Share

Chapter 1

How did love become love?

Jam menunjukkan pukul 05.30 pagi, seorang laki-laki sedang berjalan melewati koridor sekolah. Kakinya melangkah ke tengah lapangan. Laki-laki itu adalah Nandara, si Mr. Perfect yang dingin hati. Sesaat setelah sampai di lapangan, ia mulai melakukan pemanasan dengan berlari kecil.  Setelah dirasa cukup, ia mengambil bola basket miliknya dan memainkannya. Ia sedang berlatih untuk perlombaan bulan depan. Disela-sela ia berlatih, seseorang menghampirinya. Laki-laki primadona sekolah yang sangat pintar dan berprestasi di bidang akademik. Dia adalah Garaga Adiyatma.

"Woi!" teriak Gara. Nandara yang mendengarnya segera menoleh ke arah teriakan tersebut.

"Apaan" sahut Nandara dengan singkat.

"Jangan serius-serius amat lah, kan lo bisa latihan nanti sore" ucap Gara sambil duduk dipinggir lapangan. "Inget jangan terlalu stress, gue yakin lo pasti bakal menang tahun ini" 

"Iya, lo juga ngapain pagi-pagi buta kesekolah?" tanya Nandara dengan tangannya yang sibuk mendribble bola.

"Gue ada pelatihan olimpiade jam 7" sahut Gara dengan santai. Nandara tak membalas ucapan Gara. Dengan santainya Nandara berjalan mendekati Gara.

"Eh lo gimana sama Stella?" Tanya Gara. Nandara memukul lengan Gara. "Apaan sih lo?!, gue gak ada apa-apa sama dia" 

"Yang bener?? lo kan deket banget sama doi" sahut Gara. Nandara menatapnya dingin seraya membalas "Mata lo pincang! gue gak ada deket sama dia!! lagian, dianya aja yang suka nempel sama gue"

"Sana pergi! lo gangguin  gue mulu daritadi" usir Nandara. Gara hanya bisa pasrah dan melangkah pergi, temannya itu memang tidak mengasyikan. Setelah kepergian Gara, Nandara melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

Waktu berjalan sangat cepat. Sekolah mulai ramai, murid-murid mulai berdatangan. Nandara dengan cepat menuju kamar mandi untuk mengganti baju basketnya dengan seragam sekolah, mengeringkan badannya dengan handuk dan membasuh wajahnya yang dihujani keringat itu, tak lupa ia memakai parfum sebanyak mungkin. Tujuannya sudah jelas agar tidak bau asam. Ia akan sangat malu juga ada yang mengatakannya bau ketek. "Masa udah ganteng eh malah bau ketek" begitu pikirnya. Setelah selesai, ia segera keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kelas.

Sebelum menuju kelas, ia melipir sebentar ke loker miliknya. Seperti yang sudah ia duga, lokernya penuh dengan sticky notes berbagai warna menempel di pintu loker. Surat-surat 'aneh' diselipkan pada celah antara pintu loker dan pembatasnya, surat-surat itu terlihat kusut seperti dipaksakan masuk ke dalam loker yang terkunci itu. Nandara hanya bisa menghela nafas, ia melihat ke arah samping dan mendapati loker sahabatnya juga bernasib sama seperti miliknya. Penuh dengan surat, notes, bunga yang ditempel, dan banyak lagi. 

"Dih gaada kerjaan bat dah, gak bakal dibaca juga" pikir Nandara. Tangannya sibuk melepaskan notes tersebut dan memasukannya kedalam tempat sampah mini yang selalu tersedia di dekat loker milikinya. Setelah lokernya bersih, ia lanjut membersihkan milik Gara. Dengan kesal ia membuang semua 'sampah' itu kedalam bak sampah besar. 

"Rajin amat lo" ucap Gara, ia baru saja keluar dari ruang pelatihan yang kebetulan tidak jauh dari tempat loker mereka berada.

"Bilang makasih ke gue, udah gue beresin tuh semua" ucap Nandara sambil menunjuk ke arah loker Gara, lalu ia menyodorkan tempat sampah mini yang ia bawa kepada Gara. 

"Ga ikhlas lo?" sahut Gara sambil tertawa. Nandara yang mendengarnya sudah siap untuk memukul temannya itu. "Iya iya! makasih banyak boss!!" ucap Gara dengan nada meledek. Seperti biasa Nandara tak menghiraukannya, ia memilih untuk pergi dari sana, lalu diikuti oleh Gara. Mereka berjalan bersama menuju ruang kelas.

"Pulang sekolah nanti lo ada kemana?" tanya Nandara.

"Gaada sih, gue langsung balik aja, materi buat lomba masih banyak" sahut Gara dengan lesu. Ia sangat pusing saat ini, otaknya seperti terbakar dan penuh dengan informasi. 

"Gue kerumah lo ya, numpang ngegame" ucap Nandara yang langsung dibalas anggukan setuju oleh Gara. Mereka memang memiliki kepribadian yang berbeda, yang satu dingin dan irit bicara sedangkan satunya lagi ramah dan senang bersosialisasi. Mungkin, bagi orang yang baru mengenal mereka, akan mengira bahwa Nandara sangatlah jahat, karena ia selalu menjawab perkataan Gara dengan singkat. Yang sebenarnya adalah Nandara merupakan sosok sahabat yang sangat peduli, ia yang paling mengerti segala keadaan dan isi hati Gara. 

Setelah sampai di kelas, mereka langsung menuju meja masing-masing. Nandara duduk tepat didepan meja Gara. Sebenarnya, mereka duduk sebangku, tetapi wali kelas mereka, bu Eri, membuat peraturan tempat duduk yang bervariasi. Hal ini bertujuan agar tidak ada yang merasa tidak memiliki teman.

"Nan, lo udah sarapan belum?" tiba-tiba seorang perempuan menghampiri Nandara yang sedang fokus bermain ponsel. Gadis itu adalah Stella, Stella Nandana. Ia sangat mengagumi sosok Nandara, mungkin ia terlihat terlalu 'ngebet' untuk dekat dengan Nandara, tetapi percayalah ia hanya ingin berbicara dengannya. Ia sudah berjanji untuk menyukainya dalam diam. 

"Udah" sahut Nandara dengan singkat. "Stel, gue capek. Lo bisa kan ga usah ganggu gue dulu?" sambungnya kembali. Hati Stella teriris, kata-kata itu sangat menyakitkan, tapi tidak apa, hal tersebut sudah biasa ia dengar dari mulut seorang Nandara. Setelah mendengarnya, Stella tersenyum dan menaruh roti yang ia bawa diatas meja milik Nandara lalu pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Gara yang menyaksikannya dari belakang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, sahabatnya itu memang seperti itu sejak dahulu. Jika ia sudah berkata tidak, maka akan tetap tidak. Tak lama setelah Stella pergi, Bu Eri masuk ke ruang kelas. Seketika teman-teman kelasnya berhamburan mencari tempat duduk mereka. 

"Selamat pagi anak-anak" ucap Bu Eri. "Selamat pagi Bu"

"Hari ini, kalian akan kedatangan teman baru. Ibu mohon kerjasama kalian ya!!" ucap Bu Eri dengan penuh semangat. Para siswa laki-laki mulai berbicara, mereka mengharapkan murid yang datang adalah seorang perempuan, sementara siswa perempuan berharap bahwa yang datang adalah laki-laki berwajah tampan alias cogan. 

"Ayo nak, silahkan masuk" ucap Bu Eri pada murid baru itu. Sesaat setelah murid baru itu masuk, ruang kelas dipenuhi oleh berbagai reaksi. "Perkenalkan diri kamu terlebih dahulu"

"Selamat pagi, saya........"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status