Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu

Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu

Oleh:  Chikyciki  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
36Bab
4.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tentang seorang gadis bernama Jingga yang selalu mendapat perlakuan buruk dari orang tuanya. Hingga akhirnya Ayahnya menjual dirinya untuk dinikahkan dengan pria temperamental juga lumpuh. Apakah jika bisa meluluhkan hati lelaki itu? atau dirinya akan bernasib sama seperti dulu, yang selalu dipukuli kedua orang tuanya setiap hari.

Lihat lebih banyak
Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Aliesha Ayudia
cerita bagus
2023-08-05 14:57:08
1
36 Bab
Amukan Ibu dan Bapak
"Kemaren adek pengen apel 'kan? Ini, kaka beliin buat adek!" Aku mengambil keresek yang berisi dua buah apel lalu menyodorkan ke arahnya."Kakak dapet uang darimana?" "Tadi, kakak abis kerja."Terlihat mata adikku tampak berbinar. Ia langsung menyambar keresek di tanganku lalu melahap apelnya. Akhirnya aku bisa membelikan apa yang adikku inginkan. Kemarin dia bercerita bahwa dia ingin makan buah apel setelah melihat temannya. Aku tahu bahwa dia tidak berani memintanya pada ibu, jadi aku nekat mencari uang untuk memenuhi keinginannya."Kakak, apelnya sisa satu. Ini jatah kakak tapi adek minta satu gigit lagi, boleh 'kan?""Abisin aja. Kaka udah makan tiga tadi!" "Kok adek cuman dikasih dua?" Mata bocah lelaki itu menajam. Aku terkekeh melihatnya. "Adek kan masih kecil!""Jingga." Tiba-tiba kepala Ibu menyembul di balik tirai, kamar kami memang tidak memiliki pintu. Hanya kain yang dijadikan penghadang. Wanita paruh baya itu tampak menatap tajam ke arahku dan Leo. Aku menghela naf
Baca selengkapnya
Fakta menyakitkan
"Kamu akan saya jual pada juragan, dengan begitu kamu baru berguna untuk saya, Jingga!""Mas, jangan Mas! Walaupun Jingga bukan anak kandungmu, tapi kasihan dia." Hatiku terasa tertusuk pilu melihat Ibu yang terus bersujud memegang kaki Bapak, meski berkali-kali Bapak menginjak badan ibu. "Kasian? Bukannya kamu yang selama ini selalu menyi*ksa dia, Fatimah?" "Tapi dia anakku, Mas. Aku mohon jangan jual anakku!" "Halah!" Tidak peduli jeritanku dan Ibu, Bapak terus menarik tanganku"Naik!" titah Bapak, ketika ia berhasil menarikku sampai di depan rumah. "Gak mau. Pak, Jangan!" Aku terus memberontak agar bapak melepaskan tanganku."Kak Jingga ... Bapak mau bawa Kak Jingga kemana?" Tiba-tiba Leo datang. Ia langsung menghempaskan tasnya lalu memegang kuat bajuku ."Bapak jangan sakitin Kak Jingga, Pak!""Leo lepasin!" Ancam Bapak. "Gak mau, Bapak sama Ibu jahat. Leo cuman punya Kak Jingga. Jangan bawa Kak Jingga, Pak ...Hiks."Hatiku benar-benar teriris melihat Leo yang menangis kenca
Baca selengkapnya
Masuk kandang macan
"Kamu memang sangat cantik Jingga. Tidak sia-sia Bos besar saya menunggumu sampai dewasa," ucap Juragan. Di dalam mobil, lelaki itu terus berbicara panjang lebar. Sedangkan aku hanya diam, yang kupikirkan sekarang hanya adikku Leo. Aku tidak tau bagaimana keadaannya sekarang, aku takut kebiasaan ibu yang selalu memukulku ia impaskan pada Leo. Dan Bapak, lelaki kejam itu entah pulang atau tidak saat mendapat banyak uang. "Jingga!"Aku membuyarkan lamunanku saat Juragan memanggil namaku. "Iya Juragan?" "Sebentar lagi kita sampai.""Hm." Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, aku sudah tidak peduli bagaimana nasibku nanti di sana. "Sebelum kita sampai apa ada yang ingin kau tanyakan?" tanyanya membuatku menoleh ke arahnya. Aku berpikir sejenak lalu menganggukan kepala. "Ada, saya ingin tau bagaimana ibu dulu? Maksudku, apa Ibu semenjak menikah dengan Bapak kandungku sudah tempramental?" tanyaku."Saya kira kamu akan bertanya soal keluarga Bos saya," kekehnya. "Tidak Juraga
Baca selengkapnya
Dafa mengamuk
"Pah," panggil Lelaki itu dengan bariton suaranya yang berat. Akhirnya, aku dan Tuan Besar masuk ke dalam ruangan setelah berdiri diam di depan pintu. Tuan Besar dengan tegas menginstruksikan dua orang pelayan yang berada di sisi Tuan Dafa untuk segera pergi.Aku menoleh ke kiri dan kanan, kamarnya terlihat begitu gelap. Gorden tidak terbuka, memberikan kesan yang sedikit menyeramkan."Cari apa kamu?" tanya Tuan Dafa sembari menatap sinis ke arahku. Aku langsung menggelengkan kepala sebagai jawaban, kenapa harus keciduk sih. "Dafa, bagaimana keadaanmu?" tanya Tuan besar."Mengapa kalian ada di sini?" tanyanya balik, dengan tatapan tajam menatap kami berdua."Dafa, Papah hanya ingin menjengukmu ....""Katakan!"Aku menelan saliva dengan susah payah. Melihat interaksi mereka, aku menyadari bahwa hubungan mereka tidak baik."Begini, Dafa. Papah ingin memperkenalkanmu dengan Jingga." Aku melihat Tuan Besar menghela nafas pelan, lelaki itu tampak sangat sulit mengatakannya. "Gadis ini a
Baca selengkapnya
Tidak punya hati
"Saya tidak keberatan, Tuan. Tapi, apakah boleh saya meminta sesuatu?""Katakan, apa yang kamu inginkan?""Saya hanya selalu ingin tau kabar keluarga saya, Tuan.""Baiklah." Aku tersenyum saat Tuan Besar menganggukkan kepalanya. Kami baru saja akan meninggalkan ruangan, tetapi tiba-tiba seorang lelaki muda datang dan mendekati Tuan Besar."Pah ... Papah baik-baik aja kan, apa Papah sakit?" tanya lelaki itu, wajahnya terlihat begitu khawatir. "Hans." Tuan besar menatap lekat putranya, setelah itu ia memeluknya dengan erat. "Kapan kamu pulang? Kenapa tidak mengabari papah dulu?" "Tadinya Hans mau ngasih kejutan, tapi malah Hans yang dikasih kejutan. Orang rumah bilang kalo Papah ke rumah sakit," jawabnya. Tuan besar tampak terkekeh pelan. "Papah gak papa. Oh, ya kenalkan dia Jingga. Calon istri Dafa." Aku tersenyum kikuk saat lelaki itu menatap lekat ke arahku dengan alisnya yang dinaikan sebelah, ia lalu mengulurkan tangannya padaku. "Hans," ucapnya."Hans, kamu pulang duluan aja
Baca selengkapnya
Menikah
Leo, maafin Kakak yang tidak bisa menjaga kamu. Biasanya jika Ibu dan Bapak bertengkar, aku selalu membawa Leo keluar, atau menutup kupingnya agar dia tidak mendengar pertengkaran mereka. "Kakak jangan nangis, sekarang Leo udah di kamar. Tadi ada Om Juragan dateng, dia langsung mukulin Bapak terus di bawa pergi. Leo juga di kasih ponsel, katanya Bapak gak boleh tau kalo Leo punya ponsel, ini buat Leo kalo kangen sama Kakak."Aku mengusap kedua pipiku lalu menyunggingkan senyum ke arah adikku. "Leo di sana baik-baik yah, kalo ada apa-apa langsung telepon Kakak. Secepatnya, Kakak bakal jemput Leo!""Leo sayang Kakak!" Setelah itu telepon terputus. Aku memeluk ponsel ini dengan erat, membayangkan jika benda kecil ini adalah Leo. "Jingga." Aku berbalik saat mendengar seseorang memanggil namaku. Ku lihat ada Tania dan Papah yang sudah berada di belakangku. Buru-buru aku seka air mata ini, tidak Jingga, kamu tidak boleh memperlihatkan air matamu pada mereka. "Tu--tuan besar, anda menc
Baca selengkapnya
Malam pertama
"Jingga, terimakasih karna kamu mau menikah dengan anak saya Dafa. Saya harap kamu bisa membuatnya bangkit kembali seperti dulu." Tampak mata Tuan Besar berkaca-kaca, wajahnya yang begitu terlihat bahagia membuatku semakin yakin untuk bisa mengembalikan anaknya seperti dulu, walau rasanya tidak mungkin."Jingga, mulai sekarang jangan panggil saya Tuan Besar lagi yah. Karna sekarang, saya sudah menjadi Papah kamu juga."Lelaki itu tersenyum, Ia mengusap puncak kepalaku lalu pergi. Entah kenapa aku merasa benar-benar mendapatkan sosok Ayah darinya. ***Sedari tadi, aku sudah bertemu dengan banyak orang, akan tetapi tidak kulihat Tuan Dafa setelah dari acara akad. Karena melihat semua tamu hampir pulang dan acaranya sudah selesai, aku langsung menuju kamar. Tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yang mencekal pergelangan tanganku. "Hans." "Saya mau bicara sebentar, boleh?" tanyanya. Aku menganggukan kepala, lelaki itu tampak celingukan lalu membawaku ke tempat yang sedikit sepi. "Mana p
Baca selengkapnya
Masa lalu Dafa
Pov DafaAku terbangun dengan kepala yang berdenyut hebat. Aku menatap ke sekeliling, gadis itu sudah tidak ada. Aku hanya bisa tersenyum miris, mungkin beberapa jam lagi akan ada informasi bahwa dia kabur dan meminta cerai padaku. Seperti itulah kehidupanku. Sejak kejadian empat tahun yang lalu, hidupku berubah menjadi suram. Setiap kali aku memejamkan mata, bayangan kejadian itu langsung muncul kembali seperti memutar kaset yang begitu jelas.Hari itu adalah hari paling buruk yang aku alami. Gara-gara aku, Bunda yang sangat kami cintai meninggal di tempat. Dan Tania, setelah mengetahui aku lumpuh, dia langsung membatalkan pertunangannya. Yang paling mengejutkanku adalah ternyata dia sudah menikah sirih bersama adikku saat aku dirawat di rumah sakit. Seperti kehilangan sumber kebahagiaan, setiap hari aku hanya berdiam diri di kamar. Membiarkan kamarku berantakan hingga tak boleh ada satupun yang membersihkannya. Aku sudah tidak mengurus perusahaan, ataupun sekedar keluar. Tetap m
Baca selengkapnya
Mulai bangkit
Setelah mengambil baju dari lemari aku menghampirinya. Tampak gadis itu melongo melihatku. "Tu--tuan bisa berdiri?" tanyanya."Hm." Aku hanya berdehem sebagai jawaban.Jingga menuruti perintahku, gadis itu memakaikan kemeja padaku lalu mulai berjongkok memasangkan kancingnya. "Berapa umurmu?" "18 tahun Tuan," jawabnya membuat aku terkejut. Astaga, Papah bahkan menikahkanku dengan seorang gadis yang masih sangat muda. "Tuan biar saya ganti perbannya." Jingga mengambil kotak obat lalu mulai membuka perban di tanganku. Sedangkan aku hanya diam, entah kenapa mataku tidak bisa lepas menatap wajahnya. Hidung mancung, mata berwarna coklat yang indah, bulu mata lentik. Jangan lupakan bibirnya yang tipis, itu membuatku teringat pada kejadian semalam. Meskipun aku sedikit mabuk, aku masih bisa mengingatnya dengan jelas.Tapi tunggu, mataku memincing melihat ada luka di kening yang tertutup rambut. "Kenapa kepalamu berdarah," ucapku membuat Jingga seketika mendongak. Aku memegang tanganny
Baca selengkapnya
Semuanya terungkap
Aku mengulum senyum melihat Jingga yang terlihat sangat panik. "Jingga bukan itu maksud saya. Hm, saya melihat tangan dan pundakmu memar. Saya ingin tau tentang luka itu.""Ti--tidak Tuan, itu hanya terkena nyamuk.""Jingga, saya bukan anak kecil lagi. Cepat, berbaliklah ke belakang dan buka bajumu!" "Tidak mau Tuan." Jingga menunduk dan menggigit bibirnya. Wajahnya terlihat memerah karena malu."Jingga, saya tidak akan melakukan apapun padamu. Melihatmu saja, saya tidak selera," ucapku mampu membuat gadis itu melotot. Jingga terdiam sejenak, dengan ragu dia berbalik ke belakang, dan perlahan tangannya gemetar saat dia mulai membuka bajunya. "Ji--jingga." Rongga dadaku terasa sesak, saat melihat tubuhnya yang mulus dengan begitu banyak bekas luka. Ada luka yang masih terlihat biru, ada juga yang sudah mulai memudar."Darimana kamu dapat bekas luka sebanyak itu?""Ii--ini, ini karna itu Tuan. Karna saya suka terjatuh. Iya terjatuh," jawabnya terdengar gugup."JANGAN MEMBOHONGI SAYA
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status