All Chapters of SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA: Chapter 31 - Chapter 40
42 Chapters
31.
Saat Mas Arman terbelalak aku hanya tersenyum tipis sambil melambai kecil lalu masuk ke lift bersama rombongan para petinggi kami, lelaki itu bahkan tidak berkedip sedikitpun saat aku sudah masuk dan berdiri di belakang bos dengan anggun lalu pintu liftnya tertutup.Suasana rapat berlangsung dengan ramah tidak menegangkan sedikitpun, bahkan cenderung santai tapi semua orang bebas mengemukakan pendapat. Kuperhatikan prosesnya dengan seksama, kudengarkan bagaimana mereka berinteraksi dan bagaimana cara mereka menyampaikan pendapatnya kepada pemilik perusahaan dan anaknya yang memegang tampuk kepemimpinan. Diskusi berjalan dengan santun, masing-masing manajer yang memegang divisi mereka, melaporkan progres bulanan dan apa yang akan mereka rencanakan berikutnya serta visi misi mereka dalam beberapa bulan ke depan. Bos kami yang berkharisma meski sudah di usianya tua itu bernama Indra Widyatmoko, Dia Lelaki sukses dengan beberapa anak cabang perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia,
Read more
32
"sombong sekali kau?" Desis suami laknatku itu. "Tidak, aku tidak sombong karena kenyataannya memang begitu. Kalau kau terus menantangku, maka akan kuajukan ke bagian personalia agar kau digantikan oleh orang yang lebih kompeten!" ancamku yang membuat dia langsung menjauh dari hadapanku, dia pergi begitu saja membawa kekesalannya yang memuncak. Tepat di jam istirahat kerja semua orang berkumpul dan aku mulai berkenalan dengan mereka, entah mereka akan baik atau tidak kedepannya tapi kurasa semua orang bersikap baik dan menjabat tangan ini dengan tulus. Mereka memperkenalkan diri dan menyebutkan nama-nama mereka, ada yang terlihat manis dari awal dan ramah senyum, ada yang terus menjelaskan tentang keadaan perusahaan dan di mana letak-letak ruangan penting, ada juga yang wajahnya jutek dan sedikit bicara. Nampak sangat sombong, tak suka dengan kedatangan orang baru, tapi tidak mengapa! Menemui orang dengan berbagai tingkah yang beragam, tak terlalu membuatku terganggu. Kurasa aku
Read more
33
Jadi setelah pulang belanja dan sempat bertemu dengan wanita sialan itu, aku kembali ke rumah dan melaksanakan aktivitas seperti biasa. Menyiapkan makan malam sambil membantu mereka membuat PR, TV menyala dan memutar drama yang kusukai, sore ku berjalan damai dan penuh ketentraman andai lelaki itu tidak segera pulang dari merusak segalanya. Brak! Pintu ditutup dengan kencang dan suara langkah kaki yang khas itu terdengar begitu jelas. Siapa lagi yang datang kalau bukan dia. Belakangan ini bertemu dengannya membuatku malas, andai bisa segera kusingkirkan, maka akan kusingkirkanlah dia secepatnya. "Jadi kau bilang pada aruni kalau kau hendak menjadikanku alas kakimu?"lelaki itu berdiri di seberangku, di seberang meja dapur sambil menatap diri ini dengan sinis dan berkacak pinggang."Oh, rupanya wanita itu mengadu," desisku sambil mengaduk oseng sayur dalam kuali. "Kenapa kau diam saja? Jawab aku!""Kalau tidak menjawab apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mendekatiku lalu membant
Read more
34
Mungkin ucapanku tadi telah membuat lelaki itu kesal. Jadi saat aku kembali dan membawakan segelas kopi hadiah nampak cemberut dan menatap diri ini serta cangkir kopi secara bergantian. "Apa ini?""Kopi?""Apa Saya minta americano?""Uhm, sa-saya pikir anda hanya ingin kopi hitam.""Kau tidak bertanya dulu kopi apa yang saya inginkan dan bagaimana kau akan meletakkan gulanya.""Kebetulan saya bawakan gula terpisah, untuk persiapan jangan-jangan kurang gula," ucapku sambil mengeluarkan dua bungkus kecil gula dari kantung blazerku. Lelaki itu tertawa melihat gula yang kupegang di tangan. "Kau cerdik sekali, tapi aku tidak ingin minum kopi hitam.""Jadi, mau kopi apa Pak?" Untungnya ada mesin pembuat kopi yang tidak jauh dari ruangan direktur jadi aku tidak perlu repot-repot meracik, tinggal mengarahkan gelas ke kran kopi saja. "Capuccino dengan cream!""Baik, Pak." Demi mempersingkat waktu dan percakapan aku segera mengambil cangkir kopi tersebut dan bersurut mundur sambil membungk
Read more
35
"Apa kau datang ke sini untuk menghancurkan perusahaanku?""Tidak, Tuan. Itu tidak mungkin. saya mengais kehidupan saya dan anak-anak saya di tempat ini, jadi apakah saya ingin menghancurkan diri saya sendiri?""Siapa yang tahu?" jawab lelaki itu sambil sekali lagi mengesap kopinya, dia menatapku dengan penuh kecurigaan tapi aku tetap berdiri dengan anggun dan mengulas senyum terbaik di hadapannya. Semakin aku tersenyum, makin kesal lelaki itu sepertinya. "Sejak awal, saya curiga dengan modusmu. Tadinya saya tulus ingin membantu tapi melihat anda begitu berambisi dan nekat memanfaatkan keadaan, saya rasa kalau Anda memang bukan orang yang tulus!""Kalau begitu Anda bisa menguji saya! Apakah saya benar-benar kompeten atau hanya aji mumpung" Lelaki itu langsung berdiri, dia meletakkan proposal dana keuangan dengan kasar ke mejanya. Dia berjalan ke hadapanku dan mencengkram tanganku dengan keras, sampai aku bisa merasakan tekanannya. "Jika kau main-main, maka aku akan membunuhmu!"
Read more
36
Sewaktu aku membungkamnya dengan pertanyaan terakhir, mantan suamiku tidak bisa bicara apapun, hanya air mata menetes selalu dengan gontainya ia pergi meninggalkan kami begitu saja. Sama dengan kepergian yang pertama, kepergian kali ini juga tanpa pamit, tanpa permintaan maaf atau kata-kata yang sekiranya bisa mengobati luka hati. Tapi percuma mengharapkan seseorang mengobati luka hati, sementara kesalahannya begitu fatal, sulit dimaafkan dan mungkin sejak trauma yang ia tinggalkan akan melekat seumur hidup. Ting!Ada pesan dari manajer utama, untuk pertama kalinya aku terkejut membacanya tapi kemudian santai saja.(Kurasa ada yang salah dengan masalah laporan dana yang dicairkan untuk proyek kesejahteraan. Ada manipulasi data dan daftar penerima yang digembungkan."Aku hanya tertawa menanggapi kecurigaan itu, sulit baginya untuk membuktikan kesalahanku karena aku bermain dengan cara yang amat terselubung. Aku tidak mengambil sesuatu dalam jumlah besar melainkan mengambil 2 sampai
Read more
37
"Hei, jangan buru-buru Pak, kalaupun itu akan terjadi kita mungkin harus saling mengenal.""Aku telah mengenalmu dalam 4 bulan lebih, cara bicara, gesture, perbuatan dan semua yang kau lakukan telah kuketahui.""Santailah Pak, akan kuambilkan Wine," ujarku sambil melepas pegangan tangannya dari tanganku. Kulakukan itu demi mencairkan suasana. Keadaan sempat tegang dalam beberapa detik begitu para tamu undangan melihat dia memegang tanganku, seorang bos memegang tangan asistennya. Ouh, itu benar-benar akan jadi skandal andai aku tidak mengendalikan ekspresi dan keanggunanku. Beberapa wanita berbisik saat aku berjalan dengan santai mengambilkan segelas anggur, meski orang yang sedang berkumpul dan membicarakan diri ini aku hanya mengulas senyum tipis, lalu kembali berjalan ke arah bosku dan memberikannya minuman tersebut lantas kubiarkan dia membaur dengan kolega dan rekan bisnisnya. "Berbaurlah, Pak. Saya akan menjauh.""Kenapa apa ajakanku untuk menikah terdengar menyeramkan?"Aku
Read more
38
"oh saya paham!" Dan sontak tatapan bosku berubah kembali, dia tersenyum begitu lebar dan mendekat ke arah wanita itu. "Baik Nyonya, akan saya tanggapi keluhannya dan akan saya hukum orang yang telah mengambil hak calon suami Anda.""Anda yakin Tuan?" Aruni sudah terlihat senang. "Ya saya akan menghukum jadi membuat dia jadi asisten saya seumur hidup!""Hah, kenapa begitu!"Aku tahu aruni berharap kalau aku akan dipecat tapi laporannya membuatku semakin dekat dengan bosku."Aku tidak akan membiarkannya melakukan dosa untuk kedua kalinya, alih alih mengganggu hubunganmu dengan mantan suaminya, aku akan menghukumnya dengan cara membuat dia tinggal di rumahku tanpa bisa keluar ke manapun." "Tapi bagaimana bisa?""Aku akan menikahinya, kau tenang saja. Kalau dia jadi istriku kau tidak akan terganggu," jawab Tuan Reinald sambil tertawa. Wanita itu seketika mencebik dan merajuk. Dia menatap dan memicingkan mata ke arahku, nampak tidak puas tapi tidak bisa berbuat banyak. Senyum dan jaw
Read more
39
Pesta bergulir sampai jam 12.00 malam, bosku minum bersama rekan-rekannya, sampai dia setengah mabuk dan sempoyongan. Seperti biasa aku dan ustadz pribadinya membantu pria 40 tahun itu menuju ke mobilnya. Kami menaikkan lelaki itu ke mobil lalu sedikit mengendurkan dasinya, kemudian aku minta sopir untuk membawanya segera pulang. "Tunggu!" Pria itu memegang tanganku. "Antar aku!""Ini sudah malam Pak, saya harus pulang, supir anda akan mengantar anda.""Tidak, kau harus mengantarku!" Jawabnya bersikeras, dia yang mabuk dan terlihat sudah tak kuasa bergerak lagi, membuatku terpaksa mengikuti keinginannya. Aku terpaksa masuk ke mobil sebelum ia berteriak dan membuat malu semua orang. *Di perjalanan, Lelaki itu bernyanyi, tertawa dan terus menetapku sementara sopir yang ada di depan kami terus melirik diri ini dari kaca tengah. "Maaf ya Nyonya mohon dipahami," ujar supir tersebut."Kalau tuan mabuk selalu begini?" "Ya, Nyonya. Walau terlihat senang sebenarnya beliau sangat sed
Read more
40
"Kenapa kau lakukan ini padaku!" Lelaki itu menatapku dengan bola mata berkaca-kaca sekaligus berkilat penuh kemarahan. Aku tidak mengerti dia marah tentang apa, dia marah karena semalam bosku mengumumkan sesuatu tentang kami ataukah ini tentang gaji dan tunjangan yang dipotong."Apa maksudmu, memangnya Apa yang kulakukan?" Aku bertanya dengan santai sambil menatapnya dan jariku tetap berada di atas keyboard komputer. "Kenapa kau potong tunjangan kesehatanku. Aku belum pernah sakit sama bekerja jadi aku berhak untuk klaim uangnya, kenapa kau hapus tunjangan itu.""Jawabannya sederhana. Karena kau tidak menggunakannya jadi kualihkan pada karyawan yang rentan sakit dan pekerjaannya jauh lebih penting darimu," balasku sambil melipat tangan di dada. "Tapi semua orang berhak atas asuransi kesehatan kenapa hakku sebagai karyawan?""Karena aku adalah kepala kesejahteraan jadi akan kulakukan mana yang bagus menurutku," balasku. "Kau tahu aku memerlukannya kan?""Untuk apa? Untuk menikah a
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status