Share

CHAPTER 2

Aku pernah bilang tidak sih kalau aku benci semua mata pelajaran? 

Tapi diantara itu semua ada dua mata pelajaran yang paling aku benci. Pertama matematika dan yang kedua adalah olahraga. 

Yang pertama tentu saja karena aku benci dengan angka. Sebenarnya aku masih paham kalau hanya sekedar angka yang di tambah, kurang, bagi dan kali tapi kalau sudah ada hurufnya aku langsung pusing.

Yang kedua aku benci olahraga karena itu sangat melelahkan. Sebagai kaum yang hobinya rebahan, olahraga itu termasuk bagian musuhku. 

Kabar buruknya jadwal pelajaran dikelasku menempatkan olahraga setelah matematika. Kebetulan yang sangat luar biasa, bukan? Aku curiga apa mungkin ini karma karena di masa lalu aku pernah jadi guru yang jahat. 

Dan disinilah aku sekarang. Berlindung di bawah pohon dekat lapangan bersama Irish dan Indri. 

Sebenarnya nama aslinya Indra, tapi dia memaksa teman sekelas untuk memanggilnya Indri karena menurutnya dia lebih cocok dengan nama itu. 

Aku tidak mau menghina sih, tapi jujur saja kalau dilihat dari segi fisiknya aku rasa nama Indra itu nama yang paling cocok dengan dia. Cuman, aku tidak mau mengambil ribet. 

Kalau alasanku dan Irish tidak mau bergabung dilapangan karena memang malas, beda lagi dengan Indri yang pernah kutanya kenapa dia tidak bergabung dilapangan dengan anak laki-laki dan jawabannya adalah, "skincare gue mahal. Sayang banget kalo dipake panas-panasan." 

Mau kaget tapi Indri yang bilang. 

Sebenarnya aku dan Indri tidak terlalu akrab. Beda dengan Irish yang akrab dengan Indri karena mereka berdua sama-sama lamber turahnya sekolah. Bahkan sekarang mereka sudah asyik berdua bergosip ria sambil bermain handphone. Aku hanya bisa menyimak dan mulai bosan mendengarnya. 

Ku lihat teman-temanku. Anak laki-laki ada yang main basket dan ada juga yang main sepak bola, sedangkan anak  perempuannya hanya duduk di sisi lapangan sambil sesekali berteriak untuk mendukung anak laki-laki.

Memang tadi guru olahragaku bilang kalau kita olahraga bebas saja karena dia sedang sibuk mengurus siswa untuk lomba. Makanya aku dengan tenang santai-santai dibawah pohon tanpa takut dimarahi. 

"Anjrit! Liat rish, liat!" Indri menjerit kencang sambil menunjukan handphonenya kearah Irish. 

"Wah gila. Parah! Ini bakal jadi trending topik sekolah." Irish merespon heboh, "Ana, lo harus liat! Sini cepetan!" Irish menarik-narik badanku dan menunjukan handphone Indri ke arahku. 

"ANJRIT!" 

Sumpah ini seriusan? Aku mengambil handphone Indri dari tangan Irish dan melihatnya lebih teliti. Aku dan Irish saling bertatapan. 

"Mbul ini bukan mimpikan?" Tanyaku. 

Irishmenganggukan kepalanya berkali-kali, "ini bukan mimpi An." 

"Mbul, cubit gue coba." Titahku yang langsung dituruti Irish dengan senang hati. Dia bahkan mencubit ku sangat kencang membuatku langsung mengaduh dan hampir mengumpat.

Sakit. Iya cubitan Irish sakit. Jadi ini beneran? Ini bukan mimpi? Sebentar aku harus mengecek lagi. 

Aku mengambil ponselku dari saku celana dan membuka akun sosial media. Dengan cepat aku menulis nama 'Alice Kyle' di fitur pencarian. 

Benar. Alice mengupload sebuah foto siluet bayangan dengan laki-laki, captionnya bertuliskan 'mine 🖤'. Dia juga menandai seseorang. 

Tapi itu bukan akun Jenan. 

Catat. Itu. Bukan. Akun. Jenan. 

Aku tahu sekali Jenan hanya punya satu akun dan namanya "Jenan.13" sedangkan yang ditandai Alice nama akunnya "JoanLeo08". 

Jiwa ingin tahuku langsung membara. Aku mulai membuka akun laki-laki yang ditandai Alice. Dan ternyata Joan juga mengupload gambar yang sama dengan Alice bahkan captionnya juga sama. Aku juga melihat foto selfie yang Joan upload diakunnya. Wajahnya terlihat asing dan seragamnya beda dengan sekolahku tapi Joan memang tampan sih walaupun menurutku lebih tampan Jenan. 

Aku semakin larut dalam aksi mencari tahu siapa itu Joan sampai-sampai tidak sadar kalau Irish dan teman-teman yang lain  berteriak karena ada bola basket mengarah kearahku. 

Tepat. Iya, bola basket itu tepat kena kepalaku.

Wah, tiba-tiba ada banyak sekali burung terbang mengelilingi kepalaku. Sampai akhirnya aku menjatuhkan ponselku dan semuanya gelap. 

*********

Aku membuka mataku dan pandangan yang pertama kali aku lihat adalah Irish yang sedang menyodor-nyodorkan minyak kayu putih ke arah hidung ku. Padahal dia tahu kalau aku membenci bau itu. 

"Ck, ko lo cepet banget sadarnya sih An! Baru sepuluh menit njir, padahal gua nggak mau masuk pelajaran sejarah." Keluh Irish sambil membantuku yang berusaha duduk, aku hanya bisa mendecih saja.

"Jauhin minyak kayu putihnya mbul, bau." Titahku. Tapi dasar Irish dia malah dengan sengaja menyodorkan minyak kayu putih itu ke hidungku, membuatku langsung menabok lengannya, "jangan coba-coba ya lo! Atau kita kekelas sekarang nih." Ancamku. 

"Lagian lo tuh ngeselin banget tau ga?! Lo tuh sengaja ya pingsan kayak gitu?" Tanya Irish dengan ekspresi gregetan. 

Aku mengangkat sebelah alisku, tidak mengerti maksudnya apa. Orang bodoh mana yang sengaja pingsan dengan mengorbankan kepalanya. Apalagi yang kepalanya seperti aku, bisa-bisa aku yang bodoh ini makin bodoh. 

"Apasih mbul?" Aku balik bertanya sambil mengode dia untuk mengambilkan teh. 

Irish mendelik tapi dia tetap mengambilkan teh untukku, "lagian lo tuh kayak modus yang direncanakan dengan matang tau ga?!" 

"Apa sih maksudnya? Ga ngerti gue mbul. Please, gua abis pingsan loh ini." Keluhku. 

"Lo tau ga siapa yang gendong lo ke UKS?" Tanya Irish sambil memajukan badannya ke arahku. 

Aku menggelengkan kepalaku sambil meminum teh. Ah, rasanya kurang enak pasti ini bukan merk yang sering ku minum. 

Irish memajukan badannya ke arahku dan berbisik ditelingaku, "Jenan, dia yang gendong lo." 

Aku langsung menyemburkan teh yang ku minum ke wajah Irish, "lo serius?" Tanyaku. 

"Sialan lo." Irish mengumpat sambil membersihkan wajahnya dengan tisu, "luntur bedak gua." Keluhnya dengan nada kesal. 

Aku hanya cengengesan tanpa berniat minta maaf, "namanya juga kaget elah." aku meminta dimaklumi, "bentar, lo serius mbul?" Tanyaku lagi. 

"Makanya gue bilang lo tuh sengaja pingsan. Soalnya yang lempar tuh bola basket sampe kena kepala lo tuh dia." Jawab Irish.

Aku menganga tidak percaya, "lo ngeprank gue ya?!"

Aku bukan bermaksud menuduhnya, hanya saja itu benar-benar tidak mungkin. Lagian Jenan dan aku tidak sekelas, jadwal olahraga kami saja beda. 

"Demi badan gue yang langsing ini, gue nggak boong!" Jawab Irish dengan nada yang cukup tinggi. 

"Ta... ta... tapi mana mungkin?" Tanyaku linglung. 

"Ya mana gue tau, mungkin tu--" ucapan Irish terhenti karena suara pintu UKS yang dibuka oleh seseorang. 

Aku sangat terkejut ketika melihat siapa yang membuka pintu UKS itu. 

Itu Jenan dan dia membawa kresek. 

Astaga. Astaga. Astaga. 

Jadi, yang Irish bilang itu beneran? Aku tidak bermimpikan? Ada apa dengan hari ini? Kenapa aku begitu beruntung?

"Lo gapapa?" Tanya Jenan dengan nada datar.

Ya ampun, ini seriusan Jenan menanyakan keadaanku? Aku harus menulis ini dibuku diaryku. Tanpa sadar aku malah senyum-senyum sendiri. Kalau gini aku rela harus kena timpuk bola basket berkali-kali. 

"Heem." Jenan berdeham. 

Irish menepak bahuku, aku langsung tersadar, "gue gapapa." Jawabku berusaha supaya suaraku terdengar biasa saja. 

Ku lihat Irish melihatku dengan tatapan mengejek, aku membalas tatapannya dengan tatapan mengancam. 

"Oke deh." Sahut Jenan singkat, "ini buat lo." Jenan menyodorkan kresek yang kutebak isinya roti dan air mineral.

Aku menerimanya dengan gerakan tangan yang canggung.

"Thanks, hehe." Ucapku.

Jenan hanya mengangguk sekali dan langsung pergi keluar UKS.

Baru saja Irish mau mendorong bahuku dan menggodaku tiba-tiba Jenan balik lagi,

"lain kali kalau mau stalking orang jangan di lapangan. Bahaya." Setelah mengatakan itu dengan nada datarnya  dia baru benar-benar pergi keluar UKS. 

Aku yang tadinya mau menjerit karena salah tingkah mendadak kaku. Sebentar... Jangan-jangan dia melihat ponselku yang jatuh tadi? 

Aku menatap Irish dengan tatapan panik, "handphone gue ada di lo gak?" Tanyaku.

Irish menatapku dengan tatapan yang sama paniknya, "nggak njir." 

Sial. Kalau begini ceritanya aku bukan beruntung tapi mencari masalah. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status