Share

Chapter 6

-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-

"Ah! Sialan!" maki Nandara, ia merasa frustasi dan akhirnya memutuskan untuk pergi kesana lain kali saja. Ia melajukan mobilnya menuju rumah.

Sesampainya dirumah, Nandara langsung menuju kamar dan mengurung diri. Hari ini sangat berat baginya, setelah mengunjungi rumah Nadia, ia malah makin merindukan mamanya. Memori yang masih melekat dikepalanya terus berputar, ia tak tahan lagi, ia ingin menangis. Saat Nandara sedang kalut dalam pikirannya, seseorang mengetuk pintu kamar Nandara. Nandara bangun dari tempat tidurnya lalu beranjak pergi untuk membuka pintu kamar. 

"Nan, mau ikut papa?" tanya orang yang mengetuk pintunya tadi, ia adalah papanya Nandara.

"Kemana, Pa?" sahut Nandara dengan bingung.

"Papa kangen Mama, rencananya mau ke makam Mama hari ini" ucap papa Nandara dengan hati-hati, ia tahu bahwa putranya ini masih belum mengikhlaskan segalanya.

Nandara memikirkan perkataan papanya, terjadi pertengkaran batin antara pergi dan tidak. Ia masih merasa sangat sedih, tetapi ia juga sangat merindukan Mamanya. Dirinya belum siap untuk melihat kenyataan, bahwa rumah baru mamanya bukanlah rumah seperti yang ia tempati hari ini.

"Maaf pa" ucap Nandara sambil tertunduk, ia meneteskan air matanya. Ia tidak kuat dengan cobaan ini.

"Udah gapapa, papa ngerti kamu belum siap" ucap papa Nandara dengan tersenyum sambil menepuk pundak Nandara. Ia paham atas penderitaan Nandara selama ini, meskipun sudah 2 tahun istrinya meninggalkannya, Nandara masih belum bisa menerima kenyataan pahit itu. 

"Iya pa, makasi" ucap Nandara. Sang Papa langsung memeluknya dengan erat, seakan mengucapkan kata maaf berulang kali atas kejadian yang menyakitkan ini. Dahulu, papanya berjanji akan merawat dan membesarkan Nandara seorang diri hingga Nandara menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan. Sekarang, Nandara bisa mengakuinya, bahwa papanya sudah berhasil mendidiknya dengan baik. 

Setelah papanya berpamitan pergi, Nandara langsung menuju kearah ruang TV. Ia ingin melupakan sejenak hal sedih itu. Ia duduk di atas sofa yang empuk itu dan mengambil cemilan yang ada diatas meja kecil disamping sofa. Ia mencari channel TV khusus kartun anak-anak. Walapun disekolah ia dijuluki Mr. Perfect dan si dingin, tetapi saat dirumah dan bersama sahabatnya ia akan menjadi sesosok anak kecil yang berhati hello kitty. Ia akan menjadi lebih perhatian, lebih lemah, dan sering menunjukkan emosinya. 

Saat Nandara sedang fokus pada tontonannya, notifikasi pesan muncul di handphonenya. Nandara dengan segera mengecek handphonenya dan terdiam untuk sesaat, otaknya sedang memproses apa yang terjadi saat ini. Nadia mengirimkan pesan untuknya.

Nadia: Hi

Nandara: iya kenapa Nad?

Nadia: Ini, Gara ninggalin hp nya dirumah gue, lo bisa ambil terus kasih kedia ngga?

"Sialan, Gara! lo buat gue jantungan" pikir Nandara. Ia tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya saat ini, tetapi pesan tersebut cukup membuat hatinya berdebar. Untuk sesaat. Setelah ia menerima pesan tersebut, tanpa membalasnya, Nandara langsung menyambar kunci mobilnya dan segera pergi kerumah Nadia.

Sepanjang jalan, Nandara cukup gugup. Ia tidak pernah pergi kerumah seorang perempuan, bahkan ia tidak pernah berbicara dengan perempuan kecuali Stella, itupun karena Stella selalu menempel padanya. Tak terasa ia telah sampai didepan rumah Nadia, dengan cepat Nandara meminta Nadia utnuk membawakannya keluar rumah agar ia tidak perlu turun dari mobil lagi. Anaknya lumayan mager ya bunda.

Nadia membuka pintu gerbang rumahnya sambil membawa handphone Gara, setelah Nandara melihat Nadia datang, dengan segera ia menurunkan kaca jendela mobilnya. 

"Nih, hp nya Gara" ucap Nadia sambil menyodorkan hp milik Gara kepada Nandara. Nandara sempat terdiam sebentar saat Nadia memberikannya hp milik Gara, dalam hati Nandara seperti ada satu kata yang ia katakan saat ini. Cantik. 

"Woi ngapen elu bengong?" teriak Nadia. Lamunan Nandara hilang begitu saja saat mendengar suara teriakan Nadia.

"Eh iya, makasih Nad, nanti gue bakal kasi ke Gara" sahut Nandara dengan sedikit gugup.

"Lo ngapain gugup gitu? kayak baru ngeliat cewek aja lo" ucap Nadia. Nandara kembali terpaku diam melihat Nadia. "Iya, ini emang pertama kalinya gue kerumah cewek" ucap Nandara dalam hati.

"Yaelahh bengong lagi lo! udah ah sana pulang, nanti si Gara nangis hp nya ilang" ucap Nadia sambil berjalan masuk kembali kedalam rumah dan menutup pintu gerbang. Lagi-lagi Nandara tersadar dari lamunannya dan mengucapkan terimakasih, padahal Nadia sudah pergi masuk kedalam rumah. Ia terheran-heran pada dirinya sendiri, ada apa dengan dirinya? 

Setelah menutup kaca jendela mobilnya, Nandara langsung memacu mobilnya menuju rumah Gara. Sementara itu dirumah Gara, si empunya rumah sedang menangis meraung-raung karena handphone miliknya tidak berhasil ia temukan.

"Huaaaa HP gue kemanaaaa" tangis Gara

-----

Author's note:

Halo semua! gimana chapter ini? kalau ada yang kurang bisa komen yaa. Semoga kalian suka  sama chapter kali ini ya!<3 jangan lupa juga jaga kesehatan!

Maaf banget untuk chapter hari ini masih belum banyak, masih dalam fase pemulihan hehehe

Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya! Mohon maaf jika ada typo dalam penulisan chapter ini!

Have a nice day<3

sincerely, Lilly

18.08.2021

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status