All Chapters of Kakak Cantik, Jadi Mamiku!: Chapter 181 - Chapter 190
330 Chapters
Saling Menguatkan
“Oma, Mami dan Papi ke mana? Kenapa tidak pulang?” Emily langsung melontarkan pertanyaan ke Bintang saat bertemu dengan wanita itu di pagi hari. Bintang terkejut mendengar pertanyaan Emily. Sejak kemarin Emily tidak tahu dengan yang terjadi, bahkan ditinggal seharian hanya bersama pembantu. “Mami dan Papi sedang ada urusan, tapi sore ini pulang. Emi jangan cemas, ya.” Bintang mencoba menenangkan. Dia tersenyum meski wajahnya sedikit sembab. Emily terlihat sedih karena Ansel atau Aruna tak ada yang menghubunginya sama sekali. “Emi, sekarang siap-siap ke sekolah dulu. Nanti oma yang antar, ya.” Bintang berusaha bersikap biasa karena takut membuat Emily sedih. Emily mengangguk-anggukan kepala walah sedih. Dia lantas kembali ke kamar untuk bersiap sekolah. Bintang langsung menutup mulut untuk menahan tangis setelah Emily pergi. Dia tak bisa membayangkan bagaimana sedihnya Emily jika tahu kalau sudah kehilangan calon adiknya sedangkan gadis kecil itu sangat mengharapkan kehadiran seo
Read more
Mengumpulkan Bukti
“Kita beritahu Runa saat sudah di rumah saja. Dia baru saja bisa tenang, kasihan jika kembali memikirkan kecelakaan yang terjadi karena ulah seseorang,” ujar Langit saat bicara berempat dengan orang tua Ansel. “Jadi memang benar kejadian lampu jatuh itu disengaja oleh seseorang?” tanya Deon memastikan. “Iya, karena ada saksi yang melihat hal mencurigakan. Hanya saja kita butuh bukti lebih banyak sebab pelaku tidak terekam kamera pengawas saat melancarkan aksinya. Tapi polisi sudah mengumpulkan semua rekaman kamera Cctv di tempat itu untuk diselidiki,” jawab Langit menjelaskan. Ayana, Bintang, dan Deon pun diam mendengar jawaban Langit. Mereka tentunya ikut berpikir siapa sebenarnya yang berusaha mencelakai Aruna. “Siapa pun pelakunya, aku tidak akan melepasnya. Dia tak hanya mencelakai Runa, tapi juga sudah membuat calon cucu kita tiada,” geram Ayana karena yang paling menyesakkan adalah kehilangan calon bayi Aruna. “Lihat saja kalau tertangkap. Aku akan membuatnya menyesal sudah
Read more
Pulang ke Rumah
“Oma, kenapa Mami belum pulang juga? Aku kangen dari kemarin belum pulang.” Emily menatap Ayana yang siang tadi menjemputnya sekolah kemudian menemani di rumah Bintang. “Habis ini Mami pulang, Emi jangan cemas, ya.” Ayana bicara sambil mengusap kepala Emily. “Biasanya Mami dikit-dikit telepon kalau pulang telat, tapi kenapa sekarang tidak?” Emily mengeluh karena merasa diabaikan oleh Aruna. Dia bicara sambil menggambar tugas yang diberikan gurunya. Ayana pun hanya diam mendengar ucapan Emily. Dia tak bisa berkata-kata untuk menjelaskan apa yang terjadi karena yakin Emily belum paham. Aruna pun akhirnya pulang bersama Ansel juga kedua orang tuanya. Saat baru saja menginjakkan kaki di rumah, Aruna melihat Emily yang berlari ke arahnya. “Mami!” Emily terlihat sangat senang melihat kepulangan Aruna. Melihat Emily yang begitu bersemangat menghampirinya, entah kenapa membuat Aruna hendak menangis lagi. “Mami, kenapa pergi tidak bilang-bilang? Aku jadi kangen,” ucap Emily sambil men
Read more
Takkan Diam
“Ini bukti yang daddy dapat. Di foto ini terlihat jelas kalau talinya dipotong, lalu ini tampak bayangan seseorang berada di dekat tiang, tepat saat lampu itu jatuh,” ujar Langit menjelaskan karena Ansel bertanya tentang informasi yang diberikan Clay waktu itu. Ansel melihat foto yang ada di ponsel Langit. Dia lantas memperhatikan dengan baik-baik setiap foto yang ada di sana. “Polisi sedang menyelidiki kasus ini, daddy juga masih menunggu informasi lebih lanjut karena tak ada saksi yang melihat langsung pelakunya,” ucap Langit lagi. Ansel menghela napas kasar mendengar ucapan mertuanya itu. Terlihat jelas rasa lelah tapi bercampur amarah saat tahu jika memang ada yang berniat mencelakai istrinya. “Aku juga akan meminta orang mencari tahu, Dad. Kita tidak bisa hanya mengandalkan polisi saja,” ucap Ansel masih sambil memperhatikan setiap foto yang ada. Langit menatap Ansel yang begitu serius. Dia pun memahami bagaimana perasaan menantunya itu saat ini. “Ya, kita harus melakukan y
Read more
Takut Depresi
“Mi, kalian sudah menjenguk Runa?” tanya Hanzel saat sarapan bersama keluarganya. “Jenguk? Memangnya Runa kenapa?” tanya ibu Hanzel. Hanzel terkejut karena orang tuanya tidak tahu. Dia sampai menatap keluarganya bergantian. “Jadi, kalian tidak tahu?” tanya Hanzel balik. “Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan Runa?” tanya ayah Hanzel. “Bintang juga tak memberitahu apa pun,” timpal nenek Hanzel. Hanzel mendadak merasa bersalah sudah menanyakan soal Aruna. Dia menebak jika keluarganya memang belum diberitahu. “Kemarin aku dapat kabar kalau Runa keguguran,” jawab Hanzel. Keluarga Hanzel pun sangat terkejut mendengar jawaban pria itu. “Tapi kenapa tak ada yang memberitahu oma?” Wanita tua itu tak percaya dengan yang dikatakan Hanzel. “Kupikir kalian sudah tahu. Mungkin memang tidak memberitahu karena ada alasan lain. Bisa saja Bibi takut kalau Runa semakin sedih jika kita ke sana menjenguk,” ujar Hanzel menjelaskan. Semua orang pun sedih mendengar penjelasan Hanzel. Mereka memikir
Read more
Untung Ada Emily
“Kamu tahu soal kecelakaan di belakang panggung waktu itu. Entah ini kebetulan atau tidak, kamu melihat pria yang mencurigakan. Apa kamu tidak berniat memberitahu seperti apa wajahnya?” Ansel mulai bertanya tapi sikapnya terkesan sedang mengintimidasi. Dia hanya mencoba bersikap tegas agar tidak ada satu pun yang menyepelekannya. Clay menatap Ansel sambil mendengarkan apa yang dikatakan oleh pria itu. Dia membuang napas kasar, lantas membalas, “Aku tidak bilang kalau melihat wajah pelaku. Aku hanya melihat bayangan di sekitar tiang sebelum lampu itu jatuh.” Ansel memperhatikan Clay yang bicara dengan begitu santai. “Saat aku sedang bicara dengannya. Aku melihat sekelebat bayang aneh yang menurutku mencurigakan. Lalu, lampu itu jatuh. Bukankah bisa dibilang kalau memang ada yang ingin mencelakainya,” ujar Clay lagi. Ansel diam mendengarkan apa yang dikatakan Clay. Semua video yang merekam tempat kejadian, tak ada yang mencurigakan dari orang-orang yang ada di sana. “Aku masih syo
Read more
Sudah Ikhlas
“Kamu sudah pulang.” Aruna menyambut Ansel penuh senyum saat suaminya itu baru saja masuk kamar. Ansel sampai berhenti melangkah melihat Aruna tersenyum seperti itu. Aruna mendekat ke Ansel sambil mempertahankan senyumnya. Dia mengambil jas yang ditenteng Ansel, lantas melepas dasi suaminya itu. “Kamu sudah lapar? Mau minum kopi atau teh? Biar aku buatkan,” ujar Aruna sambil menarik dasi dari kerah. Ansel tak membalas ucapan Aruna. Dia masih menatap Aruna dengan ekspresi wajah cemas, apalagi sikap Aruna berbeda dari pagi tadi. “Kenapa aku tanya tidak dijawab? Apa ada yang salah?” tanya Aruna sambil menatap Ansel yang hanya diam. “Kamu sudah baik-baik saja?” tanya Ansel dengan tatapan cemas. Aruna tersenyum mendengar pertanyaan Ansel. Dia lantas memeluk suaminya itu. “Aku baik-baik saja, terima kasih karena sudah ada di sampingku saat masa terpurukku. Aku menyadari jika ada beberapa hal yang tak bisa aku ubah juga sesali. Aku bersyukur ada kamu dan Emi yang selalu menghiburku,”
Read more
Masih Menyelidiki
“Makan yang banyak,” kata Ayana saat makan malam bersama Aruna di rumah. “Iya, Ma.” Aruna tersenyum menanggapi perkataan sang mertua, apalagi Ayana sampai mengambilkan lauk untuknya. “Papa tidak tahu seperti apa seleramu, jadi ya semoga kamu suka,” ujar Deon yang susah payah memasak setelah pulang kerja demi menyenangkan hati menantunya. Aruna menoleh ke Deon sambil memulas senyum saat mendengar ucapan mertuanya itu. “Aku suka semua masakan Papa, tidak masalah seleraku atau bukan, aku juga tidak pilih-pilih makanan,” balas Aruna sambil memulas senyum. Deon mengangguk senang. Dia dan sang istri sedikit merasa lega karena Aruna sudah tidak sedih lagi. Mereka makan malam bersama, tak ada yang membahas soal keguguran lagi. Mereka membahas masa lalu ayah Ansel yang dulu memang seorang koki dan bercita-cita punya restoran bintang lima yang akhirnya bisa diwujudkan. Setelah makan malam. Aruna dan Ansel di samping rumah duduk di bangku
Read more
Sudah Baik-baik Saja
Sudah beberapa hari semenjak kejadian di event. Aruna terlihat sudah semakin baik, serta seperti biasanya.“Bolehkah besok aku mulai kerja?” tanya Aruna saat sedang duduk di ranjang untuk bersiap tidur.Ansel baru saja keluar dari kamar mandi saat mendengar pertanyaan Aruna. Dia memilih mendekat lebih dulu ke ranjang, lantas duduk di dekat Aruna.“Kamu yakin sudah baik-baik saja?” tanya Ansel memastikan.Aruna melebarkan senyum lantas menganggukan kepala.“Iya, aku sudah baik-baik saja. Aku bosan selama beberapa hari ini hanya di rumah, kalau kamu mengizinkan, aku ingin mulai berangkat kerja,” jawab Aruna menjelaskan.“Kalau kamu merasa sudah baik-baik saja, tidak apa jika memang ingin kembali bekerja,” balas Ansel sambil mengusap rambut Aruna.“Terima kasih,” ucap Aruna tampak senang.Ansel mengusap-usap rambut Aruna saat melihat istrinya itu tersenyum. Dia pun mengaj
Read more
Tak Mau Menyerah
“Bagaimana menurut Daddy? Bukankah semua ini terasa aneh?” Ansel pergi menemui Langit sebelum ke ruangan Aruna.“Memang, rasa-rasanya aneh jika mendadak lampu itu jatuh begitu saja tanpa sebab. Soal tali yang memang tak layak pakai, pihak event tak mungkin mengabaikan keselamatan seperti yang seharusnya mereka lakukan,” ujar Langit mengemukakan pendapatnya setelah membaca informasi dari Ansel.“Aku pun berpikiran sama, Dad. Aku merasa jika ini bukan hanya kebetulan semata. Hanya saja, kita tak punya banyak bukti, belum lagi kamera Cctv di lokasi juga tak merekam apa pun, kecuali di bagian depan,” balas Ansel mengemukakan pendapat.Langit pun diam berpikir. Dia juga sama dengan Ansel yang mencari petunjuk tapi tak ada satu pun petunjuk yang didapat.“Aku mulai ragu, tapi aku tidak mau menyerah karena ini tentang Aruna,” ucap Ansel lagi.Langit menatap menantunya yang terlihat serius menanggapi masalah
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
33
DMCA.com Protection Status