All Chapters of Maaf, Aku Memilih Mundur: Chapter 21 - Chapter 30
44 Chapters
Bab 21
“Ini sudah kedua kalinya Mas menyamakan aku dengan seorang ja-lang. Lalu, apa Mas pikir aku akan diam saja?” Sorot mata Devi benar-benar tajam namun terlihat sedikit berkaca. Hal itu cukup membuatku berpikir, apa yang salah dari ucapanku. Sementara aku memang benar-benar hanya melanjutkan apa yang pernah kudengar. “Apa kau pikir, kau sudah menjadi suami sehebat itu. Sampai berani merendahkan aku yang masih berstatus istrimu ini?” Devi kembali berucap, namun kali ini nada suaranya penuh penekanan. “Aku ‘kan sudah bilang. Aku hanya menyampaikan, tanpa bermaksud merendahkan kamu, ngerti gak sih?!” ujarku mulai frustasi.Akhir-akhir ini, Devi kerap kali menolak untuk melakukan hubungan suami istri. Dengan alasan capek dan lain sebagainya. Kini semua alasan itu membuatku muak dan jengah. Aku masih laki-laki normal dan sehat. Aku tak bisa memendam hasrat selama itu. “Begitukah? Lalu bagimu, statement yang kau berika
Read more
Bab 22
“Apa Ayah akan memarahi dan memukul Ibu lagi?” Roni bertanya kepada Yogi, ayahnya. Anak usia 7 tahun tersebut tentu masih belum lupa akan apa yang terjadi pada sang ibu beberapa saat lalu. “Ayah mukul Ibu?” tanya Rayyan, anak sulung Yogi dan Devi, yang kini sudah bangkit dari duduknya. Matanya menatap lurus pada sang ayah, bergantian pada sang ibu. Setelah merasa tak mendapat jawaban apa-apa, akhirnya Rayyan menatap pada sang adik yang kini masih duduk di sampingnya. “Jawab Kakak, Dek. Ayah mukul Ibu?” Rayyan kembali mengulangi pertanyaannya pada sang adik. Berharap bocah kecil itu menjawabnya. Roni menoleh pada sang kakak, manik matanya berkaca dan tampak bergetar ketakutan. Melihat hal tersebut, tangan Rayyan pun terulur dan mengelus pundak sang adik, “Dek, kamu gapapa?” Bukan menjawab, Roni justru memeluk tubuh Rayyan dengan erat. “Kak, tolongin Ibu. Roni gak mau Ayah mukul Ibu lagi.” Devi tak bisa berka
Read more
Bab 23
“A-apa maksud kamu, Nak?”Yogi merasa kesulitan untuk menjawab apa yang diucapkan oleh Rayyan. Lidahnya seolah kelu, bahkan suaranya tercekat di tenggorokan. Anak sulungnya itu berhasil membuat laki-laki 38 tahun tersebut mati kutu, karena tertampar dengan kenyataan yang baru saja diungkap oleh Rayyan. Sebagai seorang kepala keluarga, Yogi seharusnya bisa menjaga keutuhan keluarga. Tetapi kenyataannya, ia tidak dapat melakukannya. Dan dirinya pulalah yang menjadi sumber masalah dari semua ini.“Maafkan Ayah, Nak. Ayah mungkin memang sering bertindak bodoh dan menyakitimu. Ayah janji akan memperbaiki semuanya.” Matanya beralih menatap sang istri yang masih tampak diam, kemudian ia melanjutkan. “Benarkan, Dev?”Merasa tak ada respon berarti, kini Yogi berjalan mendekat ke arah kedua anaknya. “Ayah janji. Ayah akan berubah dan tak akan mengulanginya lagi, Nak. Ayah janji. Dan Ayah sangat berterima kasih dengan sika
Read more
Bab 24
“Bye Ibu mertuaku sayang ....” Ibu dari Rayyan dan Roni tersebut kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Sama sekali tak memperdulikan panggilan dari sang suami, ibu mertua dan kakak iparnya. “Heh! Dasar mantu kurang ajar!” pekik Jubaedah yang tak suka dipermainkan oleh sang menantu. Kakinya dihentak-hentakkan keras pada lantai putih resto tersebut, persis seperti anak kecil yang tengah tantrum karena dilarang membeli mainan. “Liat itu! Apa seperti itu istri yang kamu bela?!” sinis Yessi pada sang adik. Matanya masih menatap tak suka pada Devi dan kedua anaknya yang kini sudah berada di luar resto. “Pokoknya Ibu gak mau tau! Kamu harus kasih paham sama istri bengal mu itu! Agar bisa lebih menghargai Ibu sebagai mertuanya!” Kini giliran Jubaedah yang merengek pada Yogi, anak laki-lakinya. Yogi menjambak rambutnya, pria itu tampak frustasi sekali dengan situasinya kini. “Sudahlah, Bu. Malu dilihat orang,” desis
Read more
Bab 25
“Lho kalian mau kemana?” tanya Yogi kemudian, saat melihat sang istri dan dua anaknya bersiap untuk pergi. Ditambah dengan dua koper yang dibawa oleh mereka, membuat mata Yogi terbelalak dan semakin merasa terkejut. “Hentikan mereka, Yogi!” Suara pekikkan Jubaedah kembali terdengar. Sontak kepala Yogi menoleh ke arah sang ibu yang kini tengah menunjuk ke arah istri dan kedua anaknya dengan telunjuk teracung sempurna. Alisnya bertaut menandakan ada pertanyaan yang tersirat dalam benak laki-laki itu. Sedetik kemudian Yogi menoleh ke arah anak dan istrinya yang masih berdiri bersisian. “Kalian mau kemana?” tanyanya. Roni terlihat mengeratkan gandengan tangannya pada tangan Devi. Sebab bayangan kejadian siang tadi masih berputar dalam ingatannya. Membuat bocah kecil itu merasa takut dengan ayahnya sendiri. “Aku mau bawa anak-anak, Mas,” jawab Devi singkat. Sejenak ia melirik ke arah Roni. Genggaman t
Read more
Bab 26
“Benarkah? Asiikk ….” Gadis itu berteriak girang, bahkan ia sampai melompat-lompat saking senangnya. “Liburan … Liburan, yes!” Mendengar kata liburan, mata Rossi sudah pasti langsung berbinar sempurna. Dengan cepat, gadis itu segera memeluk erat Yogi yang kini berdiri di hadapannya. “Makasih ya, Om. Rossi sayang Om Yogi!” Yogi tak menjawab namun dirinya hanya memberikan seuntai senyum sembari membalas pelukan dari keponakannya tersebut. Sedetik kemudian, gadis cilik itu segera mengurai pelukan dan mendongak, kemudian ia kembali bersuara, “Aku pulang ke rumah dulu ya, Om. Mau ngabarin Ibu biar siap-siap. Tungguin kami ya ….” Tak butuh waktu lama, gadis berambut panjang tersebut segera lari ke luar dan menuju ke rumahnya yang juga rumah Jubaedah. “Apa maksudmu mengatakan kalo kita mau pergi liburan, Dev?” tanya Yogi yang kini kembali menatap sang istri yang masih tersenyum simpul. “Ingatkah kau, Mas. Kapan kali terakhir kamu pe
Read more
Bab 27
“Nggak usah banyak drama kamu Devi!” tunjuk Jubaedah sengit pada menantunya itu. “Dan kamu juga, Yogi. Jangan terlalu bodoh karna cinta!” “Kalo dia mau pergi ya biarkan pergi! Jangan malah kamu halang-halangi. Kayak gak laku aja kamu, Gi!” “Kamu itu masih muda! Masih bisa cari istri yang lebih dari dia!” Repetan Jubaedah kembali terlontar, terdengar jelas jika wanita tua itu sengaja menjatuhkan Devi lebih jauh lagi. Namun ternyata …. Menantunya itu sama sekali tak peduli. Bahkan dengan santai Devi memutar mata malas dan mengabaikan ucapan sinis ibu mertuanya. Ia masih terfokus pada Yogi. Pria itu kini hanya diam, entah apa yang dipikirkan olehnya. Hingga suaranya kembali terdengar, “Apa tak ada pilihan lain, Dev?” “Aku rela, jika harus kau diamkan selama seminggu atau sebulan sekalipun. Tapi tidak dengan bercerai,” imbuhnya kemudian. “Tapi sayangnya, aku tetap memilih bercerai, Mas
Read more
Bab 28
“Udah biarin aja sih, Gi! Toh bapaknya sendiri yang mau bawa pulang si Devi. Jadi kamu gak perlu repot-repot anterin dia ke rumahnya!” Belum sempat Yogi melayangkan protes, sang ibu sudah lebih dulu menyela dan berhasil membuat Benyamin semakin murka. “Kalian benar-benar keluarga aneh! Teraneh dari yang pernah saya temui!” dengus Benyamin tak suka. “Jika seorang ibu membela anaknya itu dirasa lumrah. Tapi seorang suami yang tak bisa membela istrinya di depan orang tuanya, itu dikatakan pengecut! Banci!” tekan Benyamin tegas. “Heh!” tunjuk Jubaedah pada laki-laki yang masih menjadi besannya tersebut. “Jangan asal ngomong, ya! Pake ngatain anak orang segala!” “Lalu, sebutan apa untuk pria 38 tahun yang klemar klemer dan masih bersembunyi di ketek ibunya?” Benyamin menatap sinis pada Yogi yang masih membeku. “Lebih baik kau ganti pakaianmu itu dengan daster!” “Saya cukup salut dengan anda, Ibu Jubaedah!” Kini
Read more
Bab 29
“Tuhan, tolong jangan buat aku lemah. Setidaknya jangan sekarang,” lirih Devi. Kemudian ia tampak memejamkan matanya sejenak, bukan dirinya tak lagi mencintai Yogi. Tapi, cinta saja tak cukup. “Setelah ini, kita hanya orang asing yang terpaksa masih terikat karena anak.” Grep! Tiba-tiba Yogi memeluk Devi erat. Pria yang selama ini terlihat tegar dan tak pernah mengeluhkan apapun padanya, mendadak terlihat menjadi sosok yang berbeda. Devi tampak sedikit meronta, mencoba melepaskan pelukan dari laki-laki yang masih sah menjadi suaminya itu. Namun, gerakannya terhenti, kala suara parau Yogi terdengar. “Sebentar saja ….” “Ijinkan aku, sebentar saja, memeluk duniaku yang tak lama lagi akan menjadi asing.” Yogi tak memperdulikan gerakan tubuh Devi yang terlihat menolak. “Tolong lepaskan, Mas.” Devi mencoba menahan suaranya, agar tak terdengar parau. Sakit! Tentu sangat m
Read more
Bab 30
Devi mengacungkan dua buah anak kunci berwarna perak. Anak kunci tersebut baru saja ia lepas dari gantungan, yang menjadikan satu benda tersebut dari kunci yang kini berada dalam genggamannya. “Berikan semuanya!” titah Jubaedah kemudian. Wanita 59 tahun tersebut tahu, jika yang Devi berikan adalah kunci gerbang dan rumah Yogi. Sedangkan yang berada dalam genggaman tangan Devi adalah kunci motor sport milik Yogi. “Wani piro?” tanya Devi santai. Ia tak ingin terlalu menanggapi ulah mertua dan kakak iparnya dengan otot. Wanita itu sadar, jika dua orang tersebut harus dilawan dengan cara cantik. Jika Jubaedah dan Yessi tengah kebakaran jenggot karena Devi berhasil menguasai kunci motor Yogi. Berbeda dengan putra bungsu Jubaedah. Suami dari Devi itu malah justru diam membeku, hingga membuat Jubaedah semakin kesal dan geram. Plak! Jubaedah melayangkan pukulan keras pada bahu Yogi. Membuat si empunya tangan itu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status