Share

CHAPTER 10

Aku tidak paham dan sejujurnya tidak mau mengerti juga. 

Aku tidak bisa mengabaikan dia ketika datang kesini dengan wajah babak belur. 

Logikaku bilang kalau seharusnya aku tadi menutup pintu sekencang-kencangnya di depan wajahnya untuk menyuarakan kekesalanku. Tapi nyatanya, aku tidak bisa. 

Membeku, aku hanya diam, menunggu dia akan mengatakan apa. 

Malam-malam, tepat ketika aku mau tidur tiba-tiba handphoneku berbunyi. Jenan, iya laki-laki itu mengirimkan ku pesan kalau dia sudah ada di depan rumahku. 

Demi Tuhan, aku ingin sekali mengabaikannya. Dia hanya mengirimkan pesan sesingkat itu sekali, harusnya itu jadi hal mudahkan? Tapi nyatanya tidak.

Dengan terburu-buru aku membuka pintu dan benar dia ada didepan rumahku dengan wajah penuh luka dan ekspresi datar. Seolah-olah dia bukan manusia yang bisa merasakan sakit. 

"Obatin."

Dengan singkatnya dia menyuruhku seperti itu. 

Titiw0901

Kalau ada typo boleh komen ya>< hihi

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status