Demi menambah biaya hidup, Camelia Rusticana mendaftar untuk menjadi buddy mahasiswa asing pada program pertukaran mahasiswa di kampusnya. Siapa sangka, Camelia terpilih menjadi buddy bagi Larry Brown, seorang pewaris dari salah satu miliarder di negeri adidaya. Larry yang merupakan pemuja kehidupan bebas, tidak segan mengerjai Camelia dengan memberi "tawaran nakal" pada gadis itu. Lantas bagaimana kisah Camelia selanjutnya? Mampukah ia mengakhiri kontrak sebagai buddy Larry Brown dengan aman?
Lihat lebih banyak“Berapa yang kamu butuhkan, Camelia?” Larry tahu, ketika ia melontarkan pertanyaan itu, ia akan mendapati air muka Camelia berubah karena pertanyaannya bermakna harapan bagi gadis di hadapannya. Meskipun bibirnya tidak melengkungkan senyum, tapi binar di kedua mata Camelia cukup untuk memberi tahu Larry.Camelia ragu untuk mengatakan jumlah yang dibutuhkannya. Pasalnya, itu bukanlah jumlah yang sedikit. Camelia ragu Larry akan menyanggupi.“Seratus juta,” jawab Camelia lirih. Ternyata lumayan besar, batin Larry dalam hati. Laki-laki itu bersiap akan menyanggupi, tapi ia menginginkan negosiasi.“Apa yang akan kamu berikan jika aku menyanggupi, hm?” Larry menatap Camelia serius. Meskipun sebenarnya ia tidak tega. Terlebih begitu melihat Camelia menunduk karena kebingungan harus menjawab apa.Cukup lama Larry menunggu dan Camelia ternyata hanya memberinya gelengan lemah sebagai jawaban.“Aku akan mengikuti semua permintaanmu.” Jawabn Camelia tentu saja menerbitkan seringai di wajah tampa
Camelia seperti bermimpi. Ia sukar memercayai apa yang baru saja ditangkap indera pendengarannya. Benarkah ia mendengar Larry mengatakan bahwa menyukai dirinya? Kamu tidak salah dengar, Camelia. Begitulah hati Camelia membenarkan. Bukankah ia juga merespons pernyataan Larry dengan pertanyaan. Pertanyaan bernada ketidakpercayaan.Otak Camelia lalu sibuk menghitung berapa lama ia dan Larry bertemu lalu berinteraksi. Masih belum lama. Jawab Camelia cepat, lagi-lagi di dalam hatinya. Interaksi biasa nan wajarlah yang selama ini mendominasi hubungan antara Camelia dengan Larry. Dan baru kemarin malam, tepatnya di acara pesta yang Larry gelar di tempatnya, hubungan Camelia dan Larry berubah sangat cepat. Ini semua karena sentuhan fisik yang mereka berikan satu sama lain.Camelia memang telah menyukai Larry sejak hari pertama ia menjadi buddy. Bisa dibilang, perasaan Camelia seperti cinta pada pandangan pertama. Camelia menyukai Larry karena apa adanya laki-laki itu. Bukan karena status dan
Camelia terperanjat begitu indera pendengarannya menangkap suara ketukan di pintu kamar. Sebelum beranjak dari kursinya, Camelia melihat jam dinding yang menggantung di salah satu dinding. Pukul tujuh malam. Siapa gerangan yang datang mengunjunginya malam-malam begini? Meskipun di luar sana, pukul tujuh bisa dibilang sore, tapi itu tentu saja berbeda dengan di asrama. Tidak mungkin Rosaline yang datang berkunjung. Pasalnya, mereka baru saja bertukar pesan via aplikasi perpesanan instan.“Nona Camelia, ini saya. Sopir Tuan Larry.” Kelegaan memenuhi rongga dada Camelia setelah mendengar suara dari balik pintu. Larry ternyata bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tanpa ragu, Camelia segera melangkah menuju pintu lalu membukanya. Tampak sopir Larry tersenyum ke arahnya sambil menyerahkan tas kertas yang sedari tadi ditentengnya. Sopir Larry mengatakan, jika Camelia ikut dengannya, maka Camelia harus memakai pemberian Larry yang ada di dalam tas. Camelia ingin bertanya apa isi tas yang diba
Camelia dan Larry saling pandang untuk beberapa saat. Mereka sama sekali tidak menduga jika Rosaline akan mendatangi kamar Camelia sekarang. Tak berapa lama, kembali terdengar ketukan di pintu. Kali ini terdengar suara Ben yang terdengar. Ben dan Rosaline sedang berada di depan kamar Camelia. Mungkin tujuan mereka sama seperti Larry, ingin menjenguk Camelia. Jadi sangat tidak mungkin jika Camelia tidak membuka pintu untuk dua orang tamunya yang lain.“Larry,” panggil Camelia yang bermaksud meminta solusi pada Larry. Bukannya langsung menjawab, Larry justru membelai wajah Camelia sambil jemarinya menyelipkan rambut Camelia ke belakang telinga.“Bukalah pintunya,” ujar Larry sambil beranjak dari tempat tidur Camelia. Camelia melempar tatapan tidak setuju. Membuka pintu di saat Larry ada di kamarnya sangat berisiko membuat Rosaline da
Larry mendatangi kamar Camelia, bermaksud untuk menjenguk gadis itu. Larry mendengar dari Rosaline bahwa Camelia tidak hadir di kelas pada jam pertama. Larry tersenyum ketika mendapati pintu kamar Camelia tidak terkunci. Dengan cepat Larry membuka pintu lalu masuk. Setelahnya, Larry mengunci pintu yang buru-buru ditutupnya hingga meninggalkan suara yang sedikit keras. Camelia terlonjak mendengar suara pintu yang menutup cukup keras. Terlebih ketika melihat sosok Larry berdiri di depan pintu, menatapnya dengan wajah teduh sehingga Camelia yang sedang tiduran berusaha untuk bangun.“Tidak perlu bangun,” larang Larry yang segera melangkah mendekati ranjang Camelia. Camelia menurut. Ia kembali merebahkan kepalanya ke atas bantal. Larry duduk di dekat perut Camelia. Pandangan lak-laki itu kemudian memindai seluruh tubuh Camelia. Camelia yang risih dipandangi sedemikian rupa, perlahan menarik selimut
“Apa yang kamu lakukan pada Camelia?” Larry yang baru saja duduk dan memesan minuman, tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Tanpa menunggu detik berlalu, Larry langsung menoleh ke arah sumber suara. Suara orang itu terdengar tidak asing sehingga Larry bisa dengan mudah menebaknya. Meskipun pencahayaan di bar ini sangat minim, Larry tetap bisa dengan tepat menepuk pundak Ben yang duduk di sampingnya. Sambil menunggu bartender menyodorkan minuman yang dipesannya, Larry meresapi pertanyaan yang baru saja dilontarkan Ben. Satu pertanyaan besar langsung terlintas di kepala Larry, apakah Ben mengetahui semua yang dilakukannya pada Camelia?Larry masih belum juga menjawab Ben. Ia lebih memilih memandangi sosok Ben yang masih belum mengubah posisi duduknya. Larry tidak terkejut atau heran dengan kehadiran Ben di bar ini. Bar ini adalah bar yang sering ia dan Ben kunjungi. Larry dan Ben yang sama-sama menyukai minuman beralkohol, sepakat untuk menahbiskan bar ini sebagai bar terbaik. T
Camelia menggerakkan kepalanya ke samping kanan. Netranya langsung menangkap sosok Larry yang tidur dalam posisi tengkurap. Dengkuran halus yang tertangkap telinga Camelia membuat gadis itu tahu bahwa Larry tengah tertidur pulas. Camelia kemudian menggerakkan kepalanya ke arah berlawanan. Ia ingat betul bahwa di atas nakas di sisi kiri ranjang terdapat jam beker. Mata Camelia sontak membeliak begitu mendapati kedua jarum jam hampir bersatu di angka dua belas. Hampir tengah malam dan Camelia belum kembali ke asrama. “Larry…,” Camelia mengguncang tubuh Larry perlahan. Sebenarnya ia enggan mengganggu tidur Larry, tapi ia butuh pakaian agar bisa pulang ke asrama. Tepat setelah Camelia mengguncang tubuh Larry lebih keras, rasa sakit langsung mendera Camelia. Rasa sakit yang terpusat di bagian bawah tubuhnya. Tepatnya di bagian kewanitaannya. Camelia refleks menjerit karena rasa sakit yang luar biasa. Rasa sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Camelia membekap mulutnya dengan tel
Larry mengangkat ujung dagu Camelia dengan jari telunjuknya yang masih menunduk. Begitu pandangan mereka bertemu, Larry langsung memberikan senyuman manis pada Camelia. "Tidak perlu malu," lirihnya, "ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua."Otak Camelia serasa dilumpuhkan oleh semua ucapan manis Larry. Nyatanya, Camelia justru mengangguk, mengiyakan semua perkataan Larry. Merasa yakin bahwa tidak akan ada lagi penolakan dari Camelia, Larry kemudian menggendong Camelia. Pekik tertahan sebagai reaksi terkejut Camelia dengan perlakuan Larry, kembali membuat Larry tersenyum. Larry melangkah ke arah ranjang besar miliknya. Dengan penuh kehati-hatian, Larry mendaratkan tubuh Camelia ke atas ranjang. “Buatlah dirimu senyaman mungkin, Camelia," ujar Larry sambil berdiri di sisi ranjang. “Bagaimana caranya menjadi nyaman di situasi seperti ini, Larry?" Jujur, Camelia bingung. Terlebih ia akan menyerahkan mahkotanya hanya karena balas budi. Camelia akan melepas keperawanan bukan ka
Plak!Sebuah tamparan dari Camelia sukses mendarat di pipi kiri Larry. Pipinya memang sakit, tapi harga dirinya seperti terkoyak setelah ditampar Camelia.“Jangan menjadi pembohong dan pengecut, Camelia.” Kecam Larry sambil mengikis jarak antara dirinya dengan Camelia. Camelia mundur sambil menggeleng cepat. Ia khawatir Larry akan menggila sehingga tanpa ragu berbuat nekat.“Jangan bertindak bodoh, Larry. Kalau kamu melakukannya padaku, maka kamu tak ubahnya seperti pemuda jahat tadi.” Camelia mencoba menggiring logika berpikir Larry. Larry mengulum senyum. Ekspresi ketakutan Camelia membuatnya merasa di atas angin.“Berhenti bicara, Camelia. Berhentilah berdalih dan mencoba menggiring pikiranku. Sekarang, biarkan aku menyentuhmu, Camelia. Biarkan aku memilikimu malam ini.” Camelia langsung menggeleng. Ia tentu saja tidak mau dengan mudahnya menyerah pada Larry.“Kurasa kamu masih perawan.” Kalimat Larry sontak membuat sepasang netra cantik Camelia terbeliak. Atas dasar apa Larry bis
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.