Kurelakan Suamiku Mendua의 모든 챕터: 챕터 31 - 챕터 40
40 챕터
Iba
Abhimanyu baru keluar dari kamar Arunika saat waktu sudah menjelang petang. Itupun hanya untuk mengambil laptop di kamar Delia. Nahas, saat dirinya hendak keluar, saat itu pula pegangan pintu kamar diputar dari luar.Abhimanyu mendadak tegang. Apalagi saat melihat Delia muncul di hadapannya. Wanita berambut lurus sebahu itu awalnya tampak kusut. Dia langsung berubah ceria ketika menyadari bahwa Abhimanyu tengah berada di dalam kamarnya. "Bhim? Kamu di sini?" seru Delia. "Sedang menungguku pulang, ya?" terkanya.Abhimanyu menanggapinya dengan senyuman kecut. "Aku mau mengambil laptop. Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan pada Arun," jawab Abhimanyu seraya mengangkat tas laptop."Oh, jadi kamu mau kembali ke kamar Kak Arun?" tanya Delia sinis."Apakah salah? Bukankah sudah berhari-hari kita bersama? Seharusnya sekarang giliran Arun," tegas Abhimanyu.Delia kebingungan menimpali. Raut wajahnya tegang, memikirkan kata-kata yang akan dia rangkai untuk mencegah Abhimanyu pergi. Namun, dia tak
더 보기
Berpaling
"Maaf, Kak Arun. Bukannya saya bermaksud menggurui, tapi segala sesuatu memang ada risikonya. Kita berharap saja supaya reaksi Pak Abhimanyu tidak mengecewakan," tutur Evelyn hati-hati. "Aku percaya pada Mas Abhim. Kuharap dia bisa menemukan jalan keluar," gumam Arunika lirih. "Delia tidak tahu jika Rimba telah membangun kekayaannya sendiri. Dia tetap bisa hidup meskipun tanpa warisan Kakek Ranu. Berdasarkan informasi yang kuterima, Rimba menempuh jalur hukum dan segera membawa masalah ini ke pengadilan. Kemungkinan dalam beberapa hari ini," papar Evelyn panjang lebar. "Ah, jadi itu artinya Mas Abhim juga ...." "Kita tidak tahu pasti kelanjutan kasus ini, Kak. Kita juga tidak bisa menduga-duga," tutur Evelyn, menyela kata-kata Arunika begitu saja. "Aku serahkan saja semuanya pada Tuhan. Apapun yang terjadi, semoga aku selalu diberi kekuatan untuk menghadapi segala hal ke depannya. Aku akan berusaha untuk tidak berpikir terlalu berat, supaya sakit kepala dan vertigoku tidak kambuh,
더 보기
Bersenang-senang
"Kita mengalami masalah yang sama. Dari semalam kita sudah berdiskusi tentang segala hal. Ke kantor pengacara juga bersama. Begitu juga saat bertemu dengan Rimba dan pihak kepolisian!" papar Abhimanyu panjang lebar. "Dan sekarang aku ingin menenangkan pikiranku bersama Arunika. Hanya dia yang bisa menghilangkan kegelisahanku!" lanjut Abhimanyu, yang seketika membuat Delia terdiam. Kesedihan dan rasa kecewa, terpancar jelas di wajah wanita yang sudah dua kali menikah itu. Lain halnya dengan Arunika yang tersenyum lebar di balik pintu kamar. Tak sabar ingin menemui suaminya, Arunika langsung membuka pintu lebar-lebar dan menghambur ke pelukan Abhimanyu. "Mas, aku kangen," bisiknya dengan nada dibuat-buat, untuk membuat marah Delia. Istri kedua Abhimanyu itu tak bisa lagi mengendalikan diri. Dia menghentakkan kaki seperti anak kecil yang tak mendapat jatah permen. Delia pun berbalik menuju kamarnya sendiri. Melihat hal itu, Abhimanyu hanya menggelengkan kepala pelan. "Aku ti
더 보기
Bermain Hati
"Siapa kamu?" Delia menatap Wildan curiga. Kembali dia mengamati pria tampan itu lekat-lekat. Kulit Wildan tampak bersih dan terawat. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, menyisakan beberapa helai yang menghiasi dahi. Alis tebal, sekilas mirip dengan Abhimanyu. Iris mata gelapnya terlihat begitu teduh. Hidung mancung Wildan, menjadi daya tarik tersendiri. Terlebih lesung pipi yang muncul saat dia tersenyum atau tertawa. Perhatian Delia kemudian berpindah pada cincin permata Blue Sapphire yang tersemat di jari kelingking Wildan. Sudah jelas bahwa pria itu bukanlah orang biasa. "Kata Said, kamu anggota VIP juga di tempat ini. Apa betul?" selidik Delia. "Said?" Wildan mengangkat satu alisnya. "Satpam klub yang berjaga di depan," jelas Delia. "Oh, jadi dia bernama Said? Aku hanya mengenal wajah, tanpa tahu nama," tutur Wildan. Delia semakin tertarik dengan pria asing itu. Pembawaannya ramah dan menyenangkan. Berbeda jauh dengan sikap Abhimanyu kepadanya. "Kita cari
더 보기
Gugup
Masayu berniat keluar dari kamar Delia secara diam-diam. Akan tetapi, rencananya tak berhasil. Arunika malah memergoki ulahnya. "Mama? Sedang apa di sini?" tanya Arunika curiga. "Kamu sendiri? Sedang apa di sini?" Masayu balik bertanya. Dia tak mampu menyembunyikan rasa gugupnya. "Mas Abhim meminta saya untuk mengambil minyak kayu putih," jelas Arunika. "Kenapa dia?" "Sepertinya masuk angin," jawab Arunika lembut seraya menggeser tubuh, melewati Masayu. Setelah beberapa langkah, dia tiba-tiba berbalik ke arah Masayu yang masih terpaku. "Mama sedang apa di sini?" tanya Arunika. "A-aku ... ta-tadi ...." Masayu terbata, seakan kehilangan kemampuan bicara. "Mama juga melihat Delia pergi dari rumah?" terka Arunika. "I-iya. Di bawah," jawab Masayu gugup. "Mas Abhim juga melihatnya dari balkon," beber Arunika. "Lantas, kenapa dia tidak mencegah Delia? Kamu juga kenapa diam saja? Sebenarnya kamu paham tidak sih, situasi yang kita hadapi sekarang!" cerca Masayu. "Kenapa
더 보기
Pelik
"Tadi malam kan aku sudah berpamitan, Ma," sahut Delia ketus."Pesta macam apa yang berlangsung semalam suntuk? Arunika saja, selama menikah dengan Abhim, tidak pernah bertingkah macam-macam!" hardik Masayu."Aku bukan Arunika! Aku juga tidak sudi disamakan dengannya!" balas Delia. Dia tak memiliki keraguan sama sekali saat membentak Masayu."Ada apa ini?" seru Abhimanyu yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Delia. "Kenapa kamu berkata kasar terhadap Mama?"Delia tersentak. Dia sama sekali tak menyangka jika Abhimanyu memergoki secara langsung tindakannya yang tak terpuji."A-aku tidak bermaksud, Bhim. Ma-mama dan aku hanya saling salah paham," kilah Delia terbata."Kesalahpahaman apa yang bisa membuatmu bersikap kurang ajar pada Mama?" geram Abhimanyu dengan tangan terkepal erat."Sudah, Bhim. Delia benar. Dia tidak serius berkata seperti tadi. Mama sama sekali tak ada masalah, kok," sela Masayu, berusaha menengahi."Apa?" desis Abhimanyu. Dia tak mengira bahwa sang ibu akan bersi
더 보기
Pisah
"Apa-apaan kamu, Bhim!" sentak Masayu. "Ingat, kamu juga masih punya aku!" sambung Delia. "Kamu tidak bisa seenaknya pergi dari rumah tanpa memedulikan aku!""Maafkan aku yang tidak bisa tegas, Del. Seharusnya sejak awal, aku menolak ide gila ini. Sekarang, setelah datang masalah sebesar ini, aku sadar. Semakin lama aku mempertahankan hubungan tak sehat ini, semakin buruk pengaruhnya terhadap kita berdua," jelas Abhimanyu panjang lebar."Apa maksudnya, Bhim? Apa yang akan kamu lakukan?" cecar Delia panik."Setelah permasalahan ini beres, aku akan menceraikanmu. Aku juga sudah siap mengembalikan seratus persen dana yang sudah kamu gelontorkan ke perusahaan," lanjut Abhimanyu."Bhim, jangan ngawur!" Masayu mulai histeris. Namun, Abhimanyu tetap pada pendiriannya. Dia mengangkat tangan sebagai isyarat agar ibunya berhenti berbicara."Sekali ini saja. Kumohon, supaya Mama mempercayai keputusanku. Percayalah, Ma. Tidak akan ada yang mengolok-olok kita, mencaci apalagi menghina. Dan kupas
더 보기
Perkenalan
"Siapa?" tanya Arunika penasaran."Nanti kamu juga tahu sendiri." Abhimanyu tersenyum penuh arti seraya memutar kemudi. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju salah satu restoran langganan di pusat kota, yang dekat dengan kantornya.Setelah memarkir kendaraan, Abhimanyu menggandeng Arunika dan menuntunnya masuk ke restoran. Langkahnya langsung tertuju pada salah satu meja yang terletak di sudut ruangan. Dia tak ragu menghampiri seorang pria paruh baya yang duduk seorang diri. Pria itu tampak asyik menggulir gawainya."Siapa dia, Mas?" bisik Arunika."Kenapa kamu tidak bertanya langsung saja padanya?" Abhimanyu malah menantang istrinya."Jangan bercanda ah, Mas!" sungut Arunika, membuat Abhimanyu tertawa renyah.Sontak, pria asing tersebut langsung mendongak. Tatapannya langsung tertuju pada Abhimanyu. "Hei, Nak! Sudah datang?" sapanya hangat dengan bahasa Indonesia yang terdengar sangat kaku."Nak?" ulang Arunika, seolah meyakinkan diri bahwa dia tak salah dengar."Oh,
더 보기
Bertemu Besan
"Tenang saja, Bhim. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan mertuamu." Fahad Omar menepuk pundak putra kandung yang baru saja dia temukan."Baiklah, Pa. Kuserahkan semua padamu. Aku akan ke kantor polisi, menemui Delia dan menyelesaikan semua urusan," pamit Abhimanyu."Jangan lupa, tanyakan pada pihak penuntut, seberapa banyak yang mereka mau, aku akan melunasi seluruhnya," ucap Fahad.Abhimanyu sempat tertegun dan terdiam. Betapa keadaan bisa berbalik dengan begitu cepat. Kemarin dia yang membuang harga diri demi keinginan sang ibu, kini dapat tegak berdiri, menghadapi semua masalah dengan pikiran tenang, seolah kekuasaan sudah berada dalam genggamannya."Aku pergi dulu, Pa." Abhimanyu mencium punggung tangan Fahad, kemudian beralih pada Arunika. Dia mencium kening istrinya dengan penuh perasaan.Arunika dan Fahad memperhatikan langkah gagah Abhimanyu menjauh hingga menghilang di balik pintu restoran."Bagaimana? Apa kamu sudah siap?" tanya Fahad."Siap, Om." Arunika mengang
더 보기
Lepas
Abhimanyu melangkah gagah menuju ruangan penyidik. Di sana, Delia sudah menunggu bersama beberapa orang pengacaranya dan seorang pria yang membuat Abhimanyu langsung terpaku."Kenalkan, Bhim. Namanya Wildan. Dia yang akan membantu kita bernegosiasi dengan pihak kepolisian," tutur Delia. "Dia kenal dengan salah satu pejabat tinggi," bisiknya tepat di telinga Abhimanyu."Oh, ya?" Abhimanyu melirik ke arah pria bernama Wildan itu, dengan sorot aneh. "Aku juga sudah menyiapkan sejumlah uang untuk mengembalikan seluruh dana yang kamu investasikan ke perusahaanku. Dengan demikian, aku tidak memiliki utang sama sekali," paparnya."Apa?" Delia terbelalak tak percaya. "Ini bukan saatnya membicarakan hal itu, Bhim!""Oh, malah ini adalah saat yang paling tepat. Dengan aku mengembalikan semuanya, aku jadi tidak perlu ikut terseret dalam kasusmu," timpal Abhimanyu."Kamu tega membiarkan aku sendirian melalui ini semua, Bhim?" tanya Delia dengan nada tinggi."Kamu tidak sendiri, kok. Ada Wildan di
더 보기
이전
1234
DMCA.com Protection Status