Sore ini Nadia pergi menuju taman. Ia sudah bosan berdiam diri didalam kamar selama satu minggu penuh. Bukan. Bukan karena paksaan bunda, tetapi ia saat ini sedang sakit. Bisa disebut begitu bukan?
Nadia duduk termenung pada bangku kosong yang menghadap kearah sebuah kolam besar, ia sedang larut dalam pikirannya. Semua memori pahit itu kembali lagi, dalam seminggu ini ia tidak tenang. Menangis, berteriak, kesakitan, dan takut. Hanya itu yang ia rasakan. Menyedihkan bukan? Tapi ini adalah hal yang harus ia tanggung. Ia sama sekali tak menyesal telah melindungi temannya pada saat itu, ia juga sudah berfikir bahwa ia akan berakhir seperti ini.
Sejujurnya, Nadia sangat merindukan teman-temannya. Ia tak ingin mereka merasa bersalah, ini murni terjadi karena ketidaksengajaan. Tidak ada yang mengetahui hal ini selain keluarganya, namun sekarang teman-temannya sudah mengetahui hal tersebut. Sebaiknya saat Nadia kembali sekolah, ia harus meminta maaf.
"Nad
Author's note: Haii~ gimana chapter ini? i hope you guys like it^^ yuk support aku dengan vote dan kasi komen yaa oiyaa!! HAPPY NEW YEARR GUYSS!!! Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya! Mohon maaf jika ada typo dalam penulisan chapter ini! Have a nice day<3 sincerely, Lilly 07.01.2022
Garaga Adiyatma, laki-laki yang akrab dipanggil Gara itu berdarah campuran Jerman-Bali. Ia sangat menawan dan juga populer di SMA SEVERI. Tak heran banyak yang mengidolakan Gara, sampai-sampai suatu hari meja dan lokernya dipenuhi oleh surat-surat cinta, bunga mawar, dan juga cokelat mahal. Ia memang primadona sekolah bersama dengan temannya, Nandara. Julian Nandara adalah kapten basket SMA SEVERI. Ia biasa dipanggil Nandara. Ia adalah teman baik Gara sejak SMP, ia juga salah satu murid yang sangat populer disekolah. Tak jarang juga ia mendapatkan banyak surat hingga membuatnya sangat amat kesal. Nandara adalah sosok laki-laki dengan tatapan dingin dan hanya berbicara seperlunya. Ia sangat tegas dan disiplin dalam segala hal, tak jarang ia juga disebut Mr. Perfect. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama, walaupun memiliki banyak kepentingan pribadi, mereka tetap meluangkan waktu untuk bermain dan refreshing bersama-sama. Sampai ketika seseorang hadir dalam lingkaran mereka, orang
How did love become love? Jam menunjukkan pukul 05.30 pagi, seorang laki-laki sedang berjalan melewati koridor sekolah. Kakinya melangkah ke tengah lapangan. Laki-laki itu adalah Nandara, si Mr. Perfect yang dingin hati. Sesaat setelah sampai di lapangan, ia mulai melakukan pemanasan dengan berlari kecil. Setelah dirasa cukup, ia mengambil bola basket miliknya dan memainkannya. Ia sedang berlatih untuk perlombaan bulan depan. Disela-sela ia berlatih, seseorang menghampirinya. Laki-laki primadona sekolah yang sangat pintar dan berprestasi di bidang akademik. Dia adalah Garaga Adiyatma. "Woi!" teriak Gara. Nandara yang mendengarnya segera menoleh ke arah teriakan tersebut. "Apaan" sahut Nandara dengan singkat. "Jangan serius-serius amat lah, kan lo bisa latihan nanti sore" ucap Gara sambil duduk dipinggir lapangan. "Inget jangan terlalu stress, gue yakin lo pasti bakal menang tahun ini" "Iya, lo juga ngapain pagi-pagi buta kesekolah?" tanya Nandara dengan tangannya yang sibuk mend
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Ayo nak, silahkan masuk" ucap Bu Eri pada murid baru itu. Sesaat setelah murid baru itu masuk, ruang kelas dipenuhi dengan berbagai reaksi. "Perkenalkan diri kamu terlebih dahulu" "Selamat pagi semua, nama saya Nadia Syafira, bisa dipanggil Nadia" ucap perempuan bernama Nadia tersebut. Parasnya yang elok, membuat seisi kelas terkagum-kagum saat melihatnya, hal tersebut berlaku juga untuk laki-laki dingin itu, yaitu Nandara. Ia terdiam sekejap saat melihat Nadia. "Saya harap, kita semua bisa menjadi teman baik sampai sukses nanti" lanjut Nadia. Seisi kelas memberikan tepuk tangan yang meriah setelah Nadia selesai memperkenalkan dirinya didepan kelas. Melihat anak didiknya yang tiba-tiba semangat itu membuat Bu Eri menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyuruh Nadia untuk segeranduduk di bangku yang kosong. Bangku kosong itu berada tepat disebelah Gara, ia akan menjadi teman sebangku Gara selama y
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Seperti yang telah mereka rencanakan, Nandara pergi kerumah Gara untuk bermain gamebersama. Sore ini, Nandara tidak memiliki jadwal latihan begitupula dengan Gara, maka dari itu mereka bisa menghabiskan waktu istirahat mereka bersama. "Permisi tante" ucap Nandara setibanya ia dirumah Gara. "Permisi, Ma" ucap Gara "Ehh ada Nanda disini? ayo sini masuk, gaperlu pake salam lagi" sahut Mara, Ibunda Gara. "Hehehe iya tante, Nanda numpang main disini yaa" izin Nandara dengan sopan. "Tiap hari kesini juga gaapa kok" ucap Mara "Gimana sekolah kalian? lagi engga ada latihan ya?" "Iya ma, tumben banget dapet waktufreegini" sahut Gara. Sang Ibunda mengangguk dan mempersilahkan mereka untuk kedapur. "Kalian makan siang dulu ya, Mama mau masuk dulu" ucap Mara sambil tersenyu
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Pagi ini, Nandara pergi menuju rumah Gara. Hari ini ia ingin menebus kesalahan kecil yang ia buat kemarin, ia rasa Gara masih kesal dengannya. Setelah sampai dirumah Gara, ia langsung menelponnya untuk menyuruhnya turun dan segera pergi ke parkiran. "Woii" sapa Nandara "Woi bro, tumben amat ngajak gue jalan pagi-pagi" ucap Gara "Suntuk gue dirumah, kuy cabut" sahut Nandara, tentu saja ia berbohong, jika tidak maka habislah dia diledek Gara. Gengsinya memang sangat besar. Nandara melajukan mobilnya kesuatu tempat, tempat itu menjadi tempat favorit Gara sedari kecil. Dahulu ia sering menghabiskan waktunya ditempat ini bersama dengan Ibunya. Setiap kali ia merindukan Ibunya, ia akan pergi ke tempat ini dan hari ini ia sangat merindukannya. "Lo mau ke taman lagi, Nan? tanya Gara. Nandara menoleh sebentar kearah Gara
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Wahhhhh" ucap Gara dan Nandara setelah melihat meja makan. Nadia yang melihat meja tersebut memasang wajah biasa, seakan hal tersebut memang lumrah terjadi dikeluarganya. "Kenapa nak?" tanya Bunda Nadia "Engga tante, saya cuma kaget aja" ucap Nandara dengan cepat "Gaapa, wajar kalian kaget, bunda gue kalo masak emang suka banyak-banyak dan hari ini emang beneran kebanyakan" ucap Nadia dengan polos. Bundanya memang suka sekali memasak dalam porsi yang kurang wajar. Padahal dirumahnya hanya empat orang saja. Bayangkan saja, Bunda Nadia memasaknya seperti porsi militer, super duper banyak bukan? "Ayo dimakan dulu" ucap Bunda Nadia sambil tersenyum dan menyodorkan sepiring nasi kehadapan Nandara, Gara, dan juga Nadia. Mereka makan dengan tenang, sesekali mereka tertawa atas tingkah laku Gara yang memuji masakan Bunda Nadia. Bunda
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Ah! Sialan!" maki Nandara, ia merasa frustasi dan akhirnya memutuskan untuk pergi kesana lain kali saja. Ia melajukan mobilnya menuju rumah. Sesampainya dirumah, Nandara langsung menuju kamar dan mengurung diri. Hari ini sangat berat baginya, setelah mengunjungi rumah Nadia, ia malah makin merindukan mamanya. Memori yang masih melekat dikepalanya terus berputar, ia tak tahan lagi, ia ingin menangis. Saat Nandara sedang kalut dalam pikirannya, seseorang mengetuk pintu kamar Nandara. Nandara bangun dari tempat tidurnya lalu beranjak pergi untuk membuka pintu kamar. "Nan, mau ikut papa?" tanya orang yang mengetuk pintunya tadi, ia adalah papanya Nandara. "Kemana, Pa?" sahut Nandara dengan bingung. "Papa kangen Mama, rencananya mau ke makam Mama hari ini" ucap papa Nandara dengan hati-hati, ia tahu bahwa putranya ini masih
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Nandara sampai didepan rumah Gara, ia ingin menelfon Gara untuk menyuruhnya turun, namun ia teringat bahwahandphoneGara ada padanya. Dengan setengah hati, ia turun dan memencet bel rumah Gara. Seseorang dengan mata sembab membuka pintu. "Buset, mata lo kenapa tuh" ucap Nandara, ia sedikit terkejut melihat Gara yang muncul dengan penampilan seperti itu. "HP gue ilangggg" rengek Gara dan mulai terisak lagi. "Apaan sih lo! alay tau ga!" ucap Nandara dengan kesal, ia masuk kedalam rumah Gara dan duduk diatas sofa. Si empunya rumah hanya menutup pintu dengan lemas dan berjalan pelan kearah Nandara untuk ikut duduk. "Nih HP lo!" ucap Nandara sembari menyodorkanhandphonemilik Gara kearah sang pemilik. "LO NYURI HP GUE YA?!" teriak Gara dengan curiga "DIH APAAN SIH LO! EL