Share

Chapter 4

-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-

Pagi ini, Nandara pergi menuju rumah Gara. Hari ini ia ingin menebus kesalahan kecil yang ia buat kemarin, ia rasa Gara masih kesal dengannya. Setelah sampai dirumah Gara, ia langsung menelponnya untuk menyuruhnya turun dan segera pergi ke parkiran. 

"Woii" sapa Nandara

"Woi bro, tumben amat ngajak gue jalan pagi-pagi" ucap Gara

"Suntuk gue dirumah, kuy cabut" sahut Nandara, tentu saja ia berbohong, jika tidak maka habislah dia diledek Gara. Gengsinya memang sangat besar.

Nandara melajukan mobilnya kesuatu tempat, tempat itu menjadi tempat favorit Gara sedari kecil. Dahulu ia sering menghabiskan waktunya ditempat ini bersama dengan Ibunya. Setiap kali ia merindukan Ibunya, ia akan pergi ke tempat ini dan hari ini ia sangat merindukannya.

"Lo mau ke taman lagi, Nan? tanya Gara. Nandara menoleh sebentar kearah Gara dan tersenyum. Tersirat sedikit kerinduan dimata Nandara dan Gara bisa melihatnya dengan jelas.

"Hari ini ulang tahunnya" ucap Nandara

"Kenapa engga ke'rumah'nya aja?" tanya Gara

"Gue ga sanggup" sahut Nandara. Ia masih merasakan sedih dan kecewa yang amat sangat dalam. Ia memiliki banyak kenangan bahagia bersama sang Ibu yang membuatnya semakin sedih. Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka sampai di sebuah taman besar. Bagi Nandara, tempat ini adalah tempat yang sangat istimewa. Banyak sekali kenangan miliknya terkubur disini.

Nandara dan Gara berjalan mengelilingi taman yang ramai itu, mereka menghilangkan rasa penat dan stress  yang mereka peroleh dari sekolah. Menjadi murid yang memiliki prestasi itu sangat melelahkan, orang-orang akan berekspektasi sangat tinggi pada mereka dan menaruh beban besar. Tapi bagi mereka, hal tersebut seperti balas budi kepada orangtuanya.  Mereka ingin memberikan yang terbaik kepada orangtuanya.

Mereka sampai disuatu tempat terpencil di taman tersebut. Disana terdapat kolam ikan kecil dan air mancur yang sangat indah, disana juga terdapat sebuah bangku panjang yang cukup untuk dua orang dewasa. Dengan segera, Nandara duduk ditempat itu. Bangku ini membuatnya mengingat sepotong ingatan yang telah lama ia lupakan. Bangku ini adalah saksi dari kejadian paling menyakitkan yang pernah ia rasakan selama hidupnya. Bangku ini juga merupakan kali terakhirnya melihat sosok ibu. Nandara sangat membenci bangku ini. Gara yang melihat sahabatnya sedang memikirkan sesuatu segera ikut duduk bersama di bangku itu. Ia sangat paham sakitnya kehilangan sosok yang sangat dicintai. 

"Ma" lirih Nandara

"Selamat ulang tahun ya" 

"Mama pasti udah seneng sekarang, udah engga sakit lagi, udah engga balik lagi ke rumah sakit" 

"Tapi Nanda ga suka mah, Nanda ga suka mamah bahagia sendiri disana tanpa Nanda" Nandara semakin terisak, hatinya pedih mengingat kenangan itu.

"Mah, hari ini aku belum bisa kerumah baru mama, aku kesini dulu sama Gara" ucap Nandara sambil menyeka air matanya.

"Papa baik-baik aja kok mah, udah engga ngerokok lagi, engga minum-minum lagi" 

"Semenjak mama pergi, papa jadi nurut sama semua yang pernah mama bilang. Papa juga udah mau makan makanan yang sehat" sambung Nandara

"Aku seneng ma, mama engga sakit lagi, aku harap mama bisa jagain Nanda sama papa dari sana"

"Oiya, bulan depan aku bakal ikut turnamen basket lagi, Gara juga bulan depan ikut olimpiase lagi, mohon doanya ya ma" ucap Nandara. Sejujurnya ia sangat ingin pergi kerumah baru mamanya, tetapi ia merasa belum siap untuk melihat kenyataan. Hatinya belum sembuh total, rasa sakit dan pedih itu masih ia rasakan setiap memikirkan mamanya.

"Udah Nan, balik yuk, biar lo ga sedih lagi, gue beliin balon deh" ucap Gara sambil memberi sedikit hiburan pada Nandara.

"haha sialan lo Gar!" sahut Nandara sambil sedikit tertawa

Mereka berjalan menjauhi bangku itu dan kembali mengelilingi taman sambil menikmati sejuknya udara pagi dan asrinya tanaman-tanaman ini. Ini adalah healing bagi mereka. Saat mereka sedang berjalan dengan santai, tiba-tiba seorang perempuan menabrak mereka dari belakang. Perempuan itu terjatuh kedepan, sedangkan Gara dan Nandara yang badannya luamyan kuat hanya teroleng kepinggir. 

"Aduhhhh" rintih perempuan itu

"Duhh, mbak! hati-hati dong!" ucap Gara sambil membantunya untuk berdiri kembali

"Mbak kalo lari jangan sambil nunduk dongg, kan jadi jatuh" ucap Nandara

"Iya maaf- ehh? Nandara? Gara?" ucap perempuan itu

"Nadia?" 

Perempuan itu adalah Nadia, murid baru di sekolah Gara dan Nandara.

"Yaampun gue minta maaf banget, kalian gapapa kan?" ucap Nadia, ia terlihat sangat khawatir. 

"Engga, gue sama Gara ga kenapa-kenapa kok, lo tinggal didaerah sini?" tanya Nandara

"Iya, kebetulan rumah gue deket dari sini jadi yaa lumayan sering lah main kesini" sahut Nadia

"Wahhh asyikk kayaknya hari ini kita bisa numpang sarapan gratis nih" ucap Gara. Nandara yang mendengarnya sudah siap untuk menonjok sahabatnya ini, Gara memang sedikit tidak tahu malu.

"Bolehh kok, bunda gue kebetulan hari ini masaknya kebanyakan" sahut Nadia dengan tersenyum lebar. Nandara merasakan hal yang asing dalam dirinya, ia merasa senang bisa pergi kerumah Nadia, tetapi bukan karena sarapan gratis. Sepertinya ia perlu ke dokter.

"Yaudah tunggu apa lagi? yuk kita cuss!!!" ucap Gara

"Heh g*bl*k! tunggu Nadia jalan duluan napa? kita kan gatau rumahnya dimana!" ucap Nandara sambil menarik sedikit kerah belakang baju Gara. Saat ini ia merasa sangat malu atas tingkah sahabatnya ini, padahal mereka baru bertemu dan kenal dnegan Nadia kemarin. Sepertinya Gara butuh obat penambah malu.

"Iyaa iya ini gue ngikutin Nadia!" sahut Gara. Mereka pun pergi kerumah Nadia.

"Permisi bunda" salam Nadia

"Permisi tante" salam Gara dan Nandara bersamaan

"Iyaa nak, ehh ada siapa ini Nad?" tanya Bunda Nadia, pasalnya ia baru pertama kali melihat dua makhluk aneh ini didepan rumah miliknya.

"Eh ini Bun, mereka temen baru aku disekolah, yang ini Gara terus ini Nandara" ucap Nadia sambil menunjuk Gara dan Nandara secara bergiliran.

"Tadi aku ga sengaja nabrak mereka pas di taman, jadi sebagai gantinya aku ajak sarapan bareng aja dirumah" ucap Nadia menjelaskan bagaimana ia bisa bertemu duo aneh itu. "gapapa kan Bun?"

"Gapapa kok, kebetulan Bunda masaknya terlalu banyak hari ini, jadi bisalah yaa kalian bantuin Bunda habisin sarapan" sahut Bunda Nadia 

"Bisa dong tante, kita kan lagi sama karung bolong" ucap Gara sambil menunjuk kearah Nandara. Yang ditunjukpun melototkan matanya, merasa tidak terima dihina, ia pun membalasnya juga.

"Iya tante, saya juga bawa vaccum cleaner kesini, tapi kayaknya tube nyimpen debunya udah bolong setengah juga, gapapa kan tante?" ucap Nandara

"hahhaa kalian ini memang pinter ngelawak, mau kalian karung, vaccum cleaner, ember bolong, tetep tante kasi makan banyak deh" ucap Bunda Nadia sambil tertawa. Ia lalu mempersilahkan Nadia dan dua orang pelawak tadi untuk masuk kedalam rumah. Bunda Nadia langsung mengarahkan mereka kearah ruang makan.

"Busettt"

"Wahhhhh" ucap Gara dan Nandara setelah melihat meja makan. Nadia yang melihat meja tersebut memasang wajah biasa, seakan hal tersebut memang lumrah terjadi dikeluarganya.

-----

Author's note:

Halo semua! aku lagi rajin up nih! gimana chapter ini? kalau ada yang kurang bisa komen yaa. Semoga kalian suka  sama chapter kali ini ya!<3 jangan lupa juga jaga kesehatan!

Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya!

Have a nice day<3

sincerely, Lilly

16.08.2021

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status