Share

Anugerah Lima

Kicauan burung dan dinginnya pagi menyapa hari liburku yang seharusnya bobok dengan nyaman dan tenang di atas tempat tidur yang hangat, bukan di dalam tenda seperti ini.

Sepertinya sudah lama aku tidak bisa menikmati waktu liburku dengan tenang, buktinya sekarang atas dasar paksaan aku berada bersama karyawan kantor di pucak untuk acara gathering. Sungguh hal yang membosankan!

"Na, mau kopi atau susu aja?" tanya Ulin.

"Kopi aja, thanks Lin," sahutku sambil keluar dari tenda dan meregangkan badan yang terasa pegal-pegal.

"Selamat pagi Sienna," sapa suara bariton yang serak-serak seksi, duh apaan sih. Sepertinya udara dingin membuat otakku sedikit membeku.

"Selamat pagi Pak Egar," jawabku tak berani menatap kearah bosku.

"Bagaimana tidurnya? Nyenyak?" tanyanya lagi, sesi pendekatan berlanjut bung!

"Mau jawaban jujur apa nggak nih?"

"Hemm, dua-duanya boleh."

"Nggak nyenyak, dingin, banyak nyamuk," jawabku sok cool.

"Nggak mimpiin saya kan?" 

Dih, ngegoda saya hahaha. Bisik batinku tertawa lebar. "Sepertinya belum sarapan meningkatkan kadar kepedean Bapak ya?" 

Stay cool Sienna, jangan malu-maluin! Bisik setan dalam tubuhku.

"Sienna? Mau mie kuah? Sepertinya cocok dengan udara dingin?" tawar Shaka yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingku.

"Hemm..." Aku menengok kanan kiri mencari keberadaan pawangnya, sepertinya sendiri. "Boleh deh, plus telur ya.." lanjutku sambil nyengir.

"Cuma Sienna yang kamu tawarin Ka?" seloroh Pak Egar.

"Eh iya, Bapak mau juga?" jawab Shaka sambil menggaruk kepalanya yang ku yakin tidak gatal.

"Boleh, terimakasih Shaka. Baik deh." Pak Egar tertawa dan mengerling ke arah Shaka yang membuatku bergidik ngeri.

"Sebentar ya," pamit Pak Egar sambil menunjukkan ponselnya yang berdering.

Aku hanya mengangguk dan kembali fokus kepada Shaka. Ya Allah kenapa suami orang tambah ganteng aja sih.

"Ester mana Ka?" tanyaku sambil mengekor Shaka.

"Mandi katanya," jawabnya sambil sibuk dengan bungkusan mie di depannya.

"Jualan Bang?" godaku yang ditanggapi tawa renyah sebelum pagiku yang cerah berubah mendung karena si pawang Shaka memanggilnya.

"Nih udah, sarapan dulu gih," suruh Shaka sambil merangkul pinggang mungil Ester.

"Barengan kamu aja Yang," jawabnya manja. Huekkk.

"Belum selesai Yang, bentar ya. Eh Na, tadi pakek telur kan?" 

"Heem, baunya enak banget Ka."

"Buatin Sienna juga?" tanya Ester yang terdengar seperti istri posesif.

"Bukan, nggak kok, tuh di suruh Pak Egar," jawabku cepat sambil menunjuk Pak Egar yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Ohh, mau aku bantuin Yang?" tanya Ester lagi yang kali ini menggeser posisiku yang berada di depan meja kecil tempat Shaka menaruh mangkok mie.

"Boleh dong Yang," jawab Shaka sambil tersenyum manis, tidak lupa plus kecupan mesra di pelipis Ester. Duh kok panas ya? 

"Sienna, temani saya sebentar bisa?" Suara Pak Egar terdengar sejuk sekali, sungguh Allah maha baik mengirimkan makhluknya disaat hambanya hampir pingsan kebosanan melihat kemesraan pengantin baru ini.

"Boleh Pak, boleh banget. Yuk," sahutku cepat sambil menarik tangannya.

"Bentar ya Ka, oh iya. Terimakasih mie kuahnya," pamit Pak Egar sambil tertawa geli, entah apa yang terlihat lucu dimatanya.

"Bapak mau ajak saya kemana?" tanyaku saat kami sudah berjalan menuju villa yang disediakan oleh kantor tapi dengan konyol si Bos satu ini mengusulkan untuk tidur di tenda.

"Jemput temen, salah satu investor juga."

Aku hanya ber-oh ria sambil terus mengikutinya, eh tunggu deh. Ini kok tangan kita gandengan?

"Halo braderrr....long time no see, eh sama Alif juga? Gimana kabarnya Lif? Sehat?"

Eh eh eh, tungu deh. Ini kenapa jadi ada Mas Alif disini? 

"Halo adik Mas yang paling cantik?" sapa Mas Alif dengan wajah yang errrr menggoda? 

"Kok bisa Mas Alif kesini?" tanyaku penuh tanya, menghiraukan Bosku yang ganteng dan teman Mas Alif.

"Ya bisa dong, demi orang yang lagi dimabuk cinta," ucapnya lagi dan jangan lupa kedua alisnya yang naik turun.

"Haa?" tanyaku masih belum mengerti maksud kedatangan Mas Alif.

"Ini Dek, Mas mau jadi saksi lamaran seseorang," jelas Mas Alif dengan senyum super lebar.

"Ohhh..." jawabku sambil manggut-manggut mengerti.

"Yuk ah masuk, lanjut ngobrol di dalam," ajak Pak Egar yang langsung disejutui oleh Mas Alif dan temannya.

Enak kali ya di lamar di puncak, di bawah langit yang  penuh bintang, ada lilin-lilin kecil terus ditambah banyak bunga, aaaa romantis banget. Coba aja aku yang dilamar. Batinku merasa iri.

°°°

Hari yang mulai terik membuat teman-teman kantorku mempercepat berkemas dan mulai memasuki mini bis kantor yang akan mengantar mereka kembali ke rumah masing-masing.

Sementara aku? Mas Alif dengan sesuka hati memintaku untuk tetap tinggal dan pulang bersama. Pulang bersama ya! Pulang ke Semarang. Gila kan?

Dan anehnya, Pak Egar mengiyakan begitu saja karyawannya ijin dadakan seperti ini. 

Jangan lupakan teman Mas Alif yang satu itu. Ganteng juga, eh! Maksudnya sok cool kaya kulkas dua pintu. Gimana ya mendeskripsikannya? 

Orangnya pendiam, nggak juga sih sepertinya. Manis, suara bassnya bikin hati deg deg an. Bahu dan dada bidangnya bikin mupeng pengen nyender. Udah gitu tatapannya yang sering aku mengarah kepadaku. Ini aku nggak kepedean ya, sumpah. Berulang kali aku memergokinya.

"Na, panas nih. Nggak pengen bikinin es gitu?" tanya Mas Alif membuyarkan kesibukanku mengamati temannya yang suamiable. Astaga Sienna! Sadar woi! Aku cepat-cepat menepuk kedua pipiku, apa aku sudah gila mengagumi laki-laki lain di depan calon suamiku?

"Oke aku bikinin, mau esnya banyak? Siap. Es segera datang," jawabku cepat dan langsung lari kedapur. Gila gila! Sienna gila! Es batu mana nih? Butuh es batu biar otak adem.

"Kayanya nggak bertepuk sebelah tangan deh Zam?" 

"Pesonanya memang tiada dua. Untung hati gue udah taken bro. Kalo nggak jangan ditanya deh. Hahaha."

"Jadi besok nih?"

"Jadi, udah mantep gue."

Ngomongin apa sih mereka? Pasti cewek. Duh biarpun ngeselin ternyata bos galak aku setia juga hihihi, buktinya ngakuin tuh hatinya udah taken. Memang sih pesona Sienna nggak bisa diragukan lagi hahaha. Aku cekikian sendiri memikirkan si bos Egar? Astaga. Benar-benar nih, asli udah nggak waras.

===

Cerita ini dilindungi oleh Allah.

Bacaan yang paling utama adalah Al Qur'an. Sudahkan kamu membacanya hari ini?

Bumi Allah,  2021

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status