Share

Chapter 3

-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-

Seperti yang telah mereka rencanakan, Nandara pergi kerumah Gara untuk bermain game bersama. Sore ini, Nandara tidak memiliki jadwal latihan begitupula dengan Gara, maka dari itu mereka bisa menghabiskan waktu istirahat mereka bersama. 

"Permisi tante" ucap Nandara setibanya ia dirumah Gara.

"Permisi, Ma" ucap Gara

"Ehh ada Nanda disini? ayo sini masuk, gaperlu pake salam lagi" sahut Mara, Ibunda Gara.

"Hehehe iya tante, Nanda numpang main disini yaa" izin Nandara dengan sopan.

"Tiap hari kesini juga gaapa kok" ucap Mara "Gimana sekolah kalian? lagi engga ada latihan ya?"

"Iya ma, tumben banget dapet waktu free gini" sahut Gara. Sang Ibunda mengangguk dan mempersilahkan mereka untuk kedapur.

"Kalian makan siang dulu ya, Mama mau masuk dulu" ucap Mara sambil tersenyum lembut.

"Iya tante, makasih banyak"

"Makasih ma" 

Setelah Mara pergi dari dapur, mereka berdua menghabiskan makan siang mereka dengan cepat. Mereka sudah tidak sabar untuk bermain game di PS5 yang dimiliki Gara. Sehabis makan, mereka tidak lupa untuk mencuci dan membersihkan meja makan yang mereka gunakan, lalu pergi ke kamar Gara. 

"Cepetan idupin" perintah Nandara

"Dih, apaan lo nyuruh-nyuruh gue!" sahut Gara sambil menjatuhkan badannya diatas kasur yang empuk.

"Ck kan lo yang punya PS" decak Nandara

"Kan elo yang mau maen!" sahut Gara tak mau kalah

"Ni orang lama-lama gue tonjok juga ya!" ucap Nandara, ia kelewat kesal dengan sahabatnya itu. Sebenarnya ia juga malas untuk menghidupkannya, ia hanya mencari alasan saja agar temannya meu menghidupkan PS.

"Dih, elu yang mau malah gue yang disuruh. Sarap lo!" ucap Gara sambil berjalan menuju PS-nya. Ia menghidupkan mesin PS lalu mengambil stick PS untuknya dan Nandara.

"Nih, lo mau main apaan?" tanya Gara sambil menyodorkan stick PS kearah Nandara.

"FIFA aja kali ya?" ucap Nandara.

"Taruhan, siapa yang kalah duluan dia yang bayarin pesenan GoMam yang menang" sambung Nandara. Sejujurnya ia masih sangat lapar, maka dari itu ia memanfaat kesempatan yang ada. Ia yakin kali ini Gara kalah melawannya.

"Oke siapa takut!" seru Gara. Dengan semangat yang membara didalam jiwanya, ia menyanggupi taruham Nandara itu. Selang beberapa jam, permainanpun selesai. Seperti yang bisa ditebak, Gara kalah dalam permainan kali ini. Dengan sebal ia menerima hukumannya, ia mengizinkan Nandara untuk memesan makanan apapun yang ia inginkan. Dengan berat hati Gara membayar pesanan yang super duper banyak dan mahal itu. 

"Makasiii sultann!!!" ucap Nandara sambil tertawa, ia sangat puas menjahili Gara. 

"Sultan pala lu! gantiin uang gue nanti! beli apaan lo sampe hampir 600 ribu!" teriak Gara dengan kesal 

"Emang dah lo! dasar perut karung, udah karung bolong lagi!" sambung Gara. Ia sangat ingin mencaci maki sahabatnya ini, tapi mengingat sahabatnya ini sangat garang saat marah, ia sebaiknya menyimpan nyawanya untuk saat ini. Ia tidak siap mati muda.

Setelah satu jam, GoMam milik Nandara sampai. Ia sangat bahagia melihat banyaknya makanan yang ia pesan. 

"Eh Gar!" panggil Nandara

"Apaan" jawab Gara dengan ketus

"Kayaknya gue gabisa habisin ini semua deh hehehhe" sahut Nandara dengan polosnya. Tentu saja hal itu membuat Gara naik pitam. Ia melemparkan banyak bantal kearah Nandara dengan perasaan yang campur aduk. Bagaimana tidak? Gara sangat membenci orang yang mubazir. Ia tidak bisa melihat satu butir nasi tercecer, apalagi berbungkus-bungkus makanan seperti saat ini. Ia tidak memasalahkan uangnya, tapi effort dari si pembuat makanan yang membuat ia tidak tega dan marah kepada orang-orang yang dengan gampangnya membuang makanan tersebut dengan kedok 'sudah kenyang' atau 'tidak habis'. Terlebih lagi, ia kalah dalam permainan tadi, membuat ia semakin kesal setiap kali memikirkannya.

"Bodoh! tau gitu secukupnya aja!" ucap Gara dengan emosi

"Hehehe maaf Gar, nanti gue bawa pulang kok, gue kasi adik gue, tetangga, sampe sodara jauh gue deh" sahut Nandara sambil cengengesan. Gara hanya menyipitkan matanya, ia harus melihat Nandara membagikannya sendiri dengan tetangganya. 

"Lo kalo kaga bagiin sampe tetangga lo, mampus lo sama gue!" ucap Gara dengan garang

"Iyeee sultann" sahut Nandara dengan santai sambil membuka satu bungkus makanan. 

"Lo mau ga?" tanya Nandara

"Kasi gue dua, mau gue kasi buat mama juga" sahut Gara dengan kesal. Nandara menyodorkan 2 box makanan pada Gara. Gara yang menerimanya hanya bisa menahan kesal dan membuka sebungkus makanan tersebut dan langsung melahapnya.

"Lo laper bilang-bilang dong, gausah gengsi gtu xixixixixi" ejek Nandara dengan ketawa alaynya. Sementara itu, Gara hanya bisa menahan kembali emosinya atas ejekan Nandara. Setelah Gara menyelesaikan makanannya, ia membawa sampah miliknya dan juga membawakan Mara makanan yang dipesan Nandara.

"Buset, tu orang cepet amat makannya" ujar Nandara, ia terheran-heran dengan Gara, sepertinya sahabatnya ini dulunya sebuah vaccum cleaner yang tabung penampung debunya bolong. Sekali sedot gaada habisnya, ya sebelas duabelas dengan karung bolong. Tapi lebih modern sedikit.

Gara memasuki kembali kamarnya dengan membawa beberapa cemilan. Seperti biasa mamanya selalu memberinya banyak asupan makanan setiap Nandara bertamu kerumahnya. Gara hanya bisa menuruti kemauan mamanya, walaupun ia tahu bahwa Nandara tidak akan bisa menghabiskan semuanya. 

"Nih, asupan gizi buat cacing di perut lo!" ucap Gara sambil melempar cemilan tersebut ke arah Nandara. 

"Wihh siap siap nihh gue buka peternakan cacing" canda Nandara.

"DIH JIJIK GUE SAMA LO" teriak Gara sambil menjauh dari Nandara, si empunya cacing hanya bisa tertawa. Ia merasa sangat puas menjahili Gara seharian ini.

"LO KAPAN PULANG SIH?! ENEG GUE LIAT MUKA LO!" sambung Gara

"MAKANAN GUE BELOM HABIS B*GO!" sahut Nandara dengan tidak santai

"YAUDAH CEPET ABISIN!" teriak Gara tak mau kalah

"YA SABAR DONG!" sahut Nandara kembali

Mara yang mendengarnya dari luar hanya bisa menggelengkan kepala, ia merasa heran, walaupun Gara dan Nandara sudah SMA, tetapi kelakuan mereka masih sangat kekanak-kanakan. Mereka seperti kartun Tom and Jerry versi dunia nyata, selalu bersama tetapi sering berdebat atas hal-ahl yang kurang berfaedah. Namun, selama Mara mengetahui persahabatan mereka, ia tak pernah mendengar Gara dan Nandara bertengkar serius. 

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, kita lihat saja nanti.

-----

Author's note:

Halo semua! kali ini di chapter 3 menggambarkan persahabatan mereka. Maaf kemarin salah nulis tanggal:") efek upload & nulis sampai tengah malam:") semoga kalian suka ya!<3 jangan lupa juga jaga kesehatan!

Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya!

Have a nice day<3

sincerely, Lilly

15.08.2021

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status