Share

Anugerah Empat

Kepada Yth.

Calon ibu dari anak-anak saya

Di tempat

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sebelumnya saya mohon maaf jika saya sudah sangat lancang mengirim surat seperti ini. Tapi tolong bacalah surat dari saya sampai akhir, baru kamu boleh memutuskan akan membuangnya atau membakarnya. Tapi lagi-lagi saya berharap kamu menyimpannya.

Tanpa mengurangi rasa hormat, saya sudah jatuh hati padamu saat pertama kali melihatmu. Dan saya sangat yakin untuk menjadikanmu masa depanku, menjadi istriku, ibu dari anak-anakku dan menantu untuk orang tuaku. Oleh karena itu, maksud dari saya mengirim surat ini adalah ingin mengenalmu lebih jauh lagi sesuai dengan syariat islam.

Saya tau saya bukanlah laki-laki yang sempurna, tapi saya ingin belajar bersamamu untuk membangun rumah tangga yang di ridhoi oleh Allah, yang sakinah mawadah dan warahmah. 

Saya akui, saya belum mempunyai tempat tinggal tetap karena masih mengontrak, tapi saya mempunyai pekerjaan yang insyaallah halal untuk menghidupimu dan anak-anak kita nanti. Dan bisa saya pastikan kalian tidak akan kekurangan apapun nantinya karena saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi seorang kepala rumah tangga.

Saya punya banyak sekali kekurangan, oleh karena itu saya menginginkan kamu untuk melengkapi saya, menjadi pendamping hidup saya dan teman segala hal untuk saya. Menegur saat saya salah dan bangga pada apa yang saya capai. Yang pasti saya akan terus belajar menjadi imam yang pantas untuk membawamu menggapai surgaNya.

Saya tau ini aneh dan konyol, tapi lewat surat ini saya berharap kamu tau jika saya sangat berharap kamu bersedia untuk bertaaruf dengan saya.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Entah sudah berapa kali aku membacanya, tapi aku benar-benar tidak percaya. Surat yang sangat konyol menurutku di jaman sekarang. Bertuliskan niat untuk melamar. Benar bukan aku menafsirkan seperti itu?

Tapi disini yang menjadi masalah adalah pengirimnya. Apakah aku terima saja ya? Toh dia tampan, mapan juga lumayan lah untuk partner ke acara nikahan Shaka nanti.

***

"Pak Egar!" teriakku saat sampai di kantor dan melihat Pak Egar baru saja keluar dari mobilnya.

"Ya Sienna, bagaimana? Sudah kamu baca?"

Sambil senyum malu-malu aku mengangguk. "Saya bersedia Pak," ucapku dengan suara seperti tikut terjepit. Aku malu-maluin nggak sih ini? Bodo amat deh.

"Beneran?" tanya Pak Egar memastikan.

"Insyaallah iya Pak," tegasku sambil mengangguk mantap yang dibalas dengan senyuman oleh bos baruku yang sekarang bolehkan ku sebut calon suamiku?

***

Hari yang tak ingin ku lewati akhirnya tiba juga. Hari dimana aku dan Shaka sudah tidak lagi sama. Hari dimana aku harus bisa membuka mata dan menerima jika Shaka bukanlah jodoh untukku.

Oke Sienna, sekarang disampingmu sudah ada calon suamimu. Kamu menerimanya juga tanpa paksaan bukan? Jadi jangan drama lagi. Stay cool and keep calm, okey?

"Selamat ya Ka, duh sekarang udah nggak bisa minta minta bonceng lagi ya Ka?" candaku sambil menyalaminya memberikan selamat, walaupun demi Tuhan hatiku sakit sekali. Aku harus bersyukur hatiku original ciptaan Allah, kalau aku beli di toko pasti sudah hancur berkeping-keping sekarang.

"Yaealah kaya sama siapa aja Na, Ester juga ngerti kita ini apa," sahut Shaka sambil tertawa dan merangkul bahu Ester.

"Takut dikira pelakor Ka, temen jadi demen kan banyak jaman sekarang." Aku menggoda Shaka dan Ester tersenyum, ya tersenyum dengan paksa. 

"Halah, sampai gajah bertelur juga aku nggak percaya kalo kita jadi demen Na, hahaha."

Nyes! 

Kata-kata Shaka membuatku sadar jika ceritaku sudah selesai sebelum dimulai. 

"Selamat ya Arshaka, Ester. Selamat menempuh hidup baru," ucap Pak Egar pada Shaka dan Ester memberi mereka selamat serta memberikan kado yang sudah kita siapkan. "Yuk kesana, haus nih," lanjutnya mengajakku ke stand minuman yang tersedia.

"Yuk Pak, kesana dulu Ka," pamitku pada Shaka sambil tersenyum pada Ester.

"Oke, silahkan dinikmati," sahut Shaka

"Jangan nangis disini, malu-maluin."

Aku tersedak minuman mendengar kata-kata Pak Egar. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu pada wanita yang dicintainya?

"Apaan sih Pak!" sungutku tidak suka.

"Shaka memang bodoh karena tidak sadar, atau sebenernya tau tapi memilih tutup mata," ocehnya sambil menatapku dalam.

"Diem ish, disini diluar kantor Pak, saya bebas kalau mau nonjok Bapak," sahutku sewot yang dibalas dengan tawa renyah yang membuatku sedikit teralihkan dari rasa sakit hati karena sifatnya yang ceplas-ceplos justru menjadi penghibur untukku. Ya Allah apakah ini yang artinya mati satu tumbuh seribu? 

°°°

"Layangan sing tatas, tondo tresnoku wes pungkas. Mabur duwur ngalang-ngalang, yen nibo dadi kenangan." -Tatas, Happy Asmara-

===

Cerita ini dilindungi oleh Allah.

Bacaan yang paling utama adalah Al Qur'an. Sudahkan kamu membacanya hari ini?

Bumi Allah, 2022

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status