Semua Bab Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan: Bab 81 - Bab 90
166 Bab
Semua Berbohong
“Ayo duduk dulu,” ucap Claudia mengajak Emily duduk.Emily benar-benar sedih dengan yang terjadi. Dia bingung harus bagaimana mengontrol emosi yang meluap sampai-sampai mengamuk ke semua orang.Evano terlihat merasa bersalah dan berpikir jika sang kakak menangis karena hubungannya dengan Claudia.“Duduklah.” Claudia membantu Emily duduk lantas mengambil tisu untuk menyeka air mata sahabatnya itu.“Kami tidak bermaksud membohongimu, hanya saja aku dan Vano benar-benar masih pacaran biasa, kita juga bisa saja bertengkar dan putus, karena itu aku merasa tak perlu memberitahumu dulu,” ucap Claudia menjelaskan.Evano terkejut mendengar ucapan Claudia yang mengatakan jika bisa saja putus, membuatnya tak senang karena ucapan wanita yang enam tahun lebih tua darinya itu.Emily menarik napas panjang lantas mengembuskan kasar. Dia lantas menatap sang adik yang duduk di sebelahnya.“Bagaimana bisa kamu pacaran sama wanita yang harusnya jadi kakakmu, hah?” Emily mengamuk Evano sambil menarik teli
Baca selengkapnya
Kebingungan
Alaric kebingungan karena Emily benar-benar sudah tak ada di perusahaan. Dia sampai memohon ke security untuk membuka rekaman Cctv, untungnya karena dia menantu di perusahaan itu, sehingga kepala security mau memperlihatkan. Alaric melihat Emily pergi lewat taksi yang menjemput di pintu belakang gedung, pantas saja anak buahnya tak melihat. Dia berusaha menghubungi Emily lagi tapi tak berhasil, pulang ke rumah tapi istrinya juga tidak ada di rumah. Ingin bertanya ke keluarga, takutnya semua orang cemas. “Kamu sudah menemukannya?” tanya Alaric saat menghubungi Billy. “Belum, aku coba lacak GPS taksi yang membawa istrimu, tapi belum ketemu karena harus memilah file yang sangat banyak,” jawab Billy. “Lacak pertanggal dan jam tadi, Billy!” Alaric geram karena Billy mendadak lemot. “Sabarlah, aku sedang berusaha.” Alaric mengakhiri panggilan. Dia kebingungan di kamarnya karena Emily belum ditemukan. “Ke mana kamu? Kenapa pergi secara diam-diam bahkan mematikan ponsel?” Ala
Baca selengkapnya
Menenangkan Diri
“Tolong jaga kakakku,” ucap Evano saat berpamitan dengan Claudia. “Kamu tenang saja, dia kakakmu juga sahabatku tentu aku akan menjaganya dengan baik,” balas Claudia mencoba menenangkan Evano yang cemas. Evano melongok ke dalam, lantas memandang Claudia lagi. “Ada apa?” tanya Claudia yang aneh dengan tingkah kekasih berondongnya itu. Evano menyentuh pipi dengan telunjuk lantas berkata, “Sebelum aku pergi.” Claudia melotot mendengar ucapan pemuda itu. “Ish … kamu ini tidak takut Emi ngamuk lagi? Jangan aneh-aneh!” tolak Claudia padahal sebenarnya malu. “Ayolah, sekali. Biasanya juga tak masalah,” protes Evano. Claudia mengulum bibir, lantas menoleh ke dalam dan tak melihat Emily. Dia mencium pipi pemuda itu dengan cepat, hingga membuat Evano langsung tersenyum semringah. “Sudah sana, pergi.” Claudia mengusir pemuda itu karena malu sendiri. “Baiklah, aku pergi. Kalau ada apa-apa segera hubungi aku,” kata Evano. Claudia hanya mengangguk-angguk, lantas melambai ke Ev
Baca selengkapnya
Gampang Ditipu?
“Kenapa kamu memacari adikku?” tanya Emily saat diajak makan malam. Claudia terkejut mendengar Emily membahas itu lagi, tapi meski begitu dia berusaha bersikap tenang. “Ya karena suka,” jawab Claudia lantas memasukkan suapan ke mulut. “Apanya suka? Suka karena dia bakal gampang kamu kibulin?” tanya Emily sambil menelisik tajam ke Claudia. Claudia mencebik mendengar pertanyaan Emily. “Kamu tahu betul bagaimana aku, bisa-bisanya kamu nuduh begitu,” balas Claudia. Emily hanya menatap seolah meminta penjelasan. “Dia yang merayuku dulu. Ya, karena aku memang suka yang lebih muda, jadi aku terima saja,” ucap Claudia menjelaskan. “Mana ada tampang Vano yang hanya diam saat ketemu orang, mendadak merayumu. Pasti kamu yang merayu!” Emily mendadak tak terima adiknya dibilang merayu Claudia. “Ih … ga percaya kamu. Dia memang memiliki tampang polos, aslinya juga ….” Claudia langsung mengatupkan bibir tanpa
Baca selengkapnya
Menemukan Emi
“Kamu takut istrimu disekap?” tanya Billy saat melihat Alaric yang terlihat sangat tegang. “Tidak, aku yakin dia baik-baik saja, hanya saja aku perlu tahu, kenapa dia mematikan ponsel dan tak memberitahuku,” jawab Alaric sambil mengecek daftar pemilik unit apartemen yang didapat Billy. Alaric fokus melihat satu persatu nama yang tertera, hingga tatapan matanya tertuju ke satu nama. “Claudia Grasyella, dia di tempat Claudia,” gumam Alaric lantas bernapas lega karena Emily pasti baik-baik saja di sana. Namun, pertanyaannya sekarang adalah kenapa Emily ke tempat Claudia lantas mengabaikannya. “Sepertinya adiknya juga berbohong,” ucap Alaric setelah memastikan Emily di mana. “Adik?” Billy mengerutkan alis. “Ya, aku bertemu adiknya Emi saat di apartemen. Dia berkata kalau tak bertemu Emi dan di sana karena menemui kekasihnya. Bisa jadi Evano di sana karena menemui Emi tapi menyembunyikannya dariku,” ujar Alaric menjela
Baca selengkapnya
Tak Mau Melihat
Emily sangat terkejut melihat siapa yang datang. Dia berdiri sambil memalingkan muka. “Mau apa ke sini?” tanya Emily tanpa mau menatap pria yang ada di depannya. “Kenapa tidak bisa dihubungi?” tanya Alaric yang pagi itu nekat menemui Emily. “Aku sedang malas,” jawab Emily lantas ingin menutup pintu tapi ditahan Alaric. Pria itu mendorong pintu agar terbuka lebar, lantas merangsek masuk. Emily tak bisa berbuat banyak, hingga memilih mengabaikan dengan meninggalkan Alaric. “Kamu masih marah soal pembahasan tempo hari?” tanya Alaric sambil berjalan mengikuti Emily. Emily menghentikan langkah mendengar pertanyaan Alaric. Dia membalikkan badan lantas menatap Alaric. “Kamu benar-benar munafik!” sembur Emily kembali kesal. “Jika kamu tak menjelaskan apa kesalahanku, apa kamu berniat terus diam seperti ini?” tanya Alaric tak menanggapi amukan istrinya. Emily tertawa sumbang mendengar pertanyaan Alaric, hingga kemudian menatap suaminya itu. “Kamu memang egois, Al! Bagaiman
Baca selengkapnya
Takut Kehilangan
“Al sudah ke kantor?” tanya Bobby karena mereka sarapan tanpa Alaric dan Emily.Semalam Bobby tidak makan malam, sehingga tak tahu jika cucu dan cucu menantunya tidak di rumah.“Mereka tidak pulang semalam, mungkin menginap lagi di apartemen. Biarkan saja, asal hubungan mereka semakin mesra,” balas Mia lantas menyantap sarapan yang tersedia.Bobby mengangguk-angguk mendengar jawaban menantunya itu.“Lena menghubungiku, apa Papa menemuinya?” tanya Mia sambil menatap ayah mertuanya itu.Dia tak sempat bertanya karena Bobby terus di kamar setelah kembali dari perusahaan.Bobby langsung menatap Mia yang baru saja bertanya.Mia menoleh ayah mertuanya, lantas terlihat sedih.“Seharusnya aku tak perlu memberitahu Papa, tapi sekarang semua yang terjadi bukan hanya tentangku, tapi juga tentang Al dan Emi,” ucap Mia lagi.Bobby pun diam mendengar ucapan Mia.“Aku dan Al selama ini mengalah, tapi kenapa mereka terus berusaha menyingkirkan kami. Apa aku kurang diam? Atau karena aku dan Al diangga
Baca selengkapnya
Membujuk
“Apa kamu membuat masalah dengan orang?”Farrel diminta pulang hingga mendapat cecaran dari sang ayah.“Tidak,” jawab Farrel dengan santainya.“Lalu apa ini? Semua klien yang ingin bekerjasama dengan kita, sekarang mundur semua dengan alasan sama, batal tertarik!”Farrel melihat sang ayah yang sangat murka kepadanya.“Kamu tidak jadi menikah dengan Emily saja sudah menjadi bencana, lalu sekarang apa lagi ini? Kamu pikir mudah mencari klien?”Farrel hanya diam saat mendengar sang papa yang terus marah-marah.“Katakan saja jujur ke kami, Nak. Apa kamu membuat masalah atau menyinggung seseorang sampai perusahaan kita dibuat seperti ini?” tanya sang mama sambil menatap Farrel yang hanya diam.“Aku tidak merasa menyinggung siapa pun. Bisa saja itu ulah saingan bisnis kita, makanya mereka mundur karena mendengar cerita buruk yang sifatnya fitnah tentang perusahaan kita,” ucap Farrel membela diri.Sang papa tetap terlihat kesal meski Farrel sudah menjelaskan.“Perusahaan itu papa bangun dari
Baca selengkapnya
Akal Alaric
Emily berjalan menuju lift setelah selesai bekerja di sore hari. Dia menunggu lift bersama dengan para staffnya, hingga saat pintu lift terbuka, Emily melihat ayahnya ternyata di dalam.Emily tersenyum lantas masuk lift bersama sang papi yang ada di sana bersama asisten pria itu. Staff lain merasa canggung dan memilih tak masuk.“Kemarin kenapa ambil cuti?” tanya Ansel yang ternyata tahu kalau putrinya tidak masuk kerja.“Oh, ya. Kemarin agak tidak enak badan, jadi aku memilih ambil cuti sehari,” jawab Emily terkejut mendengar pertanyaan itu.“Sekarang bagaimana? Masih tidak enak badan?” tanya Ansel lagi.“Sudah mendingan,” jawab Emily lagi.“Kenapa ponselmu tidak aktif?” tanya Ansel seolah menyelidik.Emily mengulum bibir mendengar pertanyaan sang papi, lantas menjawab, “Kemarin aku mematikannya agar bisa istirahat dengan tenang.”Saat selesai menjawab pertanyaan sang papi, Emily pun berjalan keluar dari lift yang terbuka di lobi.“Kamu tidak berangkat kerja dan mematikan ponsel buka
Baca selengkapnya
Mencoba Berbaikan
Bukannya menghentikan laju mobil, Alaric semakin memacu membuat Emily agak panik.“Al!” teriak Emily takut.Alaric membelokkan mobil di area taman yang agak sepi. Namun, dia mengunci pintu mobil secara otomatis yang hanya bisa dibuka olehnya, membuat Emily sama sekali tak bisa berkutik.“Buka pintunya!” perintah Emily.Alaric hanya menoleh istrinya itu tanpa membalas ucapan Emily sama sekali.Emily melirik tajam ke suaminya, tapi akhirnya memilih melipat kedua tangan di depan dada sambil mendengkus kasar.“Apa sebenarnya yang kamu inginkan?” tanya Emily menurunkan ego karena tak bisa kabur dari sana. Dia bicara dengan nada suara yang diturunkan beberapa oktaf.“Hanya ingin duduk denganmu,” jawab Alaric.Emily menoleh suaminya sekilas lantas kembali memandang ke depan.Emily tak tahu apa yang sebenarnya diinginkan Alaric. Mereka hanya duduk diam tanpa kata, bahkan Emily berpikir jika suaminya tak ada usaha sama sekali untuk meminta maaf.Saat keduanya masih diam di sana, Emily melihat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status