Share

HOT & SWEET EX
HOT & SWEET EX
Author: Di_evil

1 - Aksi Mantan Kekasih

"Kau pasti lelah, ya? Maaf, kau harus ke sini, setelah bekerja. Harusnya aku membujuk Barret, tapi kau sudah tahu sendiri dia keras kepala. Tidak akan bisa mendengarkan apa yang aku katakan atau saran aku berikan."

Synda Sydney menggeleng pelan. Tawanya turut terlolos karena gaya bicara dari Aldora Adams yang lucu, kekasih hati sang kakak. Raut kesal wanita itu tampak jelas di wajah. Namun, Synda justru merasa terhibur.

"Tenang saja, Aldora. Aku tidak apa-apa ke sini," jawabnya dengan lembut. Senyuman yang lebar dipatrinya. "Aku bisa beristirahat nanti. Aku juga tidak terlalu lelah hari ini."

Selepas menjawab, Synda sudah tidak lagi memusatkan pandangan pada sosok Aldora. Ia pun memandang kembali lurus ke depan. Sedangkan, kedua kakinya masih melangkah dengan anggun menuju ke teras belakang rumah mewah kakak sulung laki-lakinya.

Tangan kanan dan kiri memegang dua buah kantong plastik yang berisi beberapa jenis makanan siap saji diminta Barret Sydney.

"Ada Alexander di sana."

Synda langsung berhenti berjalan, reaksinya yang spontan setelah mendengarkan ucapan dari Aldora. Synda juga lantas membalikkan badan untuk menghadap ke arah kekasih sang kakak yang berada di belakangnya.

Synda melanjutkan dengan melangkahkan kaki begitu cepatnya mendekati Aldora. Ia tak dapat menyembunyikan keterkejutan. Tampak jelas pada ekspresi serius di wajah.

"Siapa yang kau maksud, Aldora? Alexander Dominiq, 'kah? Mantan kekasihku?" Synda mengonfirmasi ulang. Ingin memastikan.

"Iya. Mantan kekasihmu. Barret meminta dia kemari untuk minum-minum. Mereka juga akan membahas tentang pekerjaan. Barret memberitahuku bahwa mantan kekasihmu memiliki proyek milyaran dollar di Hawai."

Syinda hanya mengangguk pelan saja dalam menanggapi. Ia merasa tidak perlu berkata apa-apa. Semua penjelasan sudah cukup dan tak ada yang membingungkan. Synda fokus memikirkan bagaimana cara agar mampu menghindari mantan kekasihnya. Ia tak bisa bertemu dengan pria itu secara mendadak.

"Aku akan pulang sekarang. Lebih baik aku pergi dari sini." Synda spontan berujar dan sesuai dengan apa tengah dipikirkannya.

"Ya, aku tidak mau bertemu dia. Kau pasti akan paham perasaanku bukan?" Synda pun menambahkan alasan yang lebih jelas agar tak menimbulkan penafsiran berbeda atau kesalahapahaman pada Aldora Adams.

"Iya, aku paham. Kau lebih baik pulang saja. Biarkan aku yang mengantar makanan ini ke Barret. Aku akan mencari alasan bagus supaya dia tidak kesal kau pulang tiba-tiba tanpa bertemu dengannya terlebih dahulu."

Synda mengangguk cepat. Lalu, diserahkan kantong-kantong plastik yang dipegangnya pada kekasih sang kakak. Setelah diambil, Synda segera melakukan pelukan hangat untuk Aldora Adams. Wanita itu memang punya hubungan yang dekat dengannya. Tak akan ragu juga menolong satu sama lain.

"Terima kasih sudah mau membantuku. Kau selalu dapat aku handalkan. Aku janji akan membelikanmu tas yang kau inginkan dan belum sempat diberikan oleh kakakku."

"Hahaha. Baiklah. Terima kasih banyak kau sudah mau membelikanku tas. Aku tagih."

Synda mengulas senyuman yang lebih lebar sembari menganggukkan kepalanya. "Aku akan belikan satu minggu lagi. Kau harus sabar menunggu," jawabnya dengan canda.

"Aku akan pergi sekarang, sebelum Barret tahu aku datang dan tidak memperbole--"

"Mau ke mana kau, Synda? Kau mau pergi, disaat aku di sini? Apakan kau tidak rindu padaku? Terakhir kali kita bertemu, kau justru seperti tertarik lagi. Begitu bukan?"

Syinda mengenali dengan benar si pemilik suara dengan nada menggoda yang kental mengucapkan sederetan pertanyaan untuk dirinya. Benar, sang mantan kekasih. Ia dan Alexander telah berpisah cukup lama, tetapi masih sangat dikenali suara pria itu.

Kemudian, dengan gerakan cepat badannya dibalikan. Keterkejutan pun melanda Synda karena tangan kekar Alexander telah berada di pinggangnya. 

Dilakukan gerakan menarik yang begitu kilat sehingga dirinya tak punya kesempatan melawan. Terjatuh ke dalam pelukan sang mantan kekasih. Ia mendapat dekapan erat. Aroma maskulin parfum pria itu menguar ke indera penciumannya.

"Aku merindukanmu, Sayang."

Synda terkejut menerima kecupan singkat di kening. Lalu, di bagian bibir. Rengkuhan pria itu pun semakin kuat saja. Ia tak bisa untuk melakukan perlawanan apa-apa. 


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status