Gara adalah pria kaya yang menyamar. Dia datang dengan penampilan lusuh dan menikahi Mia. Ketika dirinya dihina, dia tidak membalas, tetapi ketika istrinya yang direndahkan, dia sangat marah. “Mulai detik ini, tidak ada yang boleh menghina istriku lagi!” Gara membawa Mia keluar dari rumah itu dan membuka mata semua orang. Suatu saat adik iparnya berlutut, “Maafkan atas semua kesalahanku.” Ibunya juga berkata pada istrinya dengan menangis, “Maafkan kesalahan ibu dan saudara-saudaramu.”
View MoreDinda cepat mengambil handuk itu dan pergi ke kamar mandi.Selesai Dinda mandi, kini giliran Riko.Sekarang Mereka telah menyantap makan malam mereka.Beberapa hari mereka berada di Villa tersebut, Mereka kini pulang ke rumah. Baik Dinda maupun Riko sudah sangat merindukan Calia.Saat berada di Villa kemarin, Riko juga sudah membicarakan tentang dimana mereka akan tinggal. Riko mengajak Dinda tinggal di rumahnya dan Dinda menyetujuinya. Jadi saat mereka sampai di rumah, mereka langsung mengutarakan niat mereka kepada ibu dan ayah.Ibu dan ayah tidak keberatan.Calia saat ini sudah berada di dekapan Riko."Anak Papa nggak nakal, kan? Nggak rewel kan, Nek?""Enggak kok. Calia pengertian. Dia sama sekali nggak rewel.""Oh y Dinda. Apa kamu sudah mengabari Bu Marni tentang pernikahan kalian?" Tiba-tiba ibu bertanya.Dinda mendongak kemudian menggeleng lalu menoleh pada Riko seperti meminta pendapat."Lebih baik beri kabar, biar bagaimanapun juga mereka itu keluarga Calia. Meskipun sekara
Riko memperdalam ciumannya.Keduanya berciuman cukup lama hingga sama sama tersengal dan melepaskan ciuman.Tiba-tiba Riko mengangkat tubuh Dinda dan membawanya ke tempat tidur. Membaringkan dengan lembut tubuh Dinda di atas taburan kelompok bunga mawar.Dan sekarang Riko sudah berada di atas tubuh Dinda.Kedua jantung mereka sudah saling berdebar tak beraturan dengan saling menatap tanpa melepaskan pandangan."Aku mencintaimu, Dinda. Temani hidupku sampai ajal menjemput."Riko kembali menunduk, kembali melumat Lembut bibir Dinda. Dinda sekarang sudah berani membalasnya.Darah mereka berdesir lembut dan lama lama berubah menjadi panas. Ciuman yang tadi lembut kini perlahan menjadi panas juga seiringnya deru nafas yang semakin memburu.Saat ciuman Riko mulai turun ke leher Dinda dan semakin turun ke bawah lagi, Dinda dapat merasakan gelora yang sudah hilang lama dalam dirinya. Tidak ingin munafik, telah sangat lama Dinda tidak tersentuh, itu membuat Dinda menggelinjang dan desahan merd
Dinda menunduk, hatinya diliputi rasa bahagia, apalagi ketika tangan Riko bergerak untuk menggenggam tangannya."Bagaimana?" Tanya Riko."Iya, Mas. Tapi Calia tidak usah dibawa tidak apa-apa, kan?" Jawab Dinda , seperti Riko saja yang punya anak."Tapi aku takut merepotkan ibu.""Enggak, Nak Riko. Enggak merepotkan ibu. Justru nanti kalau di bawa malah repot. Percayalah, sekali ini saja percaya sama ibu. Calia tidak akan rewel." Ucap Ibu meyakinkan mereka.Karena Ibu sudah tahu dan menduga, jika tempat yang akan mereka tuju sudah pasti adalah tempat Bulan Madu spesial hadiah dari Ibundanya Riko.–Sore ini, Riko benar benar membawa Dinda pergi ke tempat yang telah disediakan oleh ibundanya.Tempat itu adalah sebuah Villa yang cukup indah. Terletak berhadap hadapan dengan Sebuah danau yang lebih dikenal mereka dengan sebutan Danau Hijau.Meskipun danau hijau ini adalah sebuah danau buatan yang sengaja dibuat khusus untuk pemandangan para penginap villa, tetapi Danau Hijau ini memang te
"Benar. Mbaknya beneran hamil kok. Ini hasilnya garis dua." Dokter memperlihatkan Testpack yang langsung disambar oleh Farhan.Farhan melotot dengan senyuman yang lebar."Hahai.. Kamu hamil, Sil! Bener ini! Kamu hamil!""Ya Allah.. Kamu hamil, Silvia!" Farhan langsung memeluk Fitri dengan dada yang dipenuhi kebahagiaan.Mia dan Gara tersenyum juga., Ikut bahagia atas kehamilan Silvia.Silvia juga tersenyum lebar. "Ya Allah Mas.. Akhirnya aku hamil juga. Seneng banget aku Mas… kita akan punya anak menyusul mereka.""Iya, Sil. Iya..""Gara, Mia! Istriku hamil. Bapak, Ibuk..Yes.. yes..yes..!" Farhan seperti orang gila, tertawa-tiwi sambil melonjak,-lonjak.Semua orang tertawa, sampai Silvia lupa kalau sedang meriang."Kandungannya dijaga ya.. Karena usia kandungan baru masuk enam mingguan." Ucap Dokter, sambil menulis resep."Iya Dok, iya. Kami akan menjaganya dengan sebaik-baiknya." Farhan menjawab penuh semangat."Bulan depan, datang kemari untuk USG trimester awal ya? Itu Bagus untuk
"Ke dokter saja, Sil. Bagaimana?" Tanya Farhan sambil masih setia mengerok punggung istrinya."Ini untuk sementara aja, Mas. Siapa tau mendingan. Tar kalau belum, selesai Dinda ijab kabul kita ke Dokter." Jawabnya.Pada akhirnya kerokan selesai. Mereka sekarang bersiap untuk turun.Semua orang telah berkumpul, Gara dan Mia susah datang. Keluarga Riko juga telah datang sejak tadi mengantar Riko.Dan acara pun di mulai.Ijab kabul berjalan tanpa hambatan apapun. Setelah penghulu mengucapkan kata SAH, Mereka sekarang telah sah menjadi pasangan suami-istri.Dinda tampak meneteskan air mata ketika Riko menyelipkan cincin ke jari manisnya. Sementara Riko mengusap air mata Dinda kemudian mencium keningnya, setelah Dinda mencium telapak tangannya."Aku mencintaimu, Dinda. Terimakasih sudah menerimaku menjadi suami sekaligus ayah dari Calia."Dinda tidak bisa berkata selain mengangguk dan sesenggukan. Di dalam hati dia teringat Alex.Mas Alex, maafkan aku. Bukan aku tidak setia. Tapi aku mema
Perasaan lega dan bahagia bercampur menjadi satu dihati Riko ketika mendengar jawaban dari Dinda. Bu Rita dan Pak Wibowo seketika tersenyum juga."Alhamdulillah.. Akhirnya kalian akan bersatu." Ucap Bu Rita."Tapi, Nak Riko. Apa Nak Riko benar-benar sudah bulat akan menikahi Dinda? Sekali lagi ayah ingatkan, Dinda bukan perawan. Dia bahkan sudah memiliki anak. Mungkin, kalau Nak Riko sendiri sudah yakin, tetapi bagaimana dengan orang tua dan keluarga Nak Riko? Itu juga harus dipikirkan." Ucap pak Wibowo hanya ingin meyakinkan keputusan Riko.Dinda yang tadi sudah yakin akan jawabannya seketika menjadi ragu kembali. Dia menoleh pada Riko yang mengembangkan senyum."Tidak, Ayah. Aku yakin keluargaku akan menerima Dinda dan Calia dengan baik. Karena sebelum ini aku juga sudah pernah bercerita mengenai Dinda dan juga Calia kepada mereka. Mereka malah menyarankan aku untuk segera melamar mamanya Calia."Ibu dan ayah saling menatap dan kemudian mengangguk."Oh.. Syukurlah kalau begitu, Nak
Riko kemudian melirik Dinda. Sepertinya Dinda sudah tidur atau hanya pura-pura tidur, tidak tahu juga. Riko bergerak pelan untuk keluar dari kamar itu. Dinda tidak menyadari itu. Perlahan dia mulai memejamkan matanya dan kemudian terlelap.Sementara di kamar sebelah, Riko sama Sekali tidak dapat memejamkan matanya. Bayangan tubuh Dinda yang ambruk ke tubuhnya tadi menyita habis pikiran Riko."Ya Tuhan.. Ternyata jatuh cinta itu berat juga ya?" Dia mengeluh dan berbolak balik. Sampai mungkin hampir pagi baru Riko bisa tertidur.Pagi hari Dinda bangun. Dia tidak melihat keberadaan Riko."Mas Riko tidur dimana? Apa sedang mandi?" Dinda melihat pintu kamar mandi. Tidak ada suara dari dalam. Artinya tidak ada orang.Apa mungkin keluar?Dinda tidak ingin memusingkan hal itu dan kemudian pergi mandi.Setelah selesai berganti dan berkemas kemas, Dinda kembali heran kenapa Riko tidak datang juga."Mas Riko kemana ya?" Kemudian berinisiatif untuk menelpon saja. Ketika memanggil nomor Riko, rupa
Riko menunduk dan mencium kening Dinda.Hingga beberapa saat lamanya, mobil mereka berhenti di sebuah hotel.Dengan lembut Riko membangunkan Dinda.Merasa ada belaian di pipinya, Dinda membuka matanya. Dia terkejut Ketika menyadari posisinya. Dia langsung bangun dengan wajah merah menahan malu."Maaf. Aku ketiduran. Maaf ya." Dinda egera memeriksa, apakah ada air liur yang menetes dari bibirnya.Siapa tahu saja tadi dia ngiler, terus jatuh ke celana Riko?Riko tertawa kecil. "Aman kok. Kamu nggak ngiler."Dinda benar-benar tersipu malu. "Kok nggak di bangunin sih, Mas? Kamu kan jadi capek.""Nggak papa. Lagian kamu nyenyak banget. Nggak tega aku banguninnya. Eh, ayo turun!""Udah sampai ya?" Dinda langsung mengintip keluar.Kemudian mereka turun dan menuju sebuah kamar yang telah dipesan oleh perusahaan mereka."Satu kamar?" Dinda berdiri mematung di depan pintu kamar hotel."Aku tidak akan memerkosamu. Tenang saja." Riko berkata sambil membuka pintu dan masuk.Dengan ragu-ragu Dinda
Tidak lama kemudian Dinda turun, kemudian meminta Calia dari pangkuan Riko."Ikut mama dulu sebentar. Mama juga kangen Lho.. Seharian nggak ketemu. Papa biar minum kopi dulu."Calia menoleh dulu pada Riko, seperti berat lepas dari pangkuan papanya. Tapi kemudian mengerti dan mau berpindah pangkuan.Hingga beberapa saat lamanya mereka mengobrol santai, Riko mengintip Wajah Calia. Saat memastikan Calia tertidur, Riko baru berpamitan.Malam semakin larut, baik Dinda dan Riko malam ini sama-sama gelisah dan tidak bisa tidur dengan baik.Sesekali Riko melirik Hpnya. Ingin sekali menelpon Dinda, tapi takut Calia terbangun. Kemudian Riko mengetik pesan.Dinda yang disana juga terlihat gelisah. Dia masih teringat ciuman Riko sore tadi. Ada rasa bahagia yang menyelinap di hatinya.Apa memang seharusnya aku menerima Mas Riko saja? Mas Riko terlihat sangat tulus pada Calia. Calia juga sangat menyukainya.Dinda lagi-lagi mendesah berat. Ada rasa takut membayangkan menjadi istri Riko, tetapi tidak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.