Dream first class

Dream first class

Ini adalah 怊Cerita tentang mental care怋 fanfiction

Oleh:Ā Ā SunšŸŒ…Ā Ā Tamat
Bahasa:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
5 Peringkat
72Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:Ā Ā 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Jika aku terlahir bukan menjadi diriku saat ini, aku harap aku bisa hidup sepertimu. Lahir tanpa menjadi bayi dan tidak punya masa lalu. Tidak pernah menangis kecuali untuk sebuah mimpi yang sangat tinggi. Aku takut ketinggian. Tapi aku suka kalau didekatmu. Aku boleh bergabung, tidak? Atau bolehkah aku menggunakanmu untuk mencintai diriku sendiri?

Lihat lebih banyak
Dream first class Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Robert Asap
Dari awal udh dpet sedihnya. Tpi sayang mw beli koin kemahalan
2021-09-15 15:09:59
2
default avatar
Sun?
ceritanya bagus banget. tentang mental care. kata-katanya ngena juga. dari prolog juga udah bagus banget.
2021-08-17 12:19:27
2
user avatar
Ufuk Timur
Swmangaaat kaaaak. Huaaa ceritanya keren bangeeet. Aku sukaaa. Ditunggu bab selanjutnya. Thor. Next kilat pokoknya...
2021-08-01 17:26:42
2
user avatar
Ira putri ujr
Semangat author cantik...ļøaku suka, jangan lama-lama upnya ya...
2021-08-01 16:54:05
2
user avatar
Abu Khair
Cerita yang bagus... Lanjutkan
2021-07-30 21:54:25
3
72 Bab
Prolog
   Secara natural, dari mata ini terbuka, lalu aku menjadi bayi sampai hidup menua di bumi ini, aku benar-benar tidak pernah menyangka yang namanya dunia ternyata kejam sekali. Sepotong es loli membutuhkan uang seribu rupiah untuk bisa kau cicipi. Begitu murah, begitu mudah bagi orang lain. Tapi bagiku, mendapat seribu rupiah itu cukup sulit, sebab aku tidak beruntung. Lahir di keluarga yang miskin itu sungguh tidak enak. Mau minta uang seribu rupiah saja harus pintar-pintar membaca kondisi hati dan dompet Ibuku. Salah sedikit bisa fatal akibatnya. Karena pernah, suatu hari Ibuku mau tidak mau harus menahan rasa malunya untuk sekadar mengatakan, “maaf mas, tidak jadi.” Kepada pedagang es krim yang sudah terlanjur kugiring sampai ke depan rumah.   Setelahnya, aku tidak dapat es krim, tapi aku kena marah. Aku bahkan tidak sempat untuk merasa kecewa karena Ibu memintaku untuk mengerti kondisi keuangan keluarga. Well, Aku baru berumur lima
Baca selengkapnya
1. Anak kecil yang selalu menangis
   Kau pasti tahu, bagaimana suaranya orang yang berbisik-bisik. Tadinya aku tidak hiraukan, namun entah kenapa suara bisikan itu kedengarannya dekat sekali. Aku berjalan keluar rumah di tengah malam. Semuanya gelap seperti sedang terjadi pemadaman listrik. Tidak ada siapapun. Hanya suara desis. Hal itu jelas menakutkan tapi kedua kaki tanpa alas dan tanpa tahu kenapa terus berjalan menyusuri aspal yang terasa sangat dingin sehabis hujan. Aku sudah tidak bisa melihat apapun selain mendengar suara itu. Aku takut dan mudah kepikiran. Dan pikiran ini menjadi semakin buruk.    Suara orang berbisik-bisik itu mulai terdengar jelas, tapi anehnya, tanpa menggunakan bahasa yang kumengerti. Orang-orang Lombok biasanya menggunakan bahasa Sasak, namun ini tidak. Mereka juga tidak pakai bahasa Indonesia, apalagi bahasa Inggris. Aku tahu yang dikatakan mereka asal-asalan dan tidak benar. Tapi kenapa aku merasa terganggu sekali dengan suara itu? walaupun tidak jelas dan
Baca selengkapnya
2. Si ā€˜sadarā€™ yang terlambat bangun.
  ~DRRTT!! DRTT!!!! Bergetar. ~DRRTT!!!   Hanphone itu bergetar digenggaman dan aku tersadar. Hal yang pertama kali aku lihat saat membuka mata adalah langit-langit kamarku. Aku mendesis kesakitan dan menghela napas panjang ketika mencoba duduk dan menenangkan diri. Menunduk, perlahan menjambak rambutku sendiri untuk menghilangkan pening, mengatur napas. Jantungku berdebar keras.   Ketindihan itu cukup mengerikan. Kurasa, hampir setengah jam lamanya aku mati-matian bangun dari ragaku yang tertidur pulas seperti ditinggal nyawa. Syukurnya aku tidur dengan headset dan hanphone digenggaman, sebab jika tidak begitu, katanya, aku bisa meninggal. Orang yang ketindihan sangat lama itu katanya bisa berakhir dengan kematian. Dan tadi itu termasuk ketindihan terlama yang pernah kualami dan jujur saja, itu menakutkan. ā€œHaloā€¦ā€ ā€œHalo, la? Ya ampun, akhirnya. Kamu di mana?!ā€ sebelum
Baca selengkapnya
3. Dislokasi
  Kalau kutinggal sendiri, kamu nggak apa-apa? -Pemuda di alam mimpi- ---     Bila hidup yang telah dijalani, memang apa saja opsi sebelumnya? Kematian? Sebelum hidup tentu saja mati, oh atau mungkin saja ini semua terbalik? hidup itu adalah kematian dan kematian adalah kehidupan yang abadi? Sebelum terlahir dan menjadi hidup begini kita disebut apa? Tidak mati dan tidak hidup? hahh,, aku tidak percaya ini adalah pikiran yang muncul tepat setelah aku membuka mata dipagi hari pukul sembilan lebih sepuluh menit. Mataku melirik ke sekeliling dan merasa lega masih berada di tempat yang sama. Kantung mata rasanya sudah semakin merosot. Aku benci menua. Hoamā€¦ kantuk ini terasa bagus, tidak seperti biasanya.   Aku meregangkan tubuh dan lamat-lamat berusaha menurunkan kedua kaki ke permukaan lantai. Berjalan membuka tirai gordenā€”menyapa sinar mentari yang terasa ceria luar biasa. ā€œWatsa
Baca selengkapnya
4. Ikan Dori dari film Nemo
  Jika ada rasa yang katanya paling sakit di dunia ini, aku ingin tahu sekarang juga. Berbekal minyak oles dan keahlian tangan, operasi ini berjalan dengan kesadaran penuh pasiennya. Sangat menegangkan. ā€œTahan, ya, dek.ā€ KREKK,, Aaarghkk. ā€œDi sini sakit?ā€ KREKK,, AAAKHHH!!!                                                                                      Aku merengut tidak tahan. Pak Rumi benar-benar berani memutar balikan tulang seolah ia tukang sulap. Istrinya masi
Baca selengkapnya
5. Belajar bermain
  Kurasakan panas menyengat tubuh. Terbakar dari ujung kaki hingga ke kepala lalu menyentak tubuhku seketika. Aku terbangun. Melotot. Mendapati diri tengah terduduk dengan kedua kaki terselonjor. Tegang. Bingung. Namun menghela napas dalam-dalam, kemudian mencoba tenang, aku berpikir bahwa mimpi buruk seharusnya bukan perkara lagi untuk dipusingkan. Aku hanya harus terbiasa.   Kedua kaki menapak hati-hati di lantai dan berjalan ke jendela. Kusingkap tirai gorden dengan berani dan ternyata mentari sudah terang benderang. Pancaran sinarnya menyororti tempat tidurku dan debu-debu halus terlihat mengudara. Jam di dinding menunjukkan pukul sebelas sementara suhu badan terasa masih malam. Aku menunduk. Menyibak surai. Melihat kedua kaki yang jari-jemarinya sudah tidak bengkak lagi membuatku sadar kala mengangkat ibu jari di sana untuk menghentak-hentakannya pelan seperti ketukan lagu. Sudah sembuh, ya? Pertama-tama, yang akan dikatak
Baca selengkapnya
6. Kamu punya mimpi?
                                             Tak terasa senja mulai larut, lembayung melingkari angkasa sebelum perlahan awan tak lagi terlihat. Langit merah seperti menyemburkan tinta hitam yang lama-kelamaan mengubahnya menjadi malam, lalu bintik-bintik kristal pun muncul berkilauan. Saat aku membantu Ajeng yang terakhir naik ke atas motor Esa dalam sesi mengantar pulang pun, menjadi perpisahanku hari ini. Suara tawa mereka yang begitu renyah bagai keripik singkong sampai cara menangis yang tidak biasa, meninggalkan bekas disudut-sudut ruangan. Rico yang tadinya tidak mau berbicara dengan Esa karena kejadian rusuh tadi, secepat itu luluh saat dijanjikan es-krim di Indomart nanti ketika perjalanan pulang. Esa hanya menggaet
Baca selengkapnya
7. Everything will be fine, right?
  Kata nenekku, hujan yang begini namanya hujan awet. Sesekali lebat saat curahnya sedang tinggi. Terus menerus turun secara konstan. Aku dan Esa masih bingung caranya pulang meski jarak dari sini ke rumah kami tak lebih dari 100 meter. Warung lalapan tadi terpaksa tutup dan tanpa sengaja mengusir kami pergi, dan kami sekarang berada di pinggir ruko tepat di belakang tenda tersebut. Melihat kanan-kiri yang sudah sepi. Hanya sedikit kendaraan yang berlalu-lalang. ā€œPulang, yuk!ā€ Ajak Esa tiba-tiba. Aku terdiam, lalu mendongak menatap langit. Ini bukan perihal mau pulang atau tidak, tapi aku bisa menggigil seperti orang malaria dan keesokan paginya akan jatuh sakit kalau sudah terkena hujan. Jiwaku ini suka menantang, tapi fisikku sendiri lemah. Selalu tak selaras. ā€œDari perkiraan cuaca, tiga jam kedepan masih hujan.ā€ Ia memeriksa ramalan cuaca pada ponselnya lalu mendengus pelan. ā€œMasih mau diam di sini tiga jam lagi? kamu nggak ngantuk?ā€ D
Baca selengkapnya
8. Mati, meninggal, atau bunuh diri?
  Bu Ros message. 15 jan 18:55. ā€”[Uang kos bulan kemarin belum dibayar. Tolong segera dilunasi. Trms.] 22 jan 20:23. ā€”[Batas pembayaran terakhir sampai akhir bulan. Tolong segera dilunasi.] 25 jan 15:30. ā€”[Tolong segera!] Aku terduduk, memantukkan kepala di atas meja belajar. Melempar ponselku hingga membentur tembok dan menutup laptop yang masih menyala dengan cukup kesal. Jarum jam di dinding lagi-lagi berdetak, saling beradu dengan detak jantung juga cenat-cenut dikepala. Aku mengintip ke luar jendela dimana cahaya emas senja sudah mulai memanjang pada tembok, dan ini  sudah hampir akhir bulan. Nyawaku tinggal sedikit. Kini, pertanyaan-pertanyaan yang sudah lama kupendam dalam benak pun menyuarakan diri. ā€œSebenarnya, untuk apa sih, kamu hidup?ā€ Bukan untuk yang pertama kali, ini sudah sering kali merundungku sampai-sampai berhasil membuat mata ini tidak bisa terpejam setiap
Baca selengkapnya
9. Sebuah Rahasia
  Kemarin mendung. Hari ini pun mendung. Sudah tiga hari ini mendung. Kabar awan disetiap pagi adalah mendung. Hujan menangis tidak seperti biasanya. Aku jadi menggigil dan mual. Angin di luar masuk melalui celah jendela yang minta ditutup dengan hati-hati sebelum kemudian aku duduk menepi di kasur untuk menutupi tubuh Meli yang tengah tertidur dengan selimut. Ia mendengkur pulas setelah tadi sempat berkelahi dengan adiknya saat mereka bertemu di dapur. Meli melayangkan kata-kata kasar dan menyayangkan kepergian sang ayah yang seharusnya bisa digantikan oleh adiknya itu. Baru kali ini kulihat ia berteriak marah dan mengaum bagai singa kelaparan, sebelum akhirnya jatuh terlarut dalam mimpi-mimpi indah yang katanya tidak pernah ia dapatkan selama ayahnya masih hidup. Imsomnianya mendadak berhenti total. Bahkan dipagi hari pun sanggup ia habiskan untuk tertidur. Aku jadi bingung harus bersikap bagaimana. Diluar kamar, para tetangga selalu meramaikan rumahny
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status