All Chapters of Terpaksa Menikahi Pacar Adikku: Chapter 31 - Chapter 40
70 Chapters
31 : Aku Satu-satunya!
Sampai di rumah, Gea langsung berlarian menaiki tangga dan mendorong pintu kamar kakaknya dengan brutal. Beruntung kaca pintu itu sangat tebal. Ia merangsek masuk dan mencari keberadaan hadiah yang sudah bertahun-tahun tidak dia ketahui. Langkahnya mendekati lemari yang dikatakan oleh sang kakak.“Pasti di sini ‘kan?” gumamnya seraya menggeser pintu lemari kaca itu dan benar saja! Dia bisa melihat box persegi panjang dan besar.“Bang Sean,” lirihnya saat berhasil menarik dan membongkar isinya.Sebuah Skateboard, bertuliskan namanya dan bergambar sepeda dengan nuansa hitam putih. Dulu, Gea masih sangat kecil untuk tahu masalah kegemaran dan warna kesukaan. Tapi— Sean memberikan hal yang tidak diketahui oleh Sky.Sean bisa membaca karakter adik-adiknya. Hingga apa pun yang diminati mereka, dia bisa menyenangkan mereka dengan mudah.[Selamat ulang tahun, Zha Sayang. Kamu akan jadi pembalap sepeda, pemain skateboard terbaik. Abang minta maaf kalau selalu salah sama kamu dan Kakak, ya]Sura
Read more
32 : Istri Tiga Hari
Pukul enam tiga puluh menit. Sean, pria itu enggan beranjak dari kursi keagungannya. Ia memutarnya mengarah ke dinding kaca yang menerima sorot sinar jingga matahari. Tangannya sibuk memainkan cincin silver yang pernah disematkan di jari Freya. Matanya senantiasa menerawang kosong ke hamparan kota di hadapannya.“Aku harus apa?” Itulah seruan yang dia ucapkan terus menerus selama lebih dari dua puluh menit.“Pak,” panggil Bagas. Ia cemas dengan kondisi bos yang biasanya terlihat tenang, damai, dan berwibawa tiba-tiba sering melamun.Sejak kehadirannya siang tadi, Sean bahkan hanya termenung di ruangannya. Ia hanya memoles paraf di dokumen yang disodorkan kepadanya. Selebihnya ia kembali pada kepelikan hubungannya.“Pulanglah, Gas. Ini sudah jam pulang kantor, kenapa kau masih di sini?” tanyanya tanpa menoleh ke arah pria yang berdiri di sampingnya.“Haruskah saya mengantar Anda pulang terlebih dulu, Pak?” Sejatinya, Bagas ingin mengajak bosnya untuk pulang dan dia yang mengemudikan. A
Read more
33 : Kekasih Simpanan
Tepat setelah rambu lalu lintas berubah warna dari merah ke hijau, Sean hendak kembali mengebut. Namun justru gerobak besinya di hantam. Seorang pengendara sepeda motor datang dari arah kiri dan menabrak mobil Sean. Pria itu lekas menekan rem dengan dalam dan kendaraan di belakangnya pun ikut menginjak rem. Kecelakaan beruntun itu tidak terelakkan. Dahi Sean menabrak kemudi. Pengendara sepeda itu terpelanting jauh dan hampir tergilas oleh pengendara lainnya.Sean keluar dengan raut muka kucel dan kekhawatirannya pada pengendara motor tersebut.“Maafkan saya, Tuan. Saya sungguh tidak tahu kalau lampunya sudah berganti warna. Maafkan saya. Ampuni saya Tuan. Saya—” ia gelagapan. Takut jika diminta untuk ganti rugi yang jumlahnya akan sangat besar.“Anda baik-baik saja?” Tangan Sean menarik bahu perempuan itu dan mengajaknya untuk berdiri. Ia tidak harus berlutut di tengah jalan seperti itu.“Tuan maafkan, saya,” ulangnya. Di belakang Sean sudah berdiri para korban lain yang keluhannya sam
Read more
34 : Asmara Lara
34"Jangan hidup di masa lalu, Bang. Lupakan semua yang buat Abang sakit hati. Percaya sama aku kalau di luar sana banyak yang lebih menghargai dan mencintai Abang. Nerima semua kurangnya Abang," ungkap Gea. Gadis itu datang kala melihat pintu kamar orang tuanya terbuka. Ia melihat siluet bayangan pria yang tersungkur dengan suara tangis tertahan. Gadis itu mendekap tubuh kakaknya. Membesarkan hati seorang pria yang juga butuh bahu untuk menyandarkan kegundahan dan kekalahannya. Serta telinga untuk mendengar curahkan isi hatinya. Sean sama seperti Sky, dia punya hati yang ingin dipedulikan. Namun, ia lebih banyak mengalah karena keseharusan."Abang tidak bisa. Ini sulit, Zha." Suaranya bergetar dan serak. Jelas bahwa Sean memang menahan segala sesuatunya sendirian. "Bisa, Bang! Bisa! Abang hanya butuh sedikit paksaan. Abang harus bangkit dan membuat kesibukan lain. Mungkin dengan kegiatan yang lebih menantang atau ngembangin hobi abang, bisa 'kan?"Sean membisu. Ia tidak menanggap
Read more
35 : Kemelut Rasa
Dua minggu berlalu, Sky diizinkan untuk pulang. Namun, dokter berpesan bahwa ia belum diperbolehkan melangkah terlebih dulu. Ia masih harus menggunakan kursi roda demi memaksimalkan kesembuhannya. Setelah mereka tiba di kediaman keluarga. Kebahagiaan tercurah kembali. Bahkan Adam dan Kinasih pun diundang ke rumah itu untuk menyambut kedatangan Sky. "Selamat kembali pulang, Nak," sapa Kinasih dan mendapat anggukan serta senyuman dari Adam. Sky menatap keduanya, dia asing dengan mereka. "Terima kasih, tapi ini tidak perlu," timpalnya."Mereka datang khusus menyambutmu, Sky. Kuharap kau tidak keberatan," ungkap Sean dengan senyum tulusnya. Sky melirik sinis dan membuang muka dari kakaknya. Ia lantas meminta Freya untuk lekas mendorong kursinya menjauh dari mereka semua. Kedua orang tua Freya membuntuti. Begitupun dengan Sean. Dia bahkan tidak terlihat penasaran dengan apa yang dilakukan si kembar. Zia dan Gea saling tatap kemudian mendengus kasar. "Dasar, nggak ada hormatnya sam
Read more
36 : Kanaya Arzeta
Mobil yang dikendarai Sean berhenti tepat di gapura pemakaman. Pria itu berkunjung ke pemberhentian terakhir ayah dan ibunya. Kaki terus menggiring mendekati nisan Ghazi dan Divya. Lantas ia berjongkok di antara pemakaman kedua orang tuanya. "Kalian apa kabar?" tanyanya, kemudian keheningan merajai. Sean bagai tak mampu mengeluhkan bebannya. "Kalau kalian tanya kabarku, jika boleh jujur— aku sedang tidak baik. Anak sulungmu sudah duda, Ma," cengirnya. Ia tersenyum getir. Mentertawakan kehidupan yang penuh dengan lelucon ini. "Seharusnya Tuhan menciptakan Freya dua orang agar bisa kubagi dengan Sky. Benarkan?" Pria itu terus berceloteh. Seharusnya cukup mengatakan bahwa dia mencintai wanita yang cintanya habis untuk Sky. Akan tetapi, Sean tidak bisa melakukannya. Kalimatnya berputar-putar karena tidak pernah ada yang mau mendengarnya sedari dulu. Menjadi yang kedua bahkan dianggap tidak ada, memengaruhi cara berbicara seseorang. "Putra Ayah berhasil menjadi juara dunia. Pi
Read more
37 : Black Gold
Kian hari perut Freya semakin membesar. Usia kandungannya sudah menginjak usia sembilan bulan. Kondisi Sky juga jauh lebih baik. Dia bisa berjalan dengan sempurna tetapi tetap harus menjalani kontrol secara berkala untuk memastikan kesehatannya tidak terganggu. Pria itu sudah tidak sabar ingin kembali bermain di arena balap.Namun, hingga saat ini, Sky belum juga menampakkan keseriusannya dalam menjalin hubungan dengan wanita itu. Freya hanya terus bolak-balik ke rumah orang tua kekasihnya saat siang dan pulang ke rumahnya saat malam tiba.Tubuhnya semakin terlihat kurus, ia seperti orang cacingan. Di mana hanya perutnya yang berkembang. Wajahnya juga semakin kusam. Kinasih terkadang iba melihat perubahan kondisi Freya dari hari ke hari.“Jangan pergi lagi, Nak. Bagaimana kalau di jalan kamu tiba-tiba kontraksi? Kenapa kamu tidak memikirkan bayimu? Benar yang dikatakan oleh Sean, kalau seharusnya Sky yang datang kemari, bukan kamu yang terus bepergian,” seloroh Kinasih.Dia ingin memb
Read more
38 : Kabar Buruk
Freya bangkit dari sofa abu-abu hendak pergi dari tempat aneh itu. Namun, Sky dengan tangkas menarik pergelangan tangan Freya dan membuat gadis itu terpelanting, kemudian perutnya mendarat di meja bulat.Suara pekikan Freya kencang. Ia meraung kesakitan dengan tangan memegang bagian bawah perutnya. Kram, seketika menjalar. Membuat tubuhnya panas dingin. Tidak lama tatapannya terarah ke area betis. Wajah yang sudah teramat panik, kini semakin terlihat ketakutan.“Sky! Sky tolong aku! Bawa aku ke rumah sakit!” pintanya sembari berteriak. Ia melihat darah segar mengalir membaluri kakinya.Sky tidak terlihat panik. Dia justru masih sempat menyesap alkoholnya dan berdiri dengan santai.“Kenapa kamu selalu merepotkanku? Sehari saja tidak bisa membuatku tenang,” kesalnya. Tangannya terulur untuk membantu Freya bangkit. Akan tetapi tidak ada kelembutan dari tarikan tangan itu.Ia melangkah dengan cepat dan menyeret tubuh Freya dengan kasar. “Jalan yang benar dan cepat! Kamu minta segera kan?!
Read more
39 : Bayi Laki-laki
“Kak Freya kritis,” seru Dinda saat panggilannya yang ke lima terjawab oleh Sean.Setelah tiba di mobilnya, pria itu mendapati ponselnya berkedip berulang kali. Ia lantas menerima panggilan dari Dinda. Setelahnya, ia mengatakan bahwa Freya sekarang berada di rumah sakit.Dengan dorongan rasa panik dan khawatir, Sean melaju di jalanan. Beradu kecepatan dengan pengguna jalan lain. Menyalip sana sini. Di pikirannya hanya satu. Agar, dia bisa cepat sampai di Citra Husada. Tidak ada kata lain kecuali nama rumah sakit dan melihat bagaimana kondisi wanita yang masih bertahta tinggi di hati dan pikirannya.Sampai setengah jalan, matanya menangkap mobil yang melintas dari arah berlawanan sangat mencolok mata. Dia tahu betul itu mobil milik siapa.“Ke mana dia?” gumamnya dengan gigi mengerat. Tangannya menggenggam erat kemudi. Sungguh, Sean geram dengan kelakuan adiknya.Sekarang benaknya terpencar. Antara mengejar Sky lalu menghakimi sang adik kemudian menanyakan apa yang tengah terjadi pada F
Read more
40 : Bukti dan Persyaratan
Ruangan dengan nuansa putih dan bau karbol serta obat-obatan menyelimuti kamar perawatan Freya. Gadis itu sudah dipindahkan sejak satu jam yang lalu. Namun, belum juga ia ingin mengatakan apa pun pada Sean. Padahal, pria itu terus bertanya tentang apa yang dirasakan oleh ibu muda itu. "Kalau kamu sudah kentut atau ingin kentut, keluarkan saja, Freya. Jangan ditahan, biar kamu bisa minum. Kamu pasti haus kan?" ucapnya sembari menatap wajah pucat mantan istri yang bahkan belum pernah dia sentuh sekali pun. "Kenapa kamu di sini?" Satu-satunya pertanyaan dari sekian banyak tanya. Kenapa harus pertanyaan itu yang terlontar? Freya seharusnya tahu, hal itu adalah satu diantara soal yang tidak ingin Sean jawab. Namun, pria itu tetap menanggapi dengan sebenar-benarnya jawaban. "Untukmu. Aku sudah mengabulkan apa saja yang kamu mau. Kuharap kau tidak akan melarangku bertemu dengan anakmu ataupun menatapmu, Freya.""Jika kau tuli atau lupa ingatan. Aku ingatkan lagi, kalau aku tidak sudi deka
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status