Semua Bab Istri Kedua Sang Majikan : Bab 21 - Bab 30
48 Bab
Bab 21
"Perkenalkan nyonya, nama saya Alina," kata wanita itu yang menyebutkan namanya Alina."Nama yang bagus dan cantik seperti orangnya," kata Lisa lalu tersenyum dan menyambut uluran tangan Alina.Meskipun penampilan Alina sedikit kucel rambutnya yang tidak terurus dan sedikit tergerai karena ikat rambut yang kendur, dan wajah yang belepotan dan pakaian yang lusuh sedikit bau memang, membuat Lisa merasa kasihan pada alinea yang sudah menolongnya."Kamu tinggal di mana Nak?" tanya Lisa kemudian saat keduanya sudah duduk di sebuah warung makan Padang.Ya, Lisa mengajaknya untuk duduk dan berbicara di warung makan Padang karena saat tadi di pasar ia mendengar perut Lisa yang berbunyi, tanda Alina yang kelaparan. Lisa pun tersenyum lalu mengajak Alina untuk ikut dengannya, akan tetapi saat Lisa mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah makan padang itu Alina menghentikan langkahnya, Karena ia merasa malu dengan keadaan tubuhnya yang kotor dan bau."Maaf Nyonya Saya tidak bisa ikut masuk ke dala
Baca selengkapnya
Bab 22
Alina merebahkan tubuhnya di kasur lantai yang tipis, di kamar kontrakannya yang sempit. Saat Ia mulai terlelap, ia mendengar pintu kamar kontrakannya diketuk oleh seseorang. Alina pun bangkit dan perlahan Ia membuka pintu dengan perlahan. Saat pintu dibuka Ia pun tersenyum sumringah saat mengetahui siapa yang berdiri di depan pintunya."Kak, Dion?" seru Alina dengan senyum yang mengembang.Melihat senyum yang sangat manis menghiasi wajah cantik Alina, Dion merasa sangat bahagia sekali. Meskipun ia tahu sendiri jika wanita yang ada di hadapannya sekarang ini sedang berbadan dua.Dion berjanji akan menjaga Alina sampai ia lahiran nanti dan mempertemukannya dengan suaminya, yang mungkin suaminya mengira Alina sudah tewas dalam kecelakaan waktu itu.Flashback onSaat Dion mengetahui Alina naik angkot, dan dengan sangat kesal ia menendang ban mobilnya sendiri sehingga membuat kakinya sangat sakit."Shit!" geram Dion.Dion pun melajukan kembali mobilnya dan mengikuti arah angkot yang memba
Baca selengkapnya
Bab 23
"Siapa dia Kak?" Tanya Katy.Dion tidak menjawab pertanyaan Katy, dia fokus pada jalanan yang ia lalui agar cepat sampai ke rumah sakit. Beberapa menit kemudian Dion pun sampai di rumah sakit."Kakak tidak tahu siapa dia tapi sepertinya kakak mengenalnya," jawab Dion tanpa menoleh."Sepertinya dia pendarahan kak," kata katy lagi"Iya tadi kakak lihat dia itu lagi mengangkat karung beras terus tiba-tiba karungnya terjatuh dia langsung meringkuk kesakitan,"jawab Dion sambil membelokkan mobilnya ke arah parkiran rumah sakit terdekat.Setelah mobil terhenti Dion segera berlari ke pintu belakang dia dia menggendong wanita itu dan berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju IGD."Dokter.... Suster tolong....,"teriak Dion membahana di ujung lorongPara suster dan dokter yang sedang berjaga mendengar teriakan Dion langsung segera menghampiri. Ada yang membawa berkah ada juga yang mengarahkan pasien akan dibawa kemana.Dan setelah wanita itu ditangani di ruang IGD Dion dan Katy duduk di ruan
Baca selengkapnya
Bab 24
Aaron dan Lisa sudah tiba di area pasar. Keduanya meninggalkan mobil di parkiran pasar lalu keduanya berjalan menyusuri ganggang sempit menuju ke rumah Alina." Ma, apa benar Alina tinggal di tempat seperti ini? Tanya Aron tidak percaya."Iya Pa, Alina memang tinggal di sini." sahut Lisa.Keduanya tiba di rumah kontrakan Alina yang kecil, Lisa mulai mengetuk daun pintu yang terbuat dari triplek.Sudah lebih dari 30 menit pintu belum juga terbuka. "Pa, apa Alina tidak ada di dalam ya Pa?" Tanya Lisa pada yang hanya bisa mengelus punggung Lisa untuk menenangkan wanita parubahya itu."Tenang Ma, Mama tenang dulu. Coba ayo kita tanya sama tetangga sekitar," ajak Aron menggandeng tangan Lisa untuk mengikutinya.Sesaat setelah kepergian Lisa dan Aaron meninggalkan rumah kediaman Alina. Muncullah dua larva dari arah berlawanan, Dion sangat senang sekali karena ia akan bertemu Alina meskipun kemarin Dion sudah menemuinya. Dan kali ini Di
Baca selengkapnya
Bab 25
"Mama, Papa,""Om, Tante," kata ketiganya bebarengan saat melihat Lisa yang membukakan pintu rumah Alina. Dan di dalam ruangan yang sempit itu terlihat Aron yang sedang meminum secangkir kopi."Papa dan Mama sedang apa di sini?" tanya Panji dengan bingung."Papa dan mama datang ke sini untuk menjemput seorang wanita yang kemarin nolongin Mama waktu Mama kena jambret," jawab Lisa sambil tersenyum."Terus sekarang di mana wanita itu?" kata Panji yang dirasuki oleh rasa penasaran yang tinggi.Lisa tersenyum mendengar pertanyaan putranya yang sangat ambigu terhadap seorang wanita yang telah menolongnya."Dia ada, tapi sedang keluar sebentar ada urusan katanya." Sahut Lisa yang terus kemudian duduk di sebelah Aroon."Apa yang membawamu hingga kemari?"tanya Aron menatap putranya dengan tatapan yang tajam dan dingin. Hingga membuat putranya tersedak salivanya sendiri."Kamu kenapa Nak? Nih minum dulu!" kata lisa sambil menyodork
Baca selengkapnya
Bab 26
Dion kemudian sudah bisa bernafas lega setelah Panji mendapatkan telepon darurat dari rekan kerjanya. Karena Panji melupakan meeting internal yang akan segera dia lakukan di sebuah restoran mewah bintang lima yang sebelumnya sudah dipesan dari satu jam yang lalu.Dengan ditemani oleh Dion dan Rama Panji pun harus meninggalkan rumah wanita yang sudah membuatkan ia kopi sekaligus wanita yang sudah menolong mamanya dari penjahat kemarin.Tapi dia di dalam hatinya Panji merasa sangat mengenal dengan wanita yang telah membuatkan ia kopi di warteg."Mungkinkah wanita itu adalah Alina? Mungkinkah Alina masih hidup?"tapi jika Alina masih hidup kenapa ia tidak mau menemuinya? Kenapa ia mau tinggal di tempat kumuh seperti itu?" Berbagai pertanyaan yang merasuk ke dalam pikiran Panji. Dan iya tersadar saat Dion mengatakan jika perjalanan mereka sudah berakhir dan mobil sudah berhenti tepat di parkiran khusus untuk para pengusaha."Bos Kita sudah sampai, bos Kita sudah
Baca selengkapnya
Bab 28
"Ini beli di mana lagi buah ini?" Tanya Aaron sanksi ketika akan mengambil buah semangka yang terlihat merah merona bahkan ia terlihat susah payah menelan salivanya. Aroon membayangkan bagaimana manisnya buah semangka itu, ketika memasuki mulutnya lalu mengunyahnya secara perlahan."Maaf tuan ini tadi belinya di gerobak depannya restoran Padang yang biasa mangkal di sana Tuan, kata Alina sambil menundukkan kepalanya."Ya sudah sih Pa nggak apa-apa, lagian itu semangkanya manis lho kesukaan papa itu kan," kata Lisa lembut sambil mengusap lengan Aron.Lisa pun mengambil satu buah semangka yang sudah dikupas oleh Alina dan ditaruh di piring menggunakan satu sendok garpu. Kemudian Lisa berinisiatif seperti biasanya menyuapkan buah semangka itu ke mulut suaminya akan tetapi bisa dibuat garam karena Aron tidak mau membuka mulutnya untuk menerima buah semangka yang baru saja Alina kupas.Akhirnya Lisa pun mencubit paha Aaron lagi dan memberikan tatapan y
Baca selengkapnya
Bab 29
Jantung Panji berdetak cepat saat mendengar suara wanita dari dalam rumah. Seketika kakinya pun bergetar dan merasa lemas hingga ia sedikit terhuyung karena kakinya tidak bisa menahan berat badannya.Kedua bola matanya membulat sempurna saat pintu yang terlihat sudah lapuk itu terbuka sempurna dan menampilkan sesosok wanita yang selama ini dirindukannya. Begitu juga dengan wanita yang sekarang sudah berada tepat di hadapannya hanya terlihat mematung dan tanpa kata.Tatapan keduanya saling menatap dalam ke arah iris mata masing-masing. Seperti yang detik menit bahkan jam mungkin tidak bisa menyadarkan keduanya dari rasa keterkejutannya.Alina berusaha menetralkan perasaannya jangan sampai ia meneteskan air mata di hadapan Panji, jangan sampai Panji mengetahui jika ia masih hidup. Biarkanlah Panji mengetahui jika ia sudah meninggal dan sekarang Alina hanya akan sedikit bersandiwara di hadapannya."Tapi apakah Tuan Panji akan percaya begitu saja jika
Baca selengkapnya
Bab 30
Dion pun tersenyum kikuk saat telah menceritakan semuanya. Bahkan ia berulang kali minta maaf dan memohon agar Panji tidak memecatnya. Karena Ia memang benar-benar tidak tahu jika Alina adalah Nyonya kecil yang selama ini Panji rindukan. Dan ia juga baru ingat cerita dari Alina, jika suaminya mengira jika ia telah meninggal dalam kecelakaan di dalam angkot itu. Dan jika dihubungkan oleh Dion semuanya benar-benar nyambung dan terhubung.Panji pun tersenyum jahil, terlintas sebuah ide gila di otaknya untuk membalas perbuatan Doni yang telah menghajarnya hingga babak belur."Sean bawa Dion ke penjara bawah tanah!" Aku ingin dia tahu bagaimana rasanya merasakan sakit yang tak berdarah. Sakit merindukan seseorang yang sudah dianggapnya meninggal tetapi ternyata dia masih hidup dan disembunyikan oleh pria yang berotak udang sepertinya. Panji berkata dengan sorot mata yang begitu tajam dan raut wajah yang terlihat garang.Rama berusaha profesional menuruti perint
Baca selengkapnya
Bab 31
"Huuussttt....," ora usah diladeni, wis Ndang maju! Opo koe ngenteni kalah nembe maju?" Kata seorang pemuda yang berasal dari Jawa dan sudah menetap lama di dekat rumah Alina. Ia berbicara dengan logat Jawanya yang begitu kental hingga membuat teman-temannya pun menertawakannya, karena apa yang ia katakan selalu terdengar lucu bagi teman-temannya."Apa sih! Koe Kabeh ora jelas blas!" Kata pemuda yang bernama Tono itu dengan raut wajah yang kesal. Selalu terlalu pergi meninggalkan warung lontong itu menjauhi beberapa teman-temannya dan lebih baik ia memilih pulang.Hahahaha..... hahahaha.....Di tempat lain, Rama dan Dion sudah sampai di sebuah markas milik Panji yang berada di pusat kota."Bro sorry ya! Lo jangan marah, gue hanya menjalankan tugas dengan baik," kata Rama yang memasukkan Dion ke dalam sel di ruangan bawah tanah.Dion duduk bersandar di dinding, tatapannya menarawang menatap langit-langit sel tahanan yang mengurungnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status