Semua Bab Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan : Bab 111 - Bab 120
167 Bab
Bab 111. Uang itu memang milik kamu.
Baik itu Dinda, Ibu dan Fiah sama-sama masih terbengong-bengong menatap Notif BRI itu. Beberapa kali Dinda memeriksa dan mengucek matanya untuk meyakinkan penglihatannya. Tetapi tetap saja, angka nol dalam bilangan di dalam pesan itu tidak berubah. Berapa kali Dinda mengulang untuk membaca, hasilnya tetap Dua ratus lima puluh Juta yang tertera.Bayangkan saja, kehidupan di kampung seperti daerah disini mempunyai uang sebanyak itu adalah seperti mimpi di siang bolong. Apa yang akan mereka melakukan dengan uang sebanyak itu?Bukannya senang Dinda malah terlihat panik."Mas Gara pasti salah! Jangan-jangan dia salah menekan angka? Atau salah memasukkan nomor rekening? Mungkin saja dia mau mentransfer rekan bisnisnya tapi salah ke nomor rekening aku." Sejenak Dinda linglung ketika mengingat jika Mia dan Gara tidak memiliki nomor rekeningnya."Yang punya hanya ibu. Andai Mas Gara yang sengaja meminta nomor rekeningku pada ibu dan memang berniat mengirim uang padaku, tidak mungkin sebanyak i
Baca selengkapnya
Bab 112. Membangun toko.
"Dinda. Dengarkan aku, kita ini keluarga. Kamu adikku, adik kak Silvia juga. Kita semua disini bahagia dan menjalani kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Kami tidak mungkin melupakan kamu, kami terus memikirkan kamu. Kami juga ingin kamu ikut merasakan kebahagiaan kami. Berjanjilah Dinda, mari kita bahagia bersama, lebih baik lagi untuk kedepannya agar hidup kita tenang dan lancar. Bisa selamat dunia akhiratnya. Jaga dirimu baik-baik dan anakmu. Kelak, kalau sudah ada kesempatan, berkunjunglah kemari. Pintu rumah kami terbuka lebar untuk kamu dan keluargamu disana. Assalamualaikum!"Dinda membalas salam, begitu pelan sampai hampir tidak terdengar. Disana Mia meneteskan air mata. Air mata kebahagiaan. Hatinya begitu lega bisa membantu adiknya. Dia berharap setelah ini, tidak akan ada kesalahan lagi, tidak akan ada penderitaan lagi.Mia terlihat mengusap perutnya."Banggalah Nak, kamu memiliki ayah sehebat ayahmu. Bangga lah Nak, kamu memiliki keluarga utuh. Ibu tidak akan membiar
Baca selengkapnya
Bab 113. Memiliki kisahnya masing-masing.
"Ya Ampun.. istriku yang cantik baik dan pengertian, sayangnya tetep aja bawel! Kita ini nggak punya sekretaris! Jadi harus kita yang menghandle semua pekerjaan. Pasokan barang, uang keluar dan masuk. Dibelain malem-malem begini aja kadang masih keteteran kok. Kamu juga! Biasanya bantuin, beberapa hari malah nggak bantuin coba! "Silvia menghentakkan pantatnya ke sofa dekat suaminya."Kan sibuk di rumah Mia!""Oh. Iya, yah. Aku lupa!" Farhan menepuk jidatnya. Istri dan mertuanya beberapa hari ini memang sibuk di rumah Mia. Selesai sedekahan mereka masih tinggal disana.Biasalah! Lagi senang-senangnya dengan kehamilan Mia. Jadi semua orang ikut berdebar-debar hatinya."Ya sudah, nggak papa. Ini tapi kok, cemberut? Ada apa?""Aku juga mau hamil."Pef…!! Farhan tertawa sambil Menoleh pada istrinya."Mau hamil juga? Kenapa protesnya sama aku? Kamu tuh yang nyumpel! Gimana kecebong babang ganteng mau tumbuh coba? Kamu sumpelin!"Silvia cengar-cengir sambil menggulung-gulung rambutnya denga
Baca selengkapnya
Bab 114. Toko Calia.
Hari-hari telah berlalu. Bahkan bulan-bulan pun tak terasa terus berganti. Sekarang keadaan perekonomian keluarga Dinda di kampung telah membaik. Untuk makan sehari-hari, mereka tidak lagi kekurangan.Hasil toko mereka sudah lebih dikatakan dari cukup,bahkan Dinda masing bisa menabung sisa uang hasil dari jualan tokonya.Ibu tidak pernah lagi buruh di kebun orang. Sekarang fokus untuk memasak dan membantu Dinda mengurus bayinya yang sudah mulai bisa tengkurap.Fiah mulai pintar berjualan pulsa dengan menggunakan Hpnya sendiri. Sedangkan Dinda terlihat sibuk melayani pembeli dibantu Fiah.Toko mereka sangat ramai pengunjung. Bahkan dari kampung sebelah banyak warga yang berbelanja di toko Calia Serba Ada."Sesuai dengan namanya ya, Mbak Dinda. Disini tersedia apa saja kebutuhan sehari-hari. Jadi kami tidak perlu jauh-jauh ke pasar." Ucap Seorang Ibu-ibu yang sedang berbelanja."Iya, Bu. Memang sengaja toko ini dibuat lengkap. Agar warga tidak perlu jauh-jauh jika harus berbelanja kebut
Baca selengkapnya
Bab 115. Video Call
Dinda kemudian menghubungi Nomor komandan Petugas Lapas. Komandan Petugas lapas sudah mengenal baik Dinda. Bukan dari pertemuan, tetapi karena beberapa kali Gara dan Riko sempat membesuk Alex. Keluarga Dinda juga sering membesuk Alex. Hanya Dinda lah dan keluarga Alex yang belum pernah bertemu Alex selama Alex di penjara dan dipindahkan ke Lapas ini.Secara umum, penghuni lapas bahkan komandan dan petugas telah tau jika Alex masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Gara Mahendra.Jadi Alex diperlakukan baik di dalam sana. Bahkan karena sikap dan perilaku Alex disana sangat baik dan patuh, Alex di hormati oleh semua penghuni.Setelah berbasa basi sejenak dan meminta izin dengan Komandan Lapas, Dinda diizinkan untuk melakukan Video Call dengan suaminya.Betapa bahagianya sepasang suami istri ini bisa memandang satu sama lain setelah sekian lama tak bertemu.Saling bertanya kabar dan mengucapkan kata rindu.Senyum berkembang di bibir Alex, namun air mata mengikuti senyuman lebarnya k
Baca selengkapnya
Bab 116. Kepergok, (Ada maling masuk.)
Bu Yani yang tidak menyangka akan kepergok begini, karena tadi sudah memastikan jika mereka sedang makan makan di dalam toko juga sangat terkejut.Dompet Dinda yang sudah di tangannya terjatuh."Astagfirullah.. Bu Yani! Apa yang Bu Yani lakukan?" Tidak bisa untuk tidak berburuk sangka lagi, Ibu sudah langsung bisa menebak jika Bu Yani ingin mencuri sesuatu dari kamar Menantunya. Apalagi ketika dia melihat Dompet Dinda yang sedang di genggam Bu Yani dan sekarang terjatuh di lantai.Wajah Bu Yani langsung pucat pasi. Antara ketakutan dan malu setengah mati.Tubuhnya langsung merosot, duduk berlutut di hadapan Bu Marni."Maafkan aku Bu Marni. Maafkan aku.." Bu Yani menangis sambil merangkak dengan lututnya dan memeluk betis Bu Marni."Ya Allah.. Bu Yani mau mencuri di rumah kami?" Ibu rasanya tidak percaya dengan apa yang dihadapannya ini.Bu Yani adalah seorang yang aktif di kegiatan pengajian. Tidak peduli ada pengajian jauh, tidak peduli hujan petir sekalipun, dia selalu hadir tanpa a
Baca selengkapnya
Bab 117. Pecah ketuban.
Bulan demi bulan berlalu, dan kehamilan Mia kini memasuki bulan ke-9. Semua orang menunggu hari persalinannya dengan cemas dan hati berdebar. Pasangan suami istri ini sudah sepakat untuk menjalani proses persalinan dengan metode operasi caesar. Awalnya, Mia menolak karena ingin melahirkan secara normal, tetapi dokter menyarankan metode ini mengingat dia mengandung bayi kembar. Gara pun mendukung saran dari dokter karena khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Ibu dan Silvia bergantian menginap di rumah besar mereka untuk menemani Mia jika sewaktu-waktu hari yang menegangkan itu tiba. Namun, sebenarnya tanggal kelahiran si kembar telah ditentukan dan masih sekitar 7 hari lagi dari sekarang. Beberapa hari ini, Gara terlihat sangat tegang seiring waktu mendekati tanggal yang ditentukan. Dia bahkan meninggalkan semua pekerjaan dan hanya fokus pada Mia, berusaha menjadi suami yang siaga. "Sayang, makan dulu ya," ujar Gara sambil membawakan makanan untuk Mia ke kama
Baca selengkapnya
Bab 118. Bayi kembar sepasang.
Meskipun demikian, pada beberapa kasus darurat, operasi caesar dengan anestesi umum juga mungkin diberikan oleh dokter. Sambil menunggu obat bius bekerja, tim medis memasang kain yang menghalangi penglihatan Mia ke area perut. Ini bertujuan untuk menjaga lokasi bedah tetap steril dan Mia tidak perlu menyaksikan bagaimana dokter membedah perutnya. Mia saat ini hanya bisa pasrah dan berdoa di dalam hati, memohon agar proses operasinya berjalan lancar, tanpa tahu apa yang sedang dilakukan para dokter pada perutnya. Bayi kembar yang ditunggu-tunggu akhirnya terlahir ke dunia, namun dokter belum memberi kabar kepada keluarga Mia, masih sibuk mengurus Mia dan bayi-bayinya. Sementara itu, di luar ruangan, Riko telah tiba beberapa menit yang lalu setelah dihubungi oleh Gara. Ayah, Farhan dan Silvia juga sudah berada di sana sejak tadi, wajah mereka terlihat tegang dan tidak ada yang tenang sedikitpun. Semua orang berdoa masing-masing untuk keselamatan Mia dan kedua bayi kembarnya. Di ten
Baca selengkapnya
Bab 119. Kabar buruk
Gara langsung mendekati istrinya yang terbaring lemah dan pucat. "Sayang, kita dikaruniai anak laki-laki dan perempuan. Ya Tuhan, aku bahagia sekali. Terima kasih, Mia. Terima kasih sudah melahirkan mereka untukku," ucap Gara sambil mencium seluruh wajah istrinya, tak peduli dengan beberapa suster yang masih berada di dalam ruangan itu.Mia meneteskan air mata. "Alhamdulillah, aku juga sangat bahagia.”“Maafkan aku, tadi tidak boleh ikut menyertaimu," kata Gara. "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja," jawab Mia dengan lemah.Ternyata, meskipun Mia sudah mengalami pecah ketuban, dia belum merasakan kontraksi sehingga tak sempat merasakan sakitnya menjelang kelahiran. Ibu mendekat, sesekali mengusap air mata bahagia. "Selamat ya, Nak. Akhirnya kamu menjadi seorang ibu sekarang," ucapnya sambil mencium kening Mia. "Terima kasih, Bu, atas doa dan dukungan ibu selama ini," balas Mia. Mia menoleh ke sekeliling, hanya Farhan yang ada di sana. "Ke mana ayah dan Kak Silvia?" tanya Mia karena
Baca selengkapnya
Bab 120. Dinda pergi ke kota.
Silvia merasa ragu untuk menelpon Dinda, ada rasa sedih yang tiba-tiba memenuhi hatinya. Jika Alex bisa diselamatkan, bagaimana jika tidak? Ini pasti akan sangat membuat Dinda sedih, baru saja menikah dan sudah harus ditinggal suaminya ke penjara. Dinda harus hidup tanpa suami saat hamil dan sampai dia melahirkan. Sekarang mereka akan bertemu, namun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Apakah Dinda akan sanggup menerima kenyataan pahit ini lagi?Kanker hati sudah stadium akhir, ini sangat mustahil untuk disembuhkan. Astaghfirullahaladzim. Silvia mengusap air matanya, dia harus kuat. Apapun yang terjadi, dia harus tetap menghubungi adiknya. "Halo, Tante! Apa kabar? Kangen ya sama Calia? Calia baru mandi nih, Tante," begitu panggilan terhubung, suara Dinda langsung menyambut dengan begitu ceria dari sana.Silvia memang sering menelpon atau melakukan panggilan video dengan Dinda, terutama setelah Calia mulai pintar mengoceh. Hampir setiap hari, Silvia dan ibu ingin melihat serta m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status