Perasaan lega dan bahagia bercampur menjadi satu dihati Riko ketika mendengar jawaban dari Dinda. Bu Rita dan Pak Wibowo seketika tersenyum juga."Alhamdulillah.. Akhirnya kalian akan bersatu." Ucap Bu Rita."Tapi, Nak Riko. Apa Nak Riko benar-benar sudah bulat akan menikahi Dinda? Sekali lagi ayah ingatkan, Dinda bukan perawan. Dia bahkan sudah memiliki anak. Mungkin, kalau Nak Riko sendiri sudah yakin, tetapi bagaimana dengan orang tua dan keluarga Nak Riko? Itu juga harus dipikirkan." Ucap pak Wibowo hanya ingin meyakinkan keputusan Riko.Dinda yang tadi sudah yakin akan jawabannya seketika menjadi ragu kembali. Dia menoleh pada Riko yang mengembangkan senyum."Tidak, Ayah. Aku yakin keluargaku akan menerima Dinda dan Calia dengan baik. Karena sebelum ini aku juga sudah pernah bercerita mengenai Dinda dan juga Calia kepada mereka. Mereka malah menyarankan aku untuk segera melamar mamanya Calia."Ibu dan ayah saling menatap dan kemudian mengangguk."Oh.. Syukurlah kalau begitu, Nak
"Ke dokter saja, Sil. Bagaimana?" Tanya Farhan sambil masih setia mengerok punggung istrinya."Ini untuk sementara aja, Mas. Siapa tau mendingan. Tar kalau belum, selesai Dinda ijab kabul kita ke Dokter." Jawabnya.Pada akhirnya kerokan selesai. Mereka sekarang bersiap untuk turun.Semua orang telah berkumpul, Gara dan Mia susah datang. Keluarga Riko juga telah datang sejak tadi mengantar Riko.Dan acara pun di mulai.Ijab kabul berjalan tanpa hambatan apapun. Setelah penghulu mengucapkan kata SAH, Mereka sekarang telah sah menjadi pasangan suami-istri.Dinda tampak meneteskan air mata ketika Riko menyelipkan cincin ke jari manisnya. Sementara Riko mengusap air mata Dinda kemudian mencium keningnya, setelah Dinda mencium telapak tangannya."Aku mencintaimu, Dinda. Terimakasih sudah menerimaku menjadi suami sekaligus ayah dari Calia."Dinda tidak bisa berkata selain mengangguk dan sesenggukan. Di dalam hati dia teringat Alex.Mas Alex, maafkan aku. Bukan aku tidak setia. Tapi aku mema
"Benar. Mbaknya beneran hamil kok. Ini hasilnya garis dua." Dokter memperlihatkan Testpack yang langsung disambar oleh Farhan.Farhan melotot dengan senyuman yang lebar."Hahai.. Kamu hamil, Sil! Bener ini! Kamu hamil!""Ya Allah.. Kamu hamil, Silvia!" Farhan langsung memeluk Fitri dengan dada yang dipenuhi kebahagiaan.Mia dan Gara tersenyum juga., Ikut bahagia atas kehamilan Silvia.Silvia juga tersenyum lebar. "Ya Allah Mas.. Akhirnya aku hamil juga. Seneng banget aku Mas… kita akan punya anak menyusul mereka.""Iya, Sil. Iya..""Gara, Mia! Istriku hamil. Bapak, Ibuk..Yes.. yes..yes..!" Farhan seperti orang gila, tertawa-tiwi sambil melonjak,-lonjak.Semua orang tertawa, sampai Silvia lupa kalau sedang meriang."Kandungannya dijaga ya.. Karena usia kandungan baru masuk enam mingguan." Ucap Dokter, sambil menulis resep."Iya Dok, iya. Kami akan menjaganya dengan sebaik-baiknya." Farhan menjawab penuh semangat."Bulan depan, datang kemari untuk USG trimester awal ya? Itu Bagus untuk
Dinda menunduk, hatinya diliputi rasa bahagia, apalagi ketika tangan Riko bergerak untuk menggenggam tangannya."Bagaimana?" Tanya Riko."Iya, Mas. Tapi Calia tidak usah dibawa tidak apa-apa, kan?" Jawab Dinda , seperti Riko saja yang punya anak."Tapi aku takut merepotkan ibu.""Enggak, Nak Riko. Enggak merepotkan ibu. Justru nanti kalau di bawa malah repot. Percayalah, sekali ini saja percaya sama ibu. Calia tidak akan rewel." Ucap Ibu meyakinkan mereka.Karena Ibu sudah tahu dan menduga, jika tempat yang akan mereka tuju sudah pasti adalah tempat Bulan Madu spesial hadiah dari Ibundanya Riko.–Sore ini, Riko benar benar membawa Dinda pergi ke tempat yang telah disediakan oleh ibundanya.Tempat itu adalah sebuah Villa yang cukup indah. Terletak berhadap hadapan dengan Sebuah danau yang lebih dikenal mereka dengan sebutan Danau Hijau.Meskipun danau hijau ini adalah sebuah danau buatan yang sengaja dibuat khusus untuk pemandangan para penginap villa, tetapi Danau Hijau ini memang te
Riko memperdalam ciumannya.Keduanya berciuman cukup lama hingga sama sama tersengal dan melepaskan ciuman.Tiba-tiba Riko mengangkat tubuh Dinda dan membawanya ke tempat tidur. Membaringkan dengan lembut tubuh Dinda di atas taburan kelompok bunga mawar.Dan sekarang Riko sudah berada di atas tubuh Dinda.Kedua jantung mereka sudah saling berdebar tak beraturan dengan saling menatap tanpa melepaskan pandangan."Aku mencintaimu, Dinda. Temani hidupku sampai ajal menjemput."Riko kembali menunduk, kembali melumat Lembut bibir Dinda. Dinda sekarang sudah berani membalasnya.Darah mereka berdesir lembut dan lama lama berubah menjadi panas. Ciuman yang tadi lembut kini perlahan menjadi panas juga seiringnya deru nafas yang semakin memburu.Saat ciuman Riko mulai turun ke leher Dinda dan semakin turun ke bawah lagi, Dinda dapat merasakan gelora yang sudah hilang lama dalam dirinya. Tidak ingin munafik, telah sangat lama Dinda tidak tersentuh, itu membuat Dinda menggelinjang dan desahan merd
Dinda cepat mengambil handuk itu dan pergi ke kamar mandi.Selesai Dinda mandi, kini giliran Riko.Sekarang Mereka telah menyantap makan malam mereka.Beberapa hari mereka berada di Villa tersebut, Mereka kini pulang ke rumah. Baik Dinda maupun Riko sudah sangat merindukan Calia.Saat berada di Villa kemarin, Riko juga sudah membicarakan tentang dimana mereka akan tinggal. Riko mengajak Dinda tinggal di rumahnya dan Dinda menyetujuinya. Jadi saat mereka sampai di rumah, mereka langsung mengutarakan niat mereka kepada ibu dan ayah.Ibu dan ayah tidak keberatan.Calia saat ini sudah berada di dekapan Riko."Anak Papa nggak nakal, kan? Nggak rewel kan, Nek?""Enggak kok. Calia pengertian. Dia sama sekali nggak rewel.""Oh y Dinda. Apa kamu sudah mengabari Bu Marni tentang pernikahan kalian?" Tiba-tiba ibu bertanya.Dinda mendongak kemudian menggeleng lalu menoleh pada Riko seperti meminta pendapat."Lebih baik beri kabar, biar bagaimanapun juga mereka itu keluarga Calia. Meskipun sekara
Saat ini, Riko sudah membawa Dinda ke rumahnya. Riko sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Dia juga telah menyiapkan dua asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan istrinya.Riko juga membujuk Dinda agar berhenti bekerja agar fokus untuk menjaga Calia saja."Mas, kenapa mesti berhenti bekerja?" Dinda sedikit protes."Kamu kerja untuk siapa, hem? Calia, kan? Aku sudah bekerja. Semua itu untuk kalian, bukan untuk siapa-siapa. Jadi untuk apa lagi kamu bekerja? Kasihan Calia, kalau harus kamu tinggal hanya dengan asisten di rumah."Dinda terdiam, sebenarnya dia bekerja memang untuk mencukupi kebutuhannya dan Calia. Benar juga apa yang dikatakan Riko, sekarang sudah ada dia. Dinda bukan tidak tahu berapa gaji suaminya. Kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka, masih akan sangat sisa banyak, atau tabungan Riko selama ini saja mungkin sudah cukup untuk memberi makan mereka selama beberapa tahun kedepan.Akhirnya, mulai saat ini Dinda menurut, dia tidak lagi bekerja.Malam ini, Riko be
Ini sudah waktunya Riko menepati janjinya untuk pergi menjenguk keluarga Alex. Sekarang mereka telah bersiap untuk pergi kesana.Dinda sengaja tidak memberi kabar dahulu kepada mereka karena untuk kejutan.Mobil yang disewa Riko dari Bandara kini telah sampai di depan rumah Bu Marni. Dinda sedikit terkejut saat melihat Rumah yang dulu pernah ia tempati itu sekarang telah berubah. Rupanya mereka sudah membongkar rumah yang lama dan membangun rumah baru yang lebih besar dan bagus dengan teras yang cukup luas.Pertama yang melihat mobil berhenti di depan rumah mereka adalah Nita, karena Fiah dan Rehan sedang sibuk melayani pembeli, sementara Bu Marni mungkin masih sibuk di dapur karena ini sudah sore hari.Awalnya Nita mengira jika mobil itu hanya singgah untuk membeli air minum atau rokok saja, karena Nita hanya melihat seorang pria yang turun dari pintu belakang mobil.‘Kok, tapi ngeluarin koper?’ Batin Nita bertanya.Saat pria tampan dalam pandangan Nita itu mengambil seorang anak per