-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-
Pagi ini, Nandara pergi menuju rumah Gara. Hari ini ia ingin menebus kesalahan kecil yang ia buat kemarin, ia rasa Gara masih kesal dengannya. Setelah sampai dirumah Gara, ia langsung menelponnya untuk menyuruhnya turun dan segera pergi ke parkiran.
"Woii" sapa Nandara
"Woi bro, tumben amat ngajak gue jalan pagi-pagi" ucap Gara
"Suntuk gue dirumah, kuy cabut" sahut Nandara, tentu saja ia berbohong, jika tidak maka habislah dia diledek Gara. Gengsinya memang sangat besar.
Nandara melajukan mobilnya kesuatu tempat, tempat itu menjadi tempat favorit Gara sedari kecil. Dahulu ia sering menghabiskan waktunya ditempat ini bersama dengan Ibunya. Setiap kali ia merindukan Ibunya, ia akan pergi ke tempat ini dan hari ini ia sangat merindukannya.
"Lo mau ke taman lagi, Nan? tanya Gara. Nandara menoleh sebentar kearah Gara dan tersenyum. Tersirat sedikit kerinduan dimata Nandara dan Gara bisa melihatnya dengan jelas.
"Hari ini ulang tahunnya" ucap Nandara
"Kenapa engga ke'rumah'nya aja?" tanya Gara
"Gue ga sanggup" sahut Nandara. Ia masih merasakan sedih dan kecewa yang amat sangat dalam. Ia memiliki banyak kenangan bahagia bersama sang Ibu yang membuatnya semakin sedih. Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka sampai di sebuah taman besar. Bagi Nandara, tempat ini adalah tempat yang sangat istimewa. Banyak sekali kenangan miliknya terkubur disini.
Nandara dan Gara berjalan mengelilingi taman yang ramai itu, mereka menghilangkan rasa penat dan stress yang mereka peroleh dari sekolah. Menjadi murid yang memiliki prestasi itu sangat melelahkan, orang-orang akan berekspektasi sangat tinggi pada mereka dan menaruh beban besar. Tapi bagi mereka, hal tersebut seperti balas budi kepada orangtuanya. Mereka ingin memberikan yang terbaik kepada orangtuanya.
Mereka sampai disuatu tempat terpencil di taman tersebut. Disana terdapat kolam ikan kecil dan air mancur yang sangat indah, disana juga terdapat sebuah bangku panjang yang cukup untuk dua orang dewasa. Dengan segera, Nandara duduk ditempat itu. Bangku ini membuatnya mengingat sepotong ingatan yang telah lama ia lupakan. Bangku ini adalah saksi dari kejadian paling menyakitkan yang pernah ia rasakan selama hidupnya. Bangku ini juga merupakan kali terakhirnya melihat sosok ibu. Nandara sangat membenci bangku ini. Gara yang melihat sahabatnya sedang memikirkan sesuatu segera ikut duduk bersama di bangku itu. Ia sangat paham sakitnya kehilangan sosok yang sangat dicintai.
"Ma" lirih Nandara
"Selamat ulang tahun ya"
"Mama pasti udah seneng sekarang, udah engga sakit lagi, udah engga balik lagi ke rumah sakit"
"Tapi Nanda ga suka mah, Nanda ga suka mamah bahagia sendiri disana tanpa Nanda" Nandara semakin terisak, hatinya pedih mengingat kenangan itu.
"Mah, hari ini aku belum bisa kerumah baru mama, aku kesini dulu sama Gara" ucap Nandara sambil menyeka air matanya.
"Papa baik-baik aja kok mah, udah engga ngerokok lagi, engga minum-minum lagi"
"Semenjak mama pergi, papa jadi nurut sama semua yang pernah mama bilang. Papa juga udah mau makan makanan yang sehat" sambung Nandara
"Aku seneng ma, mama engga sakit lagi, aku harap mama bisa jagain Nanda sama papa dari sana"
"Oiya, bulan depan aku bakal ikut turnamen basket lagi, Gara juga bulan depan ikut olimpiase lagi, mohon doanya ya ma" ucap Nandara. Sejujurnya ia sangat ingin pergi kerumah baru mamanya, tetapi ia merasa belum siap untuk melihat kenyataan. Hatinya belum sembuh total, rasa sakit dan pedih itu masih ia rasakan setiap memikirkan mamanya.
"Udah Nan, balik yuk, biar lo ga sedih lagi, gue beliin balon deh" ucap Gara sambil memberi sedikit hiburan pada Nandara.
"haha sialan lo Gar!" sahut Nandara sambil sedikit tertawa
Mereka berjalan menjauhi bangku itu dan kembali mengelilingi taman sambil menikmati sejuknya udara pagi dan asrinya tanaman-tanaman ini. Ini adalah healing bagi mereka. Saat mereka sedang berjalan dengan santai, tiba-tiba seorang perempuan menabrak mereka dari belakang. Perempuan itu terjatuh kedepan, sedangkan Gara dan Nandara yang badannya luamyan kuat hanya teroleng kepinggir.
"Aduhhhh" rintih perempuan itu
"Duhh, mbak! hati-hati dong!" ucap Gara sambil membantunya untuk berdiri kembali
"Mbak kalo lari jangan sambil nunduk dongg, kan jadi jatuh" ucap Nandara
"Iya maaf- ehh? Nandara? Gara?" ucap perempuan itu
"Nadia?"
Perempuan itu adalah Nadia, murid baru di sekolah Gara dan Nandara.
"Yaampun gue minta maaf banget, kalian gapapa kan?" ucap Nadia, ia terlihat sangat khawatir.
"Engga, gue sama Gara ga kenapa-kenapa kok, lo tinggal didaerah sini?" tanya Nandara
"Iya, kebetulan rumah gue deket dari sini jadi yaa lumayan sering lah main kesini" sahut Nadia
"Wahhh asyikk kayaknya hari ini kita bisa numpang sarapan gratis nih" ucap Gara. Nandara yang mendengarnya sudah siap untuk menonjok sahabatnya ini, Gara memang sedikit tidak tahu malu.
"Bolehh kok, bunda gue kebetulan hari ini masaknya kebanyakan" sahut Nadia dengan tersenyum lebar. Nandara merasakan hal yang asing dalam dirinya, ia merasa senang bisa pergi kerumah Nadia, tetapi bukan karena sarapan gratis. Sepertinya ia perlu ke dokter.
"Yaudah tunggu apa lagi? yuk kita cuss!!!" ucap Gara
"Heh g*bl*k! tunggu Nadia jalan duluan napa? kita kan gatau rumahnya dimana!" ucap Nandara sambil menarik sedikit kerah belakang baju Gara. Saat ini ia merasa sangat malu atas tingkah sahabatnya ini, padahal mereka baru bertemu dan kenal dnegan Nadia kemarin. Sepertinya Gara butuh obat penambah malu.
"Iyaa iya ini gue ngikutin Nadia!" sahut Gara. Mereka pun pergi kerumah Nadia.
"Permisi bunda" salam Nadia
"Permisi tante" salam Gara dan Nandara bersamaan
"Iyaa nak, ehh ada siapa ini Nad?" tanya Bunda Nadia, pasalnya ia baru pertama kali melihat dua makhluk aneh ini didepan rumah miliknya.
"Eh ini Bun, mereka temen baru aku disekolah, yang ini Gara terus ini Nandara" ucap Nadia sambil menunjuk Gara dan Nandara secara bergiliran.
"Tadi aku ga sengaja nabrak mereka pas di taman, jadi sebagai gantinya aku ajak sarapan bareng aja dirumah" ucap Nadia menjelaskan bagaimana ia bisa bertemu duo aneh itu. "gapapa kan Bun?"
"Gapapa kok, kebetulan Bunda masaknya terlalu banyak hari ini, jadi bisalah yaa kalian bantuin Bunda habisin sarapan" sahut Bunda Nadia
"Bisa dong tante, kita kan lagi sama karung bolong" ucap Gara sambil menunjuk kearah Nandara. Yang ditunjukpun melototkan matanya, merasa tidak terima dihina, ia pun membalasnya juga.
"Iya tante, saya juga bawa vaccum cleaner kesini, tapi kayaknya tube nyimpen debunya udah bolong setengah juga, gapapa kan tante?" ucap Nandara
"hahhaa kalian ini memang pinter ngelawak, mau kalian karung, vaccum cleaner, ember bolong, tetep tante kasi makan banyak deh" ucap Bunda Nadia sambil tertawa. Ia lalu mempersilahkan Nadia dan dua orang pelawak tadi untuk masuk kedalam rumah. Bunda Nadia langsung mengarahkan mereka kearah ruang makan.
"Busettt"
"Wahhhhh" ucap Gara dan Nandara setelah melihat meja makan. Nadia yang melihat meja tersebut memasang wajah biasa, seakan hal tersebut memang lumrah terjadi dikeluarganya.
-----
Author's note:
Halo semua! aku lagi rajin up nih! gimana chapter ini? kalau ada yang kurang bisa komen yaa. Semoga kalian suka sama chapter kali ini ya!<3 jangan lupa juga jaga kesehatan!
Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya!
Have a nice day<3
sincerely, Lilly
16.08.2021
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Wahhhhh" ucap Gara dan Nandara setelah melihat meja makan. Nadia yang melihat meja tersebut memasang wajah biasa, seakan hal tersebut memang lumrah terjadi dikeluarganya. "Kenapa nak?" tanya Bunda Nadia "Engga tante, saya cuma kaget aja" ucap Nandara dengan cepat "Gaapa, wajar kalian kaget, bunda gue kalo masak emang suka banyak-banyak dan hari ini emang beneran kebanyakan" ucap Nadia dengan polos. Bundanya memang suka sekali memasak dalam porsi yang kurang wajar. Padahal dirumahnya hanya empat orang saja. Bayangkan saja, Bunda Nadia memasaknya seperti porsi militer, super duper banyak bukan? "Ayo dimakan dulu" ucap Bunda Nadia sambil tersenyum dan menyodorkan sepiring nasi kehadapan Nandara, Gara, dan juga Nadia. Mereka makan dengan tenang, sesekali mereka tertawa atas tingkah laku Gara yang memuji masakan Bunda Nadia. Bunda
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Ah! Sialan!" maki Nandara, ia merasa frustasi dan akhirnya memutuskan untuk pergi kesana lain kali saja. Ia melajukan mobilnya menuju rumah. Sesampainya dirumah, Nandara langsung menuju kamar dan mengurung diri. Hari ini sangat berat baginya, setelah mengunjungi rumah Nadia, ia malah makin merindukan mamanya. Memori yang masih melekat dikepalanya terus berputar, ia tak tahan lagi, ia ingin menangis. Saat Nandara sedang kalut dalam pikirannya, seseorang mengetuk pintu kamar Nandara. Nandara bangun dari tempat tidurnya lalu beranjak pergi untuk membuka pintu kamar. "Nan, mau ikut papa?" tanya orang yang mengetuk pintunya tadi, ia adalah papanya Nandara. "Kemana, Pa?" sahut Nandara dengan bingung. "Papa kangen Mama, rencananya mau ke makam Mama hari ini" ucap papa Nandara dengan hati-hati, ia tahu bahwa putranya ini masih
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Nandara sampai didepan rumah Gara, ia ingin menelfon Gara untuk menyuruhnya turun, namun ia teringat bahwahandphoneGara ada padanya. Dengan setengah hati, ia turun dan memencet bel rumah Gara. Seseorang dengan mata sembab membuka pintu. "Buset, mata lo kenapa tuh" ucap Nandara, ia sedikit terkejut melihat Gara yang muncul dengan penampilan seperti itu. "HP gue ilangggg" rengek Gara dan mulai terisak lagi. "Apaan sih lo! alay tau ga!" ucap Nandara dengan kesal, ia masuk kedalam rumah Gara dan duduk diatas sofa. Si empunya rumah hanya menutup pintu dengan lemas dan berjalan pelan kearah Nandara untuk ikut duduk. "Nih HP lo!" ucap Nandara sembari menyodorkanhandphonemilik Gara kearah sang pemilik. "LO NYURI HP GUE YA?!" teriak Gara dengan curiga "DIH APAAN SIH LO! EL
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Hari ini turnamen basket tiba, bertepatan dengan olimpiade yang diikuti oleh Gara. Kedua sahabat itu saat ini berada ditempat yang berbeda namun memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menang.Gara saat ini berada di sebuah sekolah SMA bergengsi, sekolah ini juga rival basket SMA SEVERI, sekolah itu adalah SMA NAGARA. Jauh dilubuk hati Gara, ia mengakui bahwa sekolah itu memiliki fasilitas yang jauh lebih bagus dibandingkan sekolahnya, tapi untuk masalahattitude dan kejujuran, sekolahnya adalah yang terbaik. Ia berani mengatakan hal tersebut karena ia tahu bahwa lawannya ini sering melakukan kecurangan saat lomba.Ruangan olimpiade Gara berada di gedung B, gedung itu adalah gedung khusus ruang kelas 12 dan lab yang akan digunakan anak-anak kelas 12 untuk praktek dan bereksperimen. Gara menuju ruang kelas 12 IPA 3 s
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Sorak sorai penonton masih memenuhi lapangan, tim basket SMA SEVERI saling berpelukan dan berteriak bahagia. Ini memang bukan pertama kalinya mereka menang dalam turnamen, tetapi setiap kali mereka berhasil mengalahkan SMA NAGARA rasanya seperti memanangkan lotre. Rasanya sangat menyenangkan karena otomatis mereka bisa mengalahkan kecurangan dan ketidakadilan.Saat ini, Gara sedang perjalanan kembali menuju sekolah. Ia kembali dengan perasaan senang dan bangga, dengan mengalahkan SMA NAGARA, ia membuktikan bahwa dengan kejujuran dan kerja keras akan menghasilkan hasil yang setimpal. Beberapa menit kemudian, Gara sampai disekolahnya lalu dengan segera menuju lapangan. Sepanjang koridor, murid-murid SMA SEVERI berteriak menyerukan nama SMA SEVERI. Gara bisa menebak hasil dari turnamen basket hari ini, ia mencium bau-bau kemenangan dari Nandara.&nbs
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-"Gue? gue dibully" sahut Nadia."Maaf Nad, gue gatau" ucap Stella. Nadia tersenyum tipis, ia melihat kearah api unggun dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan. Nandara, Gara, dan juga Stella merasa bersalah karena penasaran mengenai kepindahannya."Gapapa, sekarang gue udah terbiasa lagi. Gue udah nemu orang yang bisa gue percaya sebagai teman" ucap Nadia. Nandara memerhatikannya diam-diam dari samping, ia merasa kasihan pada Nadia."Kalian. Kalian orang yang gue maksud" sambung Nadia. Gara dan Stella menoleh kearah Nadia lagi, mereka terkejut."Gue tau, gue belum lama kenal sama kalian. Tapi, gue selalu anggap kalian sahabat" Nadia dengan serius menatap api unggun didepannya. Ia merasa aman untuk saat ini, ia juga harus mulai percaya pada temannya sekarang."Percaya sama gue Nad, gue kawan yang setia kok" uc
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-"Nad, udah sampe" ucap Nandara. Ternyata sepanjang perjalanan, Nadia tertidur pulas. Nandara memperhatikan Nadia yang sedang tertidur, ia merasa hatinya sedang berolahraga saat ini. Gadis itu sangat polos dan menarik perhatian Nandara selama ini.Nadia terbangun karena panggilan dari Nandara, ia sangat terkejut. Bisa-bisanya ia tidur di mobil Nandara. Ia sendiri tak habis pikir, apa yang ia pikirkan sampai tertidur dimobil orang?? Nadia membenarkan tempat duduknya dan bersiap-siap untuk turun."Ehh maaf Nan, gue ga sengaja ketiduran tadi" ucap Nadia dengan perasaan bersalah."Gaapa, udah sana turun, titip salam sama bunda lo Nad" suruh Nandara."Iya, makasi ya tumpangannya" ucap Nadia lalu turun dari mobil Nandara. Tak lama kemudian mobil milik Nandara melesat pergi menjauhi Nadia yang masih berdiri didepan gerbang rumahnya.
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Nadia masuk ke kelas dengan perasaan aneh, sesaat setelah ia menginjakkan kaki diruangan itu, tatapan para gadis langsung tertuju padanya. Nadia melangkahkan kakinya dengan perlahan. Tatapan itu membuatnya teringat kembali pada masa lalunya, mengingatkannya pada trauma yang ia rasakan selama ini."Yaelahh baru juga masuk sini udah gatel bgt""Apa jangan-jangan dia adasomethingsama Nandara""Bisa-bisanya Nandara mau sama dia""Nandara dikasi apaan ya? kok mau aja digebet dia"Bisikan itu tak kunjung terhenti, Nadia merasa takut akan hal yang akan terjadi. Ia berjalan menuju bangkunya. Disana ia melihat Gara yang sibuk denganhandphonemiliknya, sedangkan Nandara yang berada didepannya sedang tertidur dimejanya. Nadia duduk dengan perlahan dan mulai mempersiapkan bukunya."N