Share

Chapter 2

-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-

"Ayo nak, silahkan masuk" ucap Bu Eri pada murid baru itu. Sesaat setelah murid baru itu masuk, ruang kelas dipenuhi dengan berbagai reaksi. "Perkenalkan diri kamu terlebih dahulu"

"Selamat pagi semua, nama saya Nadia Syafira, bisa dipanggil Nadia" ucap perempuan bernama Nadia tersebut. Parasnya yang elok, membuat seisi kelas terkagum-kagum saat melihatnya, hal tersebut berlaku juga untuk laki-laki dingin itu, yaitu Nandara. Ia terdiam sekejap saat melihat Nadia. 

"Saya harap, kita semua bisa menjadi teman baik sampai sukses nanti" lanjut Nadia. Seisi kelas memberikan tepuk tangan yang meriah  setelah Nadia selesai memperkenalkan dirinya didepan kelas. Melihat anak didiknya yang tiba-tiba semangat itu membuat Bu Eri menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyuruh Nadia untuk segeranduduk di bangku yang kosong. Bangku kosong itu berada tepat disebelah Gara, ia akan menjadi teman sebangku Gara selama yang diinginkan Bu Eri tentunya.

Setelah sesi perkenalan murid baru, kelas dilanjutkan langsung oleh Bu Eri karena kebetulan beliau memiliki jam pelajaran dikelas ini, kelas 12 IPA 1. Beliau mengajar matematika, ilmu yang sangat menyenangkan bukan? 

Bagi Gara, matematika itu seperti puzzle. Sangat sulit untuk dimengerti jika kita kehilangan 1 piece penyusunnya. Sebaliknya, bagi Nandara matematika bagaikan santet. Harus dihindari sejauh mungkin. Ia mungkin bisa mentolerir pelajaran lainnya, tapi tidak untuk matematika. "menyenangkan apanya, ini mah simulasi masuk oven. Otak serasa dipanggang" pikir Nandara. 

Pelajaran dimulai dengan tenang, murid-murid fokus melihat kearah Bu Eri yang sedang menjelaskan materi. Lain halnya dengan Nadia, ia tidak bisa fokus kali ini. Sejak ia duduk, ia belum berkenalan dengan teman sebangkunya. Cowok itu terlihat serius mencatat materi yang dipaparkan, membuat Nadia menjadi tidak enak untuk berbicara.

"Bicara aja ke gue, gue ga bakal terganggu kok" bisik Gara seakan mendengar isi pikiran Nadia. Nadia terkejut bukan main.

"Eh- gue Nadia, lo?" tanya Nadia dengan suara yang kecil.

"Gara, Gara Adiyatma. Bagus kan nama gue?" sahut Gara sambil mencatat. Nadia menjawabnya dengan anggukan saja. Ia terheran-heran, bagaimana bisa laki-laki ini masih tetap fokus meskipun diajak ngobrol? kelihatan sekali dia anak pintar. Tak ingin mengganggu Gara lagi, ia memutuskan untuk mencoba fokus ke arah papan tulis. Ia tidak boleh membuat masalah di hari pertamanya di sekolah ini. 

Akhirnya jam pelajaran matematika selesai, tentunya ditutup oleh tugas yang sangat mengasah otak. Bu Eri memang dikenal sangat rajin memberi anak didiknya tugas, tentu hal tersebut bertujuan agar anak didiknya lebih mengerti dan terbiasa dengan soal-soal yang memiliki tingkat kesulitan tertentu. Bagi siswa-siswa pintar seperti Gara, hal tersebut bukanlah hal yang menjengkelkan, tetapi bagi murid yang kurang suka matematika hal tersebut seperti mendapat tugas dari neraka. Kalian bagaimana? apa kalian suka matematika?

Setelah matematika, kelas 12 IPA 1 mendapatkan pelajaran sejarah. Pelajaran yang sangat cocok untuk mendinginkan otak setelah mendapatkan mapel matematika. Mapel ini menjadi mapel favorit Nandara, karena tidak banyak menguras otak dan pelajarannya cukup santai. Walaupun banyak yang harus diingat dan dihafal, bagi Nandara hal tersebut tidaklah se-susah matematika. Sepuluh menit setelah Bu Eri keluar dari kelas, guru pengajar sejarah pun memasuki ruang kelas, beliau bernama Pak Aden. Pak Aden memiliki pembawaan yang asyik dan simpel saat mengajar, selain itu beliau juga masih tergolong cukup muda sehingga membuat murid lebih mengerti materi yang beliau bawakan.

"Selamat pagi anak-anak" ucap Pak Aden

"Selamat pagi, Pak"

"Sepertinya ada wajah baru dikelas ini ya" tanya Pak Aden menyadari adanya murid baru di kelas 12 IPA 1.

"Abim habis sulam alis Pak!" teriak Raka, si tukang jahil di kelas ini. Sontak seisi kelas tertawa mendengarnya. Abim yang mendengarnya langsung menyahut tidak terima. "Enak aja lo! alis gue emang tebel gini ye!" Raka menjulurkan lidahnya kearah Abim guna membuatnya lebih jengkel lagi. 

"Hahaha sudah-sudah, kalian nggak perlu berantem disini, di bawah aja tuh lapangan luas" canda Pak Aden.

"Nak, ayo perkenalkan diri kamu, bapak belum tau nama kamu" pinta Pak Aden. Dengan cepat Nadia berdiri dari kursinya.

"Perkenalkan pak, saya Nadia Syafira, bisa dipanggil Nadia" ucap Nadia. 

"Baik Nadia, kalau boleh bapak tau, apa alasan kamu pindah kesini?" tanya Pak Aden. Skak mat. Nadia terdiam sebentar dan menjawab pertanyaan Pak Aden dengan sedikit gugup. "Em- karena orangtua pak"

"Baiklah, kamu nggak perlu sampai gugup begitu hahaha bapak ini orangnya santai" ucap Pak Aden. "Oke Nadia, kamu boleh duduk kembali. Oiya nama bapak, Aden, panggil saja Pak Aden oke??" sambung Pak Aden. Nadia menganggukan kepalanya dan kembali duduk. 

Kelas mulai seperti biasa, kali ini Nandara terlihat sangat fokus dan serius. Gara yang melihatnya dari belakang berniat untuk mengerjai temannya, tetapi mengingat seberapa galaknya Nandara membuat Gara mengurungkan niatnya. "Daripada gue kena bogem mentah disini, mending cari aman aja dah" pikir Gara sambil bergidik ngeri.

Sebenarnya, Nandara tidak terlalu fokus hari ini. Setelah kejadian murid baru itu, fokusnya terbelah. Ia terus saja mengingat dan membayangkan wajah murid baru itu. Kini ia sedikit frustasi, tak biasanya ia seperti ini. Ia hanya bisa berharap bisa kembali fokus lagi.

Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa SMA Santosa berhamburan keluar kelas. Beberapa dari mereka langsung menuju kantin, ke taman sekolah, ada juga yang pergi ke perpustakaan untuk sekedar mencari AC. Kali ini Gara dan Nandara memutuskan untuk pergi membeli minum saja di kantin, lalu pergi menuju taman sekolah. Mereka sedang pusing saat ini, Gara memikirkan olimpiadenya dan Nandara memikirkan lomba basket yang tinggal sebulan lagi. 

"Eh lo ada rencana ga setelah olimpiade lo selesai?" tanya Nandara seraya menyeruput es milo miliknya.

"Mungkin gue bakal ke Bali, tapi masih ragu juga sih. Lo gimana? hari lomba kita kan barengan nih, kira-kira lo udah rencanain belum?" sahut Gara.

"Belum, makanya gue nanya elo, gue mau nebeng soalnya" ucap Nandara tanpa dosa. 

"Yaelah, lo mah gak ada tujuan hidup, nempel mulu lo sama gue" canda Gara.

"Ngaca bego! lo tuh yang selalu nanyain gue, bilang aja lo nyari temen ke Bali" sahut Nandara.

"Lo emang paling tau kalo soal gue hahaha" tawa Gara.

Mereka kembali terdiam, Gara berkutat kembali pada buku-buku dan latihan soal miliknya, sedangkan Nandara hanya bermain game didepan Gara. Tak mungkin kan kalau Nandara tiba-tiba berlatih basket ditaman?

"Eh gimana menurut lo?" tanya Gara tiba-tiba.

"Apaan? lo ga jelas banget dah" sahut Nandara dengan kesal.

"Ituu si anak baru, si Nadia" ucap Gara. Nandara terdiam sebentar, ia mengingat kembali rasanya, ia mengingat wajahnya kembali. Sialan. Batinnya.

"Biasa aja" ucap Nandara dengan ekspresi wajah yang sedang ia kontrol dengan baik.

"Beneran?" tanya Gara kembali.

"Lo mau gue tinju?" ucap Nandara dengan kesal.

"Santai mas bro!, tinggal jawab iya aja susah lo" ucap Gara sambil tertawa. 

"Tapi dia lumayan loh"

"Lumayan apa?" tanya Nandara.

"Cantik" sahut Gara dengan polos. Seketika Nandara merasa ada sesuatu yang aneh dari dirinya, seperti perasaan tak suka? ia seperti tak suka mendengar perkataan Gara barusan. Dengan cepat ia mengalihkan pikiran dan lanjut fokus pada game nya.

"Permisi" 

Tiba-tiba seorang perempuan datang ke arah meja Gara dan Nandara. Gara menengok pada sumber suara dan ternyata itu adalah Nadia. Murid baru dikelasnya. 

"Iyaa" sahut Gara dengan ramah.

"Gue boleh gabung disini ga? kursi di kantin penuh semua dan cuma ditempat kalian aja yang masih ada kosong" tanya Nadia.

Gara langsung menoleh ke arah Nandara, menanyakan persetujuannya. Nandara langsung menganggukan kepalanya sesaat setelah melihat Gara. Tumben sekali Nandara memberikan izin kepada orang lain untuk duduk bersama mereka. Terlebih lagi, orang itu merupakan seorang perempuan.

"Ohh boleh kok, boleh  disana aja duduk, di sebelah Nandara" ucap Gara sambil tersenyum. Nadia yang mendengarnya merasa lega, akhirnya ia bisa duduk dan menikmati makanan ringan miliknya. 

"Nadia, gue boleh tanya ga?" tanya Gara. Nandara menoleh bingung ke arah Gara, apa hal yang ingin ditanyakan?

"Iya boleh, kenapa?" ucap Nadia.

"Lo kenapa pindah kesini?"

Nadia sedikit terkejut dengan pertanyaan Gara, ia sedikit ragu saat ingin berbicara. Gara yang melihatnya merasa aneh begitu pula dengan Nandara. 

"Udah, lo ga perlu jelasin kalo emang lo gamau jelasin" Ucap Nandara. Nadia menatap Nandara dengan tatapan sedikit takut lalu menganggukkan kepalanya dan lanjut menyantap snack miliknya. Di lain sisi, Gara merasa ada sesuatu yang aneh pada Nadia. Tak ingin ambil pusing, ia langsung mengalihkan fokusnya pada soal-soal 'keramat' yang ada didepannya saat ini. 

Bel pun berbunyi, tandanya jam istirahat sudah berakhir. Nandara, Gara, dan Nadia bergegas kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran dengan baik hingga jam pulang sekolah nanti. Istirahat kedua mereka hanya berjalan seperti biasa, Gara dan Nandara menuju taman sedangkan Nadia diam di kelas sambil berkenalan dengan teman baru. Hari ini Nadia menemukan teman baru bernama Stella. Stella sangat friendly, ia adalah sosok teman yang ia impikan sejak dahulu. Nadia merasa senang dan lega sekali, akhirnya ia bisa keluar dari sekolahnya yang lama dan membuka lembar baru disekolah ini.

-----

Author's note:

Halo semua! selamat datang di Chapter 2!! semoga kalian engga bosen yaa dengan chapter ini! emang sengaja aku buat agak slow ehehhe

oiyaa kemarin aku belum bisa up karena lagi ga enak badan, kalian jangan lupa jaga kesehatan yaa!! 

Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya!

Have a nice day<3

sincerely, Lilly

13.08.2021

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status