All Chapters of MENGEJAR CINTA PAK DOSEN: Chapter 51 - Chapter 60
62 Chapters
BAB 51
Agatha tetap menangis dalam pelukan Niko. Setelah beberapa saat, dia mengangkat wajahnya dan menatap Niko dengan mata yang masih penuh air mata."Niko, aku tidak mau kembali ke rumah sekarang. Aku tidak sanggup menghadapi semua ini," kata Agatha dengan suara gemetar.Niko menatap Agatha dengan penuh pengertian dan empati. "Aku mengerti, Agatha. Jika kau butuh tempat untuk tinggal sementara, kau bisa tinggal di tempatku. Aku akan memastikan kau aman dan nyaman."Agatha merasa sedikit lega mendengar tawaran Niko. "Terima kasih, Niko. Aku hanya butuh waktu untuk merenung dan memikirkan semuanya."Niko mengangguk. "Aku akan membantumu sebaik mungkin. Mari kita pergi dari sini."Mereka berdua berjalan menuju mobil Niko yang terparkir di dekat sana. Selama perjalanan menuju apartemen Niko, Agatha berusaha menenangkan pikirannya. Dia tahu bahwa keputusannya ini akan membawa banyak konsekuensi, tetapi dia merasa tidak punya pilihan lain.Setelah mereka tiba di apartemen Niko, Agatha dud
Read more
BAB 52
Di ruang tamu apartemen Niko, suasana tampak sibuk namun menenangkan. Niko menatap layar laptopnya dengan serius, berkas-berkas penting bertebaran di meja. Pekerjaannya sebagai seorang detektif membuatnya harus melakukan penyelidikan dengan teliti, memastikan setiap detail diperiksa dengan cermat.Agatha, yang sedang mencuci piring di dapur, sesekali melemparkan pandangan kepada Niko yang tampak tenggelam dalam pekerjaannya. Setelah selesai, dia membawakan segelas kopi untuk Niko dan meletakkannya di meja, dekat dengan tumpukan berkas."Terima kasih, Agatha," kata Niko dengan suara pelan namun penuh apresiasi, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.Agatha tersenyum lembut. "Kamu sudah bekerja keras hari ini. Jangan lupa istirahat," ucapnya sambil duduk di kursi sebelah Niko.Niko mengangguk, mengambil kopi yang diberikan Agatha. "Aku harus menyelesaikan laporan ini. Setiap petunjuk sangat penting."Agatha mengerti. Dia tahu betapa serius dan berdedikasinya Niko terhada
Read more
BAB 53
Aera tiba di kantor polisi dan mendapati bahwa Rocky sedang dalam interogasi. Ketika dia bertanya tentang perkembangan kasus, petugas memberitahu bahwa Rocky tetap tidak mau mengungkapkan lokasi Airin. Niko, yang keluar dari ruang interogasi, mendekati Aera dengan wajah lelah namun penuh tekad. "Aera, Rocky masih belum mau bicara. Dia terus berusaha mengulur waktu."Aera menggenggam tangan Niko dengan erat. "Apa yang bisa kita lakukan? Kita tidak bisa terus menunggu sementara Airin mungkin dalam bahaya."Niko menghela napas panjang. "Kami sudah melakukan segala cara untuk membuatnya bicara, tapi dia tetap bungkam. Kita mungkin harus mencoba pendekatan lain."Aera terlihat putus asa. "Apa yang bisa kita lakukan? Airin perlu ditemukan sekarang."Niko menatap Aera dengan serius. "Aku mengerti. Kita akan mencoba satu hal terakhir sebelum kita menyerah dan menunggu lebih lama lagi."Niko memutuskan untuk membawa Aera ke ruang interogasi untuk mencoba memengaruhi Rocky secara emosion
Read more
BAB 54
Di sebuah rumah tua yang tersembunyi jauh dari keramaian kota, suasana terasa mencekam. Jendela-jendela tertutup rapat, hanya ada sedikit cahaya yang masuk melalui celah-celah kecil. Rocky berdiri di dekat jendela, melihat ke luar dengan waspada. Di sudut ruangan, ada sebuah boks bayi berisi Airin yang sedang tertidur. Suara tangisan bayi yang sesekali terdengar menambah ketegangan di dalam ruangan.Rocky menghela napas dalam-dalam, lalu berbisik pada dirinya sendiri, “Ini bukan yang aku inginkan, tapi aku tidak punya pilihan lain.”Dia berjalan mendekati boks bayi, melihat Airin yang kecil dan tak berdosa. Ada keraguan di matanya, tetapi rasa dendam dan kebencian menguasai pikirannya.“Kau adalah kunci dari semua ini. Mereka akan merasakan sakit yang sama seperti yang aku rasakan,” bisik Rocky dengan suara keras.Tiba-tiba, terdengar suara ketukan di pintu. Rocky tersentak, kemudian berjalan pelan menuju pintu, mengintip dari lubang kecil.“Boss, ini aku. Ada kabar dari rumah sa
Read more
BAB 55
Agatha duduk di kursi belakang sebuah mobil bersama kedua orang tuanya. Mereka tertawa dan bercanda, suasana penuh kebahagiaan. Agatha kecil menggenggam tangan saudara kembarnya, Rocky, yang duduk di sebelahnya. Namun, tiba-tiba suasana berubah mencekam. Hujan deras membuat jalanan licin, dan mobil mereka tergelincir di tikungan tajam.Agatha kecil menjerit saat mobil mereka kehilangan kendali dan meluncur menuju tepi jurang. Ia merasakan guncangan hebat saat mobil terjun ke dalam kegelapan. Bunyi benturan keras dan suara pecahan kaca memenuhi telinganya. Wajah Rocky juga terlihat pucat dan ketakutan, dan kemudian, segalanya menjadi gelap.Ketika Agatha sadar kembali, ia berada di rumah sakit dengan luka-luka di sekujur tubuhnya. Namun, ingatannya kabur dan tidak jelas. Dokter mengatakan bahwa dia mengalami amnesia akibat trauma kecelakaan tersebut. Dia tidak mengingat siapa dirinya, keluarganya, atau kejadian yang menimpanya.Di rumah sakit, Bu Shinta dan Pak Jinwoo, pasangan yang
Read more
BAB 56
Setelah diskusi panjang di kantor polisi, Bintang mengajak Agatha pulang. Meski suasana hati keduanya masih dipenuhi oleh banyak ketegangan dan masalah yang belum terselesaikan, malam itu mereka berdua merasakan ada momen tenang yang langka.Ketika mereka tiba di rumah, Bintang mengajak Agatha masuk. "Mungkin kita perlu waktu sejenak untuk beristirahat," katanya dengan lembut.Agatha mengangguk setuju. Mereka berjalan menuju ruang tamu, di mana Bintang mempersiapkan secangkir teh hangat untuk mereka berdua. Setelah menyerahkan secangkir teh kepada Agatha, Bintang duduk di sampingnya di sofa."Aku tahu ini semua sangat berat untukmu, Agatha," kata Bintang, menatap matanya dengan penuh perhatian. "Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku benar-benar peduli padamu."Agatha mengambil napas dalam-dalam, merasakan hangatnya teh yang dipegangnya. "Mas, malam ini, aku hanya ingin menikmati momen ini bersamamu tanpa memikirkan masalah lain."Bintang tersenyum lembut. "Aku mengerti, Agatha. Mari
Read more
BAB 57
Keheningan menyelimuti ruangan, dan tatapan terkejut dari Bu Liana dan Pak Jerry membuat suasana semakin tegang. Agatha bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat, menunggu reaksi dari orang tua Niko yang akan menentukan langkah berikutnya.Bu Liana akhirnya memecah keheningan. "Niko, apa maksudmu dengan 'beri restu untuk kalian berdua'?" Matanya beralih dari Niko ke Agatha, penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.Pak Jerry berdiri dengan tangan disilangkan di dada, wajahnya menunjukkan ketidaksenangan. "Niko, kami tahu Agatha masih istri Bintang. Dan ingat, Aera, adalah adikmu, dia juga istri Bintang. Ini hubungan terlarang!"Niko menggenggam tangan Agatha lebih erat, mencari kekuatan dalam genggamannya. "Ma, Pa, Agatha dan aku... kami sudah lama tinggal bersama. Aku mencintainya, dan kami ingin melanjutkan dengan restu kalian. Aku tahu situasinya rumit, tapi kami butuh dukungan kalian."Bu Liana menatap Agatha, matanya menyelidik. "Agatha, kau tahu bahwa ini tidak bisa d
Read more
BAB 58
Di rumah Bintang, suasana tampak tenang dan damai. Bintang dan Aera telah mulai menjalani kehidupan mereka setelah rentetan peristiwa yang mengguncang. Hari itu, Bu Liana tiba-tiba berkunjung, membawa hadiah untuk Airin. Kehadirannya disambut hangat oleh keluarga tersebut."Terima kasih telah datang, Bu," kata Bintang sambil mengambil hadiah dari tangannya. "Airin pasti akan sangat senang dengan ini."Bu Liana tersenyum, tapi ada kilatan tajam di matanya. "Tentu saja, Airin adalah cucu kesayangan saya."Setelah beberapa saat berbincang, suasana mulai tenang. Namun, Bu Liana tampak punya agenda lain. Dia memicu ketegangan dengan kata-katanya yang berikutnya."Saya pikir Agatha sudah kembali setelah masalah ibunya selesai," kata Bu Liana dengan nada menyindir.Bintang terdiam, sedikit kaget dengan pernyataan tersebut. Aera yang kebetulan ada di sana, merasakan sesuatu yang tidak beres. "Dari mana ibu tahu Agatha tidak ada di rumah?" tanyanya dengan nada terkejut.Bu Liana tersenyu
Read more
BAB 59
Niko dan Bintang sampai di rumah. Ketika mobil berhenti di depan rumah, Agatha yang sejak tadi menunggu dengan cemas segera keluar. Matanya terbelalak saat melihat Bintang dalam keadaan mabuk, dibantu keluar dari mobil oleh Niko."Mas Bintang, kamu baik-baik saja?" Agatha bergegas menghampiri, wajahnya dipenuhi kekhawatiran.Bintang mencoba tersenyum meski sedikit pias. "Aku baik-baik saja, Agatha," katanya dengan suara serak. "Maafkan aku."Niko menatap Agatha dengan penuh pengertian. "Aku akan membantunya masuk," katanya, mengangguk pada Agatha.Agatha mengangguk, merasa lega dengan bantuan Niko. Mereka bersama-sama membantu Bintang masuk ke dalam rumah, membawanya ke ruang tamu. Bintang duduk dengan lemah di sofa, masih mencoba untuk tetap sadar sepenuhnya."Kenapa kamu minum sampai seperti ini?" tanya Agatha, suaranya penuh keprihatinan.Bintang menatap Agatha, mata mereka bertemu. "Aku... aku hanya butuh waktu untuk berpikir," katanya pelan. "Semua ini t
Read more
BAB 60
Cahaya matahari yang terang menembus jendela besar di ruang tunggu kantor polisi. Agatha melangkah masuk dengan kotak makanan di tangannya. Udara dalam ruangan itu terasa tegang, suasana yang biasa ditemui di tempat seperti ini. Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda.Agatha datang ke kantor polisi untuk menemui Rocky. Dia membawakan makanan, berharap bisa berbicara dengan saudara kembarnya yang kini berada di balik jeruji besi. Saat memasuki ruang kunjungan, Rocky melihatnya dan tersenyum lemah."Hey, Aggie. Kamu datang," sapa Rocky dengan suara serak. Aggie adalah panggilan kecilnya untuk Agatha.Agatha menahan air mata yang hampir tumpah. "Tentu saja, Raki. Aku pikir, kau mungkin bosan dengan makanan di sini." Agatha duduk di depan Rocky, meletakkan makanan yang dibawanya.Rocky mengangguk. "Terima kasih. Lebih dari itu, aku senang kau datang.""Bagaimana keadaanmu?" tanya Agatha sambil membuka kotak makanan dan mengeluarkan isinya."Seperti yang kamu li
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status