-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-
"Wahhhhh" ucap Gara dan Nandara setelah melihat meja makan. Nadia yang melihat meja tersebut memasang wajah biasa, seakan hal tersebut memang lumrah terjadi dikeluarganya.
"Kenapa nak?" tanya Bunda Nadia
"Engga tante, saya cuma kaget aja" ucap Nandara dengan cepat
"Gaapa, wajar kalian kaget, bunda gue kalo masak emang suka banyak-banyak dan hari ini emang beneran kebanyakan" ucap Nadia dengan polos. Bundanya memang suka sekali memasak dalam porsi yang kurang wajar. Padahal dirumahnya hanya empat orang saja. Bayangkan saja, Bunda Nadia memasaknya seperti porsi militer, super duper banyak bukan?
"Ayo dimakan dulu" ucap Bunda Nadia sambil tersenyum dan menyodorkan sepiring nasi kehadapan Nandara, Gara, dan juga Nadia. Mereka makan dengan tenang, sesekali mereka tertawa atas tingkah laku Gara yang memuji masakan Bunda Nadia. Bunda Nadia merasa sangat bahagia atas kedatangan teman baru Nadia, rasanya seperti mempunyai dua orang anak laki-laki lain.
Setelah mereka menghabiskan sarapan, percakapan masih tetap berlanjut seperti seseorang yang sudah lama tidak bertemu sahabatnya. Percakapan mengalir begitu saja, melupakan fakta bahwa mereka baru mengenal satu sama lain satu jam sebelumnya.
"Tante, kayaknya kita pamit dulu deh" ucap Gara
"Iya tan, maaf ya engga bisa lama-lama" sambung Nandara
"Iya gaapa kok, sering-sering main kesini ya!" ucap Bunda Nadia
"Iya tante, kalau diajak sama Nadia lagi yaa hehehe soalnya kita sama Nadia kan baru kenal kemarin di sekolah" ucap Gara
"Iya nanti tante yang undang kalian, hati-hati dijalan yaa!!" seru Bunda Nadia
"Iya tante, pamit dulu" ucap Nandra yang disusul oleh Gara. Mereka berjalan keluar menuju gerbang rumah Nadia dan pergi kembali menuju parkiran taman. Sepeninggalan Nandra dan Gara, Bunda Nadia merasa kesepian, ia merasa ada sesuatu yang hilang.
"Menurut kamu, mereka gimana Nad?" tanya Bunda Nadia pada anak semata wayangnya. Oh iya! Nadia adalah anak sulung dari pasangan Rio dan Reina. Ayah Nadia, Rio, sedang pergi keluar kota untuk mengurus kantor baru miliknya disana.
"Biasa aja Bun, baik dan sopan juga sih" ucap Nadia
"Bunda suka Gara deh" ucap Reina
"Heh bunda! inget bunda udah punya ayah!" canda Nadia
"Ihh bukan gitu maksudnya sayang, bunda cuma suka kepribadiannya" sahut Reina. Nadia hanya mendengarnya lalu meninggalkan bundanya yang ada didepan pintu untuk pergi ke kamar. Pagi ini sangatlah melelahkan untuknya.
Diperjalanan pulang, Gara tak henti-hentinya meminta Nandara untuk pergi kerumah Nadia lagi. Tentunya untuk makan gratis, tetapi Nandara menolaknya. Ia merasa tidak enak dengan Bunda Nadia, mereka bukanlah teman dekat Nadia dan bukan siapa-siapa bagi Nadia. Mereka bahkan baru saling mengenal sejak kemarin. Namun, jantung Nandara berdetak lebih cepat dari biasanya, Nandara merasakan hal-hal aneh sejak kemarin. Ia berusaha untuk mengabaikan hal tersebut dan fokus menyetir.
Mereka sampai dirumah Gara, Nandara dengan segera memarkirkan mobilnya di depan pintu rumah Gara.
"Turun lo, udah sampe" usir Nandara
"Iyaa iyaa, Happy Birthday buat mama!" ucap Gara
"Iya, makasih" sahut Nandara. Gara membalas perkataan Nandara dengan senyuman dan berjalan masuk kearah rumah. Setelah Gara pergi, Nandara melajukan mobilnya pergi dari rumah itu. Sepanjang perjalanan, pikirannya kalut, haruskah ia mengunjingi mamanya atau tidak.
"Ah! Sialan!" maki Nandara, ia merasa frustasi dan akhirnya memutuskan untuk hpergi kesana lain kali saja. Ia melajukan mobilnya menuju rumah.
-----
Author's note:
Halo semua! gimana chapter ini? kalau ada yang kurang bisa komen yaa. Semoga kalian suka sama chapter kali ini ya!<3 jangan lupa juga jaga kesehatan! Sebelumnya aku mau minta maaf karena update hari ini kurang banyak, aku lagi kurang enak badan dan ngerasa kecapekan bgt:( semoga kalian sehat-sehat aja ya! Stay safe everyone!<3
Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia!! Merdeka! Merdeka! Merdeka!!
Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya! Mohon maaf jika ada typo dalam penulisan chapter ini!
Have a nice day<3
sincerely, Lilly
17.08.2021
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Ah! Sialan!" maki Nandara, ia merasa frustasi dan akhirnya memutuskan untuk pergi kesana lain kali saja. Ia melajukan mobilnya menuju rumah. Sesampainya dirumah, Nandara langsung menuju kamar dan mengurung diri. Hari ini sangat berat baginya, setelah mengunjungi rumah Nadia, ia malah makin merindukan mamanya. Memori yang masih melekat dikepalanya terus berputar, ia tak tahan lagi, ia ingin menangis. Saat Nandara sedang kalut dalam pikirannya, seseorang mengetuk pintu kamar Nandara. Nandara bangun dari tempat tidurnya lalu beranjak pergi untuk membuka pintu kamar. "Nan, mau ikut papa?" tanya orang yang mengetuk pintunya tadi, ia adalah papanya Nandara. "Kemana, Pa?" sahut Nandara dengan bingung. "Papa kangen Mama, rencananya mau ke makam Mama hari ini" ucap papa Nandara dengan hati-hati, ia tahu bahwa putranya ini masih
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Nandara sampai didepan rumah Gara, ia ingin menelfon Gara untuk menyuruhnya turun, namun ia teringat bahwahandphoneGara ada padanya. Dengan setengah hati, ia turun dan memencet bel rumah Gara. Seseorang dengan mata sembab membuka pintu. "Buset, mata lo kenapa tuh" ucap Nandara, ia sedikit terkejut melihat Gara yang muncul dengan penampilan seperti itu. "HP gue ilangggg" rengek Gara dan mulai terisak lagi. "Apaan sih lo! alay tau ga!" ucap Nandara dengan kesal, ia masuk kedalam rumah Gara dan duduk diatas sofa. Si empunya rumah hanya menutup pintu dengan lemas dan berjalan pelan kearah Nandara untuk ikut duduk. "Nih HP lo!" ucap Nandara sembari menyodorkanhandphonemilik Gara kearah sang pemilik. "LO NYURI HP GUE YA?!" teriak Gara dengan curiga "DIH APAAN SIH LO! EL
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Hari ini turnamen basket tiba, bertepatan dengan olimpiade yang diikuti oleh Gara. Kedua sahabat itu saat ini berada ditempat yang berbeda namun memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menang.Gara saat ini berada di sebuah sekolah SMA bergengsi, sekolah ini juga rival basket SMA SEVERI, sekolah itu adalah SMA NAGARA. Jauh dilubuk hati Gara, ia mengakui bahwa sekolah itu memiliki fasilitas yang jauh lebih bagus dibandingkan sekolahnya, tapi untuk masalahattitude dan kejujuran, sekolahnya adalah yang terbaik. Ia berani mengatakan hal tersebut karena ia tahu bahwa lawannya ini sering melakukan kecurangan saat lomba.Ruangan olimpiade Gara berada di gedung B, gedung itu adalah gedung khusus ruang kelas 12 dan lab yang akan digunakan anak-anak kelas 12 untuk praktek dan bereksperimen. Gara menuju ruang kelas 12 IPA 3 s
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Sorak sorai penonton masih memenuhi lapangan, tim basket SMA SEVERI saling berpelukan dan berteriak bahagia. Ini memang bukan pertama kalinya mereka menang dalam turnamen, tetapi setiap kali mereka berhasil mengalahkan SMA NAGARA rasanya seperti memanangkan lotre. Rasanya sangat menyenangkan karena otomatis mereka bisa mengalahkan kecurangan dan ketidakadilan.Saat ini, Gara sedang perjalanan kembali menuju sekolah. Ia kembali dengan perasaan senang dan bangga, dengan mengalahkan SMA NAGARA, ia membuktikan bahwa dengan kejujuran dan kerja keras akan menghasilkan hasil yang setimpal. Beberapa menit kemudian, Gara sampai disekolahnya lalu dengan segera menuju lapangan. Sepanjang koridor, murid-murid SMA SEVERI berteriak menyerukan nama SMA SEVERI. Gara bisa menebak hasil dari turnamen basket hari ini, ia mencium bau-bau kemenangan dari Nandara.&nbs
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-"Gue? gue dibully" sahut Nadia."Maaf Nad, gue gatau" ucap Stella. Nadia tersenyum tipis, ia melihat kearah api unggun dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan. Nandara, Gara, dan juga Stella merasa bersalah karena penasaran mengenai kepindahannya."Gapapa, sekarang gue udah terbiasa lagi. Gue udah nemu orang yang bisa gue percaya sebagai teman" ucap Nadia. Nandara memerhatikannya diam-diam dari samping, ia merasa kasihan pada Nadia."Kalian. Kalian orang yang gue maksud" sambung Nadia. Gara dan Stella menoleh kearah Nadia lagi, mereka terkejut."Gue tau, gue belum lama kenal sama kalian. Tapi, gue selalu anggap kalian sahabat" Nadia dengan serius menatap api unggun didepannya. Ia merasa aman untuk saat ini, ia juga harus mulai percaya pada temannya sekarang."Percaya sama gue Nad, gue kawan yang setia kok" uc
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-"Nad, udah sampe" ucap Nandara. Ternyata sepanjang perjalanan, Nadia tertidur pulas. Nandara memperhatikan Nadia yang sedang tertidur, ia merasa hatinya sedang berolahraga saat ini. Gadis itu sangat polos dan menarik perhatian Nandara selama ini.Nadia terbangun karena panggilan dari Nandara, ia sangat terkejut. Bisa-bisanya ia tidur di mobil Nandara. Ia sendiri tak habis pikir, apa yang ia pikirkan sampai tertidur dimobil orang?? Nadia membenarkan tempat duduknya dan bersiap-siap untuk turun."Ehh maaf Nan, gue ga sengaja ketiduran tadi" ucap Nadia dengan perasaan bersalah."Gaapa, udah sana turun, titip salam sama bunda lo Nad" suruh Nandara."Iya, makasi ya tumpangannya" ucap Nadia lalu turun dari mobil Nandara. Tak lama kemudian mobil milik Nandara melesat pergi menjauhi Nadia yang masih berdiri didepan gerbang rumahnya.
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Nadia masuk ke kelas dengan perasaan aneh, sesaat setelah ia menginjakkan kaki diruangan itu, tatapan para gadis langsung tertuju padanya. Nadia melangkahkan kakinya dengan perlahan. Tatapan itu membuatnya teringat kembali pada masa lalunya, mengingatkannya pada trauma yang ia rasakan selama ini."Yaelahh baru juga masuk sini udah gatel bgt""Apa jangan-jangan dia adasomethingsama Nandara""Bisa-bisanya Nandara mau sama dia""Nandara dikasi apaan ya? kok mau aja digebet dia"Bisikan itu tak kunjung terhenti, Nadia merasa takut akan hal yang akan terjadi. Ia berjalan menuju bangkunya. Disana ia melihat Gara yang sibuk denganhandphonemiliknya, sedangkan Nandara yang berada didepannya sedang tertidur dimejanya. Nadia duduk dengan perlahan dan mulai mempersiapkan bukunya."N
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Sejak tadi Nandara sibuk sendiri didalam kamar, ia sibuk mengetik sebuah pesan di handphonenya dan menghapusnya kembali. Kali ini ia ingin mengirimkan sebuah pesan kepada Nadia. "Gue harus bilang apa ya? hi? halo?" gumam Nandara. "Apa gue telfon aja ya?" "Ehchataja deh" "Eh gimana ya?" "Aduhhhh au ah!! pusing gue lama lama" teriak Nandara dan melemparkan handphonenya ke kasur. Ia tampak frustasi dan pusing, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya denganhandphoneyang masih diatas kasur. Sesaat setelah ia pergi,handphonenya berdering terus menerus, tanda seseorang menelfonnya. Nandara pergi menuju dapur untuk mengambil beberapa camilan. Ia mengambil tiga bungkus makanan ringan, dua bungkus biskuit coklat, dan satu botol