari jika akan segera menyusul setelah menyelesaikan pekerjaan. “Duduklah dulu kalau capek,” ucap Langit ke Aruna yang berdiri di sampingnya. “Tidak apa-apa, Dad. Terlalu banyak duduk juga membuat kakiku pegal,” balas Aruna. Setelah sambutan berakhir, Aruna dan Langit duduk untuk melihat acara fashion show. “Bu, dia pria yang kemarin menggendong dan membawa Anda ke rumah sakit,” bisik Siska yang duduk di belakang Aruna. Aruna sangat terkejut mendengar ucapan Siska. Tatapannya pun tertuju ke seorang pria yang ternyata menjadi salah satu model fashion show siang itu. Aruna memperhatikan pria itu. Dia merasa tak mengenal pria itu sama sekali, bahkan dirinya tak tahu kalau pria itu salah satu model terkontrak di perusahaan ayahnya. Pria yang menolong Aruna berjalan di stage memakai salah satu pakaian yang ada di majalah tahunan. Pria itu sempat melempar tatapan ke Aruna, sebelum kembali berjalan ke arah bela
Baca selengkapnya
Tragedi
Aruna mengecek ponsel saat merasakan getaran dari tas, hingga dia melihat Ansel mengiriminya pesan. “Ansel sudah ada di depan, ayo ke depan,” ajak Aruna ke Siska yang berdiri di belakangnya. Siska mengangguk mendengar ajakan Aruna. Saat keduanya hendak beranjak, tiba-tiba saja Clay berteriak. “Awas!” teriak Clay sambil menarik tangan Aruna. Siska dan semua orang yang ada di sana sangat terkejut sampai ada yang berteriak saat melihat lampu studio yang dipasang di atas, tiba-tiba jatuh tepat di atas Aruna. Clay terjatuh hingga membuat Aruna ikut terjatuh. Lampu itu menimpa kaki Clay, sedangkan serpihan sedikit menggores kaki Aruna. “Bu Aruna!” teriak Siska panik. Semua orang mendekat untuk membantu, saat itu Ansel dan Langit sampai di sana setelah mendengar teriakan dari staff di belakang panggung. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Clay mencoba mengecek kondisi Aruna. Clay mengabaikan kakinya yang terluka hingga berdarah karena mencemaskan Aruna. “Perutku.” Aruna memegangi perut yan
Baca selengkapnya
Semua Hancur
“Bagaimana kondisi Runa? Kenapa bisa begini?” Bintang langsung mencecar Ansel saat datang ke rumah sakit. Ansel hanya diam karena sesungguhnya dialah yang benar-benar hancur saat tahu Aruna keguguran. “Bin, tenang dulu. Nanti aku cerita, tapi kamu tenang dulu, ya.” Langit mencoba menenangkan Bintang agar penyakitnya tak kambuh. Aruna masih belum sadarkan diri karena pingsan setelah mengalami keguguran. Bintang ke sana setelah diberitahu pembantu. Wanita itu awalnya tak percaya, tapi nasib memang tak bisa dielak. Bintang pun diajak duduk Langit karena masih syok dengan yang terjadi. Ansel keluar dari kamar, hingga dia menyandarkan punggung di dinding lantas luruh sampai terduduk di lantai sambil memegangi kepala dengan kedua tangan. Tepat saat itu Ayana dan Deon melihat Deon duduk sendiri di lantai. Mereka pun buru-buru menghampiri. “Ans.” Ayana berjongkok sambil menyentuh pundak Ansel. Ansel masih menundukkan kepala, hingga kedua pundaknya bergetar hebat bersamaan air mata ya
Baca selengkapnya
Kuat Bersama
Ansel dan yang lain menunggu aruna dikuret. Mereka duduk di depan ruang operasi, Ansel hanya diam sambil menatap kosong pintu ruang operasi. Ayana melihat Ansel yang sangat terpukul karena kejadian ini. Dia memegang telapak tangan putranya itu tapi tak mendapat respon apa pun dari Ansel. Saat semua orang menunggu, Clay dan managernya datang bersama dengan Siska. “Pak.” Siska yang menyapa Langit lebih dulu. “Kenapa kalian di sini?” tanya Langit saat melihat Siska juga Clay di sana. “Bagaimana kondisi Bu Runa?” tanya Siska memastikan. Dia dan Clay ke ruang operasi setelah diberitahu perawat. “Tidak baik, tapi doakan yang terbaik untuknya,” jawab Langit. Siska sepertinya langsung paham maksud Langit, apalagi dia melihat darah di tangan Ansel saat menggendong Aruna. “Pak, kami ke sini karena Pak Clay bilang kalau ada kejanggalan dari jatuhnya lampu itu,” ujar Siska menjelaskan. Langit sangat terkejut mendengar ucapan Siska. Dia langsung menoleh Clay yang ada di samping Siska. Se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
33
DMCA.com Protection Status