Share

2. Mencari Tahu

“Jangan berpikir yang aneh-aneh! Jangan pernah juga berpikir untuk merusaknya!”

Teguran Ben tentu saja membuyarkan lamunan Larry.

Ia pun protes dengan tuduhan Ben. Namun Ben bersikukuh mengingatkan Larry agar tidak mengganggu Camelia.

Sahabatnya itu sangat mengenal Larry dan tidak main-main. 

Hanya saja sepeninggal Ben, Larry mengambil ponsel pintarnya dari saku celana. Ia segera berselancar di peramban yang khas bawaan ponsel pintarnya. Larry mengetikkan camelia rusticana dan keningnya langsung berkerut tatkala mendapati hasil yang diberikan oleh mesin pencari dari peramban. Japanese camelia atau bunga camelia dari Jepang. Tidak puas dengan informasi yang diperolehnya, Larry menambahkan nama kampus di belakang nama camelia. 

Voila!

Foto Camelia seperti pada berkas yang dibawa Ben langsung muncul. Untuk beberapa detik lamanya, Larry memandangi wajah dalam foto yang memenuhi seluruh permukaan layar ponselnya. Hatinya kembali melafalkan nama Camelia Rusticana.

Wajah serius namun polos Camelia membuat Larry terpana untuk beberapa saat lamanya.

Tanpa sadar, telunjuk Larry bergerak di atas permukaan layar ponsel. Dan tampilan dalam layar pun bergerak ke atas. Deretan informasi mengenai Camelia tersaji dan Larry membacanya dengan perlahan, satu demi satu. 

- Penerima beasiswa pendanaan penuh.

- Juara I lomba debat.

- Juara I lomba karya tulis ilmiah

- Juara I….

"Wow!" Larry semakin kagum karena semua prestasi yang ditorehkan Camelia. 

Gila! Gadis ini selalu menjadi yang pertama. Larry memaki dalam hati.

Telunjuk Larry kembali bergerak sehingga informasi lainnya tentang Camelia kembali bermunculan. Hingga sampailah Larry pada bagian paling bawah dari halaman profil Camelia. Informasi yang ada di sana mengatakan bahwa Camelia diterima menjadi buddy untuk program pertukaran mahasiswa asing.

Di bawah informasi tersebut, Larry membaca kalimat motivasi yang ditulis oleh Camelia.

Kalimat yang terkesan ambigu karena ditulis dengan gaya santai dan dihiasi emoji tawa lebar, dua jari yang membentuk huruf V, serta tak ketinggalan emoji senyum yang bertebaran di mana-mana. Camelia dengan jujur menulis bahwa yang membuat gadis itu melamar menjadi buddy adalah honor yang ditawarkan oleh panitia.

Honor dalam rupa mata uang dolar yang jika dikonversi ke rupiah memunculkan angka yang sangat fantastis. Dan alasan selanjutnya, Camelia menulis bahwa kegiatan menjadi buddy  dianggapnya dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya. 

Larry segera keluar dari laman kampus Camelia. Dia terlihat sedikit bingung setelah melihat informasi tentang Camelia. Larry bingung dengan apa yang sebaiknya ia rencanakan untuk Camelia. Niat ingin mengerjai gadis itu nanti setibanya di kampus Camelia mendadak musnah. Larry tidak yakin gadis pintar seperti Camelia akan bisa dengan mudahnya masuk perangkap. 

Tapi tunggu dulu! Senyum lebar yang lebih menyerupai seringai langsung menghiasi wajah tampan Larry.

Camelia memang pintar, tapi dari alasan tentang keikutsertaannya menjadi buddy jelas menunjukkan bahwa gadis itu sangat membutuhkan uang. 

Uang.

Ya, uang! 

Larry akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa uang adalah masalah besar bagi Camelia. Dan tentu saja menjadi hal yang berkebalikan dengan Larry. Bagi Larry, yang bukanlah sumber masalah sehingga menurutnya, menaklukkan Camelia seperti rencananya semula, nampaknya, akan tetap berjalan mulus.

"Kita lihat nanti, Camelia. Mana yang akan lebih menguasai dirimu, kepandaianmu atau keinginanmu memiliki banyak uang." Larry menatap lurus ke koridor kampus yang lengang. Senyum lebar serupa seringai jahat kembali menghiasi wajah Larry yang luar biasa rupawan.

***

Jadi di sinilah, Larry.

Namun sejak menginjakkan kaki di kampus Camelia, pria itu tidak pernah berhenti mengeluh.

Ditambah cuaca panas dan terik yang sukses membuat Larry semakin mudah tersulut amarah.

Bagi Larry, fasilitas kampus Camelia sangat kurang memadai!

Entah sudah berapa kali Larry meminta panitia untuk segera mengakhiri tur kampus dan segera masuk ke dalam ruangan dengan penyejuk udara.

"Camelia!" Larry mendengar panitia di sampingnya setengah berteriak memanggil Camelia.

Pria itu langsung teringat bahwa Camelia adalah buddy-nya. 

Sayangnya, sosok Camelia belum juga muncul ke hadapan panitia yang memanggilnya. 

Dan hal itu kembali menerbitkan kesal pada hati Larry.

Dengan ekspresi tidak sabar sekaligus penasaran, Larry mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kampus. Mencoba menemukan Camelia di antara kerumunan mahasiswa. Namun sosok Camelia belum juga terlihat. 

“Di mana Camelia?” Nada penasaran terdengar jelas dari suara Larry.

Panitia yang memanggil Camelia sontak menoleh ke arah Larry.

Dengan ekspresi kesal–kesal karena Larry terlalu banyak mengeluh–panitia itu balik menanyai Larry, "Kenapa kamu ingin tahu?"

“Dia buddy-ku,” jawab Larry santai.

Panitia itu langsung mengecek dalam daftar yang dibawanya. 

“Dia akan segera datang. Tunggu saja.”

Jawaban bernada datar dari panitia itu membuat Larry memasang senyum masam.

Melalui alat komunikasi yang dipegangnya, panitia itu bertanya tentang posisi Camelia.

Setelahnya, Larry bisa mendengar jawaban dari sebuah suara bernada panik.

Dan benar saja, setelah itu Larry melihat seorang gadis berjalan tergopoh ke arahnya dan panitia!

Larry sontak memandangi sosok Camelia yang berjalan semakin dekat.

Namun entah mengapa, mata Larry nyaris tidak berkedip mengamati sosok Camelia. Tubuhnya yang kurus dan kaos seragam yang dikenakan Camelia terlihat kedodoran memang tak menarik. Hanya saja, ada sesuatu pada penampilan Camelia yang membuat gadis itu terlihat manis.

Larry masih terus mengamati Camelia yang sedang berbicara serius dengan panitia. Ada ekspresi lelah di wajah Camelia. Namun itu semua langsung musnah bersamaan dengan mengembangnya senyum dari bibir Camelia yang dipoles tipis pewarna bibir berwarna merah muda. 

“Camelia, ini Larry. Mahasiswa yang harus kamu dampingi selama kegiatan,” ujar panitia sebelum mengakhiri pembicaraan dengan Camelia. 

“Oh, hai. Aku Camelia.” Nada ramah dan ceria langsung menyergap pendengaran Larry ketika Camelia melihat ke arahnya sambil mengulurkan tangan. Mengajak berjabat tangan sambil tetap menampilkan senyum yang terkembang di wajahnya.

“Larry!” datarnya.

Camelia tampak bingung kala pria itu tidak menyambut uluran tangannya. Namun, dia maklum. Mungkin Larry kesal padanya, kan?

“Maaf, aku baru menemuimu. Ada beberapa hal yang harus aku urus terkait dirimu selama kegiatan ini,” ucap gadis itu pada akhrinya.

Namun lagi-lagi, Larry hanya merespons alasan yang diberikan Camelia dengan dehaman singkat.

Mendapat respons itu, Camelia terdiam. Hanya saja, dia teringat tugasnya!

Camelia sontak menyerahkan map plastik transparan kepada Larry sambil menjelaskan apa saja yang ada di dalam map tersebut.

“Aku tidak akan tinggal di asrama,” putus Larry menyela penjelasan Camelia. “Bisakah kamu membawaku ke aula? Di sini sangat panas.”

Camelia melihat kulit putih Larry yang memang mulai memerah. Namun, dia tidak bisa membuat keputusan sendiri terkait kapan mereka semua akan kembali ke aula sehingga ia hanya bisa memberi jawaban yang menurutnya aman.

“Setelah ini, kita akan ke aula.”

Camelia bisa mendengar Larry berdecak kesal sambil memainkan ponsel yang baru saja diambilnya dari dalam tas.

Pria itu tampak menelpon seseorang dan begitu telepon berakhir, muncullah sosok laki-laki yang langsung menepuk bahu Larry. 

“Hai, Camelia!” sapa pria asing yang kemungkinan besar teman Larry.

Berbeda dengan buddy-nya, dia tampak tersenyum ramah.

Camelia sontak membalas sapaan teman Larry sambil melambaikan tangan. "Hai, kamu--?"

“Aku Ben. Benjamin.” Ben menyebutkan namanya tanpa mengulurkan tangan.

Camelia mengangguk sambil bibirnya melafalkan nama Ben.

Hanya saja, ketua panitia telah lebih dulu mengumumkan agar seluruh mahasiswa asing dan buddy menuju aula.

Larry langsung mengambil langkah. Meninggalkan Camelia dan Ben di belakangnya.

Ben berinisiatif meminta maaf atas sikap Larry pada Camelia.

“Tidak apa-apa, Ben. Setiap orang beradaptasi dengan cara berbeda,” jawab Camelia sambil tersenyum.

Di detik Camelia mengakhiri kalimatnya, di detik itu pula Ben terpesona dengan Camelia....

Rasanya, dia ingin bertukar dengan Larry dan melindungi Camelia dari temannya yang liar itu! 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status