All Chapters of Maaf, Aku Memilih Mundur: Chapter 31 - Chapter 40
44 Chapters
Bab 31
“Lepaskan anakku, Jubaedah!” Benyamin berdiri di sisi kanan Devi dan mencoba membuka cengkraman tangan besannya pada rambut Devi. Devi sendiri tak bisa berbuat banyak. Sebab ia sudah duduk di atas motor. Hal itu membuat gerakannya terbatas. Ia hanya bisa meringis kesakitan akibat jambakan yang dilakukan oleh sang mertua, hingga suara lirihnya kembali terdengar, “Lepasin, Bu!” Jika Yogi dan Benyamin tengah berusaha memisahkan Jubaedah dan Devi. Berbanding terbalik dengan Yessi yang justru duduk manis di teras. Sementara supir taxi online tak berani ikut campur, pria itu hanya duduk di mobil dan berusaha menenangkan Roni yang kini sudah berteriak histeris sejak tadi. “Bu, Yogi mohon lepasin Devi. Kasian dia.” Yogi kembali mencoba membujuk sang ibu agar mau melepaskan cengkraman tangannya pada rambut sang istri. “Bu, kita bicarakan ini baik-baik ‘kan bisa. Gak perlu sampai-” “Diam kau!” bentak Jubaedah pada Yogi.
Read more
Bab 32
“Maafkan Ibu, Nak ….” Mata Devi berkaca, saat melihat dengan seksama wajah yang selalu menjadi kekuatannya. “Ibu pastikan, yang melakukan ini padamu akan mendapatkan balasan setimpal!” ucapnya kemudian. Dunianya seolah runtuh, bahkan sendi pada tubuhnya terasa lemas. Kala wajah putra sulungnya itu sudah menghadap ke arahnya. Dengah gemetar, tangan Devi terulur dan menyentuh bagian sudut bibir Rayyan yang mengeluarkan cairan merah. Bahkan sisi wajah bagian kiri Rayyan pun memerah akibat dari tamparan yang diberikan oleh Jubaedah. “Pak! Tolong bawa Rayyan masuk ke mobil dan pergilah dari sini. Devi akan membereskan ini semua sampai ke akarnya!” Tanpa menoleh sama sekali, wanita yang masih berstatus istri sah Yogi itu meminta tolong pada sang ayah. Benyamin pun langsung paham, meski Devi sama sekali tak menatap ke arahnya. Terbukti dengan anggukan kepala yang diberikan oleh pria tua tersebut.
Read more
Bab 33
“Katakan, Kek! Apa yang bisa aku lakukan untuk Ibu?!” Putra sulung dari Devi itu menoleh ke arah Kakek Benyamin dengan tatapan menyelidik. Ia tahu, jika ada hal lain yang belum dan ingin disampaikan oleh pria tua, ayah kandung sang ibu. “Bagaimana caranya, Kek?” Tak ada jawaban berarti yang diterima oleh Rayyan selain senyum misterius pada wajah keriput kakeknya. Kemudian pria tua itu merangkul sang cucu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian, mobil taxi online tersebut perlahan pergi meninggalkan pelataran rumah Yogi. Sementara di teras rumah Yogi, masih ada Devi, Yogi dan keluarganya. Wanita 36 tahun tersebut sama sekali tak gentar, meski kini dirinya hanya tinggal seorang diri. “Bawa kemari kunci motor itu, Yogi!” titah Jubaedah pada anak laki-lakinya. Tangan kanan wanita itu terulur ke depan dan menengadah. Meminta kunci motor yang kini berada di tangan Yogi. Berbeda dengan ibu mertua d
Read more
Bab 34
“Heh! Dasar ratu drama!” Kini suara lain terdengar. Bukan suara Devi ataupun Yogi, melainkan suara Yessi yang kini menatap mencemooh pada adik iparnya tersebut. “Sudah aku bilang, bukan. Aku dan Ibu akan tetap jadi pemenangnya, karna kami adalah keluarga Yogi. Sedangkan kau?” Yessi tampak menjeda kalimatnya. Matanya menatap menyelidik pada sang adik ipar, dari atas sampai ke bawah. “Meski kau merubah diri menjadi apapun itu. Batu kerikil akan selamanya menjadi batu kerikil.”“Jadi jangan berharap jadi berlian!” lanjutnya sinis. “Betul itu! Tak tau diri!” Jubaedah menimpali ucapan dari putri sulungnya. Devi menggelengkan kepala. Dalam hati, ia merutuki kebodohannya, sebab telah mendengarkan ucapan Yogi yang menyatakan jika Ibu mertua dan kakak iparnya tersebut bisa berubah. Padahal kenyataannya? “Kamu liat ‘kan, Mas! Bagaimana perlakuan mereka padaku?” Telapak tangan Devi terbuka, kemudian mengarah ke arah dua wanita yang sangat b
Read more
Bab 35
“Tak perlu sungkan Pak RT, saya sudah tau semuanya,” tutur Devi kemudian. Ia mengangkat ponselnya yang kini tengah menampilkan aplikasi berbalas pesan. Dimana hampir beberapa orang menanyakan fakta tentang keributan yang terjadi di rumahnya. “Pasti juga sudah ada yang lapor ke Pak RT soal keributan beberapa saat lalu, juga keributan yang baru saja terjadi, bukan?” tanya Devi kemudian. “Makanya Bu RT bisa tau-tau ada disini. Itu tentu bukan sebuah kebetulan semata.” Glek! Susah payah, wanita yang dipanggil Bu RT tersebut meneguk ludah kasar. Memang benar apa yang dikatakan oleh Devi. Kedatangannya ke rumah Yogi bukanlah sebuah kebetulan. Melainkan untuk memastikan laporan dari beberapa warga yang mengatakan perihal keributan di rumah tersebut. “Maaf Mbak Devi. Saya akui, itu memang benar,” akunya kemudian. Daripada mengelak dan semakin membuatnya malu. Maka akan lebih baik jika mengakuinya. Begitu pi
Read more
Bab 36
“Begini, menurut berkas yang Mbak Devi berikan. Memang benar, jika motor tersebut sah milik Mbak Devi. Tak ada sepeserpun uang milik Mas Yogi yang masuk dalam nota pembelian motor tersebut,” jelas Pak RT. Entah seperti apa malunya Jubaedah dan Yessi, namun kedua manusia itu masih tetap duduk tegak dengan kepala mendongak. Tak peduli jika mereka sudah salah dan seharusnya merasa malu. “Lalu, bisakah saya bertanya, Pak RT?” tanya Devi, sesaat setelah ia memasukkan berkas tentang kepemilikan motor tersebut ke dalam tas. “Silahkan Mbak Devi. Jika saya bisa menjawab, pasti saya jawab,” sambut Pak Rt dengan legowo. Meski ia masih dipusingkan dengan urusan warganya yang satu ini. Devi mengangguk, kemudian menatap lurus pada ibu mertuanya. Hingga suara wanita itu kembali terdengar, “Apa hukuman bagi seseorang yang melayangkan serangan fisik dan verbal pada orang lain, Pak?” “Barang s
Read more
Bab 37
“Kita masih bisa membicarakan hal ini ‘kan, Sayang.”Jika orang akan berpikir, semudah itu Yogi melepas Devi. Maka jawabannya adalah tidak! Yogi masih enggan kehilangan sosok yang masih bertahta dalam hatinya. “Tanyakan pada hatimu, Mas.” Devi menatap lekat pada sang suami. “Bagaimana posisiku disana? Jika aku harus jadi yang kedua. Maka keputusanku sudah benar!”“Tidak!” sanggah Yogi, sebab kenyataannya Devi adalah satu-satunya ratu dengan tahta tertinggi dalam hati laki-laki itu. “Kamu satu-satunya, tak ada yang lain lagi, Sayang.”Pak Rt dan Bu Rt yang masih berada di sana hanya bisa diam. Mencoba mengerti akan situasi sulit pasangan suami istri tersebut. “Satu-satunya? Benarkah?” tanya Devi tak percaya. Yogi langsung mengangguk cepat. Mengiyakan ucapan sang istri. “Aku satu-satunya istrimu, tapi aku nomor tiga setelah ibu dan kakakmu,” imbuh Devi melanjutkan. “Sudahlah, Mas. Hubungan ini sudah tak sehat.”“Lagipula, ak
Read more
Bab 38
“Belum juga cerai, udah jalan sama laki-laki lain. Memalukan!”Lagi, ucapan pedas diterima Devi dari sosok perempuan yang kini tengah berdiri sambil terus menatap sinis ke arahnya. “Apa maksud-”“Heleh! Memang benar gosip yang beredar, kalo kamu itu istri gak bener!” Wanita itu tampak menyela perkataan Devi. Kemudian dengan tangan bersilang di dada, wanita yang kini masih menatap sinis pada Devi kembali bersuara, “Emang udah bener si Jubaedah gak suka sama kamu, Devi!”“Di rumah aja keliatan sok alim, sok paling tersakiti. Tapi kenyataannya malah, yang kukira cupu ternyata suhu.. Uwow!” ucapnya kemudian. Arya dan Devi tampak saking pandang. Coffe shop yang sore itu tampak sedikit ramai, menjadi semakin ramai saat suara keras tamu tak diundang tersebut. “Bisakah Anda menurunkan nada bicara?” tukas Arya yang mulai menyadari, jika mereka sudah menjadi pusat perhatian di sana. “Kenapa Bos? Malu?” Bukan menurunkan nada su
Read more
Bab 39
“Apa saya gak salah denger, Bu?”Devi menatap miring pada wanita yang kini menatap nyalang kepadanya. “Tadi Ibu sendiri yang bilang soal cupu dan suhu. Dan saya sendiri hanya memberikan contoh nyata. Apa itu bisa dikatakan kurang a-jar?” tanya Devi dengan nada santai. Ia tahu betul karakter duo racun tetangga tersebut. Setiap ada gosip, mereka selalu menjadi orang-orang pertama yang akan menggosoknya dan menyebarkan gosip tersebut dengan menambah ataupun menguranginya. “Jika tak ingin diusik maka jangan mengusik, Bu!” Devi kembali bersuara, sejenak ia tampak menjeda kalimatnya. Kemudian melirik tajam pada kamera ponsel yang masih menyorot kepadanya. “Jika aku mau, aku bisa membuka semua aib dan kebusukan kalian. Tapi aku tak akan melakukannya. Tak ada bedanya antara kalian dan diriku, jika sampai itu kulakukan,” tukas Devi kemudian. “Heh! Dasar wanita sok suci! Apa kau pikir, berduaan dengan laki-laki lain yang bukan suaminya itu
Read more
Bab 40
“Ada apa?”Rona keterkejutan tak bisa disembunyikan dari wajah Sarminah. Hingga suara wanita bertubuh sedikit berisi itu kembali terdengar, “Jangan bilang itu masih-”Dengan tergagap Maysaroh menganggukkan kepalanya patah-patah, diiringi suaranya yang menjawab pertanyaan dari Sarminah, “I-Iya, ini masih nyala!”“Dasar Maysaroh go-blok! Cepat matikan!” umpat Sarminah pada akhirnya. Matanya melotot, menatap nyalang pada bestienya tersebut. Jika duo racun itu tampak saling bersitegang, berbeda dengan Devi yang menampilkan senyum puas. Hingga cibiran dari mulutnya akhirnya terlontar, “Tak patut ….” Sebelas tahun hidup bertetangga dengan mereka. Tentu membuat Devi mengetahui bagaimana tabiat kedua tetangganya tersebutAh, tidak! Ralat, mantan tetangganya tersebut. “Ketinggalan dimana sebenarnya otak kau ini, May?” Tanpa memperdulikan Devi dan Arya, Sarminah kembali mengumpat pada rekan seperjuangannya tersebut. “Bisa-bisanya kau lup
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status