Semua Bab MENGEJAR CINTA PAK DOSEN: Bab 31 - Bab 40
62 Bab
BAB 31
Kebersamaan Agatha dan Niko dimulai dari kegiatan OSIS di sekolah mereka. Agatha, seorang siswa yang aktif dan penuh semangat, bergabung dengan OSIS pada awal masa SMA-nya. Di sana, dia bertemu dengan Niko, seorang siswa senior yang cerdas dan penuh kharisma.Pada awalnya, interaksi antara Agatha dan Niko bersifat profesional, berfokus pada berbagai kegiatan OSIS. Mereka sering bekerja sama dalam mengorganisir acara-acara sekolah, seperti pentas seni, bazar, dan kegiatan amal. Agatha selalu kagum dengan kemampuan Niko dalam memimpin dan mengatur segala sesuatu dengan efisien, sementara Niko terkesan dengan kreativitas dan dedikasi Agatha.Seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka mulai tumbuh. Setiap sore setelah rapat OSIS, mereka sering duduk di taman sekolah, berbicara tentang impian mereka dan berbagi cerita tentang kehidupan."Kak, kamu selalu punya ide-ide brilian untuk setiap acara. Dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Agatha dengan antusias.Niko tersenyum. "Terima kasi
Baca selengkapnya
BAB 32
Dengan hati yang berat, Bintang memutuskan untuk kembali pada Aera. Dia merasa terhimpit di antara dua dunia yang tak bisa dia abaikan. Di tengah segala kekacauan yang terjadi, Bintang harus menghadapi kenyataan bahwa Aera, kini adalah istrinya juga.Aera, yang selalu menjadi bayangan dalam hubungan Bintang dan Agatha, kini membawa masalah lebih besar dengan kehadirannya menjadi istri kedua. Dia selalu ingin jadi yang pertama dan di utamakan. Aera tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu Bintang, tetapi juga masa kini yang harus di hadapi Agatha.Keesokan harinya setelah Agatha dirawat di rumah sakit, orang tuanya akhirnya datang. Mereka tampak cemas dan terburu-buru memasuki ruang perawatan Agatha. Saat mereka melihat putri mereka yang terbaring di tempat tidur, raut wajah mereka berubah menjadi ekspresi penuh penyesalan dan kekhawatiran."Agatha, sayang, bagaimana keadaanmu?" tanya Bu Shinta dengan suara gemetar.Agatha menoleh perlahan, menatap orang tuanya dengan tatapan yang
Baca selengkapnya
BAB 33
Pagi itu, Bu Shinta dan Pak Jinwoo tiba di kantor polisi. Mereka dipandu oleh petugas menuju ruang interogasi, di mana Detektif sudah menunggu dengan berkas-berkas yang tersusun rapi di mejanya.Di ruang pengawasan yang agak redup, Niko duduk di depan monitor yang menampilkan rekaman CCTV dari ruang interogasi. Dia menyaksikan dengan seksama saat rekannya, Detektif Arif, memulai interogasi terhadap Bu Shinta dan Pak Jinwoo.Arif duduk dengan santai, tetapi tatapannya tajam, mencoba menangkap setiap gerak-gerik dan ekspresi yang mungkin memberikan petunjuk. Di hadapannya, Bu Shinta dan Pak Jinwoo duduk dengan tenang, tetapi ada ketegangan yang tersirat dalam sikap mereka."Terima kasih telah datang," kata Arif, membuka percakapan dengan nada ramah. "Kami ingin beberapa klarifikasi lebih lanjut tentang hari kejadian. Bisa ceritakan apa yang kalian lakukan malam itu?"Pak Jinwoo mengangguk. "Kami ada pekerjaan mendadak di luar kota. Hari itu kami berada di Bandung untuk urusan bisnis
Baca selengkapnya
BAB 34
Setelah pemakaman, suasana di rumah Bintang terasa tegang dan penuh dengan ketidakpastian. Bintang, Agatha, dan Aera duduk di ruang tamu, saling diam dengan pikiran yang berputar-putar. Ketiganya terlihat lelah, namun ketegangan di antara mereka tidak bisa disembunyikan.Agatha adalah yang pertama memecah keheningan."Aera, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa barang milikmu bisa ada pada orang lain?" tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik.Aera, yang sejak tadi diam, tiba-tiba angkat bicara dengan nada dingin. "Apa yang kau harapkan, Agatha? Kita semua punya masalah masing-masing."Agatha menatap Aera dengan tajam. "Masalah? Ini lebih dari sekadar masalah, Aera. Ini tentang hidup dan mati. Sandy sudah tiada dan semua ini tidak masuk akal.""Jangan menuduhku!" Aera membalas dengan nada defensif. "Aku juga hampir kehilangan Mas Bintang karena adikmu. Aku tidak tahu apa-apa tentang ini."Bintang mencoba menenangkan situasi, meskipun dia tahu itu hampir tidak mu
Baca selengkapnya
BAB 35
“Bu Shinta, sudah cukup,” kata Niko dengan suara tegas. Bu Shinta menoleh, tersenyum anggun. Niko duduk di kursi di seberang Bu Shinta, menatap wanita itu dengan pandangan yang tajam namun hormat."Terima kasih atas informasi yang Anda berikan, ini pasti sangat membantu Agatha."Niko menyadari bahwa Bu Shinta, dengan segala ketenangannya, adalah sosok yang lebih berpengaruh daripada yang terlihat di permukaan. Dia berterima kasih dengan tulus, namun dalam hatinya dia tetap waspada.Bu Shinta mengangguk, menyesap kembali anggurnya dengan elegan. "Saya selalu percaya pada keadilan, Niko. Meskipun jalan menuju keadilan itu, kadang penuh liku dan pengorbanan."Niko mengangguk, lalu berdiri. "Semoga keadilan itu segera terwujud."Dia berterima kasih atas bantuan Bu Shinta, namun di sisi lain, ada perasaan bahwa wanita itu menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang di ungkapkan.Niko keluar dari ruangan VIP, wajahnya tegang namun penuh determinasi. Di luar, dia menatap Agatha, Aer
Baca selengkapnya
BAB 36
Di ruang interogasi yang dingin dan sepi, Aera dan Rocky duduk di kursi logam yang berderit, berhadapan dengan dua detektif yang siap mengungkap kebenaran. Lampu terang di atas kepala mereka menciptakan bayangan tajam di wajah keduanya, mempertegas ketegangan yang mengisi ruangan.Niko duduk di seberang mereka, membuka file dengan pelan namun tegas. Di sampingnya, detektif Arif, yang telah bekerja sama dengan Niko selama bertahun-tahun, menyiapkan alat rekaman."Baiklah, Aera, Rocky," Niko memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "kalian berdua punya banyak yang harus dijelaskan. Mulai dari hubungan kalian, sampai keterlibatan kalian dalam skandal ini."Aera menatap Niko dengan pandangan penuh kebencian, sementara Rocky mencoba mempertahankan sikap tenangnya, meskipun keringat dingin mulai membasahi dahinya."Beraninya kau memperlakukan aku seperti ini Mas," kata Aera tidak terima."Aera," Arif memulai, suaranya lembut namun tegas, "kami menemukan bukti yang menunjukkan b
Baca selengkapnya
BAB 37
Suasana di rumah sakit semakin tegang ketika Bintang, Agatha, dan Aera menunggu di ruang tunggu. Matahari mulai terbenam, memancarkan cahaya oranye yang lembut melalui jendela. Di sudut ruangan, televisi menyala namun tidak ada yang benar-benar memperhatikan apa yang ditayangkan. Semua perhatian tertuju pada pintu yang akan membuka jalan menuju kebenaran.Pintu ruang laboratorium terbuka, dan Prof. Juno keluar dengan sebuah amplop di tangannya. Dia adalah seorang ahli genetika muda dan sahabat Bintang sejak kuliah. Namun, dia memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dengan rambut hitam yang rapi dan kacamata modern, Juno membawa aura ketenangan dan kepercayaan diri.“Apa hasilnya, Juno?” tanya Bintang dengan suara tegang, tangannya menggenggam erat tangan Agatha.Aera, yang duduk agak berjauhan, menatap Juno dengan tatapan penuh harap dan ketakutan.Juno membuka amplop itu dengan hati-hati dan mengeluarkan selembar kertas. “Hasil tes DNA menunjukkan bahwa...”Dia berhenti sejenak, menat
Baca selengkapnya
BAB 38
Dessy yang menyadari tatapan aneh dari sekitarnya, segera membuka ponselnya dan menyadari berita tersebut. Dia menghela napas panjang, memberanikan diri untuk mendekati Agatha."Apa yang akan terjadi? Mereka berdua sahabat kan?" tanya seorang perempuan yang duduk di belakang Dessy."Agatha, aku bisa menjelaskan," kata Dessy dengan suara tegang.Agatha mengangkat wajahnya, menatap Dessy dengan campur aduk antara kekecewaan dan kebingungan. Agatha mengangguk pelan, dia tahu bahwa percakapan ini sudah lama tertunda.Mereka berjalan keluar kantin, mencari tempat yang tenang untuk berbicara. Sesampainya di taman yang sepi, Dessy langsung memulai pembicaraan.“Agatha, aku tahu kamu pasti bingung dan marah dengan semua ini. Aku minta maaf tidak memberitahumu tentang Niko lebih awal. Aku juga tidak tahu bagaimana berita ini bisa sampai ke media,” Dessy berkata dengan nada tulus.Agatha menatap Dessy dengan mata berkaca-kaca. “Aku tahu, Des. Lambat laun media pasti akan mengoreknya, apal
Baca selengkapnya
BAB 39
Bintang menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab. "Tidak, Aera. Aku tidak punya istri baru. Aku hanya berpikir ini yang terbaik untuk kita semua. Kita butuh ruang untuk mendinginkan kepala dan memperbaiki hubungan ini tanpa terus-menerus berada di bawah satu atap."Agatha menatap Bintang dengan tatapan bingung. "Tapi, Mas, bukankah kita sedang mencoba memperbaiki semuanya bersama? Kenapa sekarang harus berpisah?"Bintang mengangguk, mengakui kekhawatiran Agatha. "Aku mengerti, Agatha. Tapi aku juga melihat betapa sulitnya bagi kalian berdua untuk benar-benar berdamai dalam situasi seperti ini. Aku pikir, jika kita semua punya ruang masing-masing, kita bisa lebih mudah memproses perasaan kita dan menemukan cara terbaik untuk bergerak maju."Aera melipat tangan di dada, masih belum puas dengan jawaban Bintang. "Jadi, kau ingin kita tinggal terpisah sementara? Berapa lama? Sampai kapan kita harus seperti ini?"Bintang menatap keduanya dengan penuh rasa say
Baca selengkapnya
BAB 40
Setelah Bintang pergi ke kamarnya, Aera dan Agatha duduk dalam keheningan di ruang tamu. Keduanya masih merasa tegang, tetapi perasaan mereka perlahan mulai mereda.Agatha memulai percakapan. "Aera, aku tahu ini sulit untuk kita. Tapi demi bayi yang kita kandung, kita harus berusaha lebih keras untuk rukun."Aera menatap Agatha dengan tatapan yang lebih lembut dari biasanya. "Aku tahu, Agatha. Aku hanya... merasa cemburu. Kau datang ke dalam hidup kami dan segalanya berubah begitu cepat.""Aku tidak pernah bermaksud merebut Bintang darimu," kata Agatha pelan. "Aku mencintainya, sama seperti kamu. Aku hanya ingin kita bisa hidup bersama tanpa konflik."Aera menghela napas panjang. "Aku mengerti. Tapi sulit bagiku menerima kenyataan ini. Apalagi dengan kehamilanku yang... penuh dengan masalah."Agatha mengangguk. "Kita berdua sedang hamil dan itu sudah cukup berat. Kita harus saling mendukung."Aera tersenyum kecil. "Kau benar. Apa yang harus kita lakukan?""Bagaimana kalau kita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status