Share

Bab 4. Masalah baru

“Poppy, kudengar kau menumpahkan kopi di baju Pak Ezra. Apa itu benar?” tanya Rexi penasaran.

Dengan lemas, Poppy mengangguk.

Terang saja hal itu membuat Rexi menutup mulutnya yang terbuka secara spontan. “Ini gila! Apa yang kau pikirkan sehingga berani melakukan itu?”

“Itu bukan sebuah kesengajaan, Rexi.”

“Ya … aku percaya padamu, mana ada yang berani melakukan hal kurang ajar seperti itu kepada Pak Ezra jika tidak ingin mati.”

Poppy mengembuskan napas berat karena memikirkan nasibnya ke depan. “Apa setelah ini aku akan dipecat?”

“Aku tidak bisa menjawabnya, tapi memang bisanya Pak Ezra akan memecat karyawan yang melakukan kesalahan fatal. Dan kau, sudah melakukannya.” 

Mendengar itu, Poppy semakin pusing. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Bersamaan dengan itu, Sean tiba-tiba menghampirinya. “Poppy, kau dipanggil Pak Ezra ke ruangannya.”

“Apa? A-ada apa?” tanya Poppy tergagap.

“Aku tidak tahu, lebih baik kau segera temui beliau agar mengetahui alasannya.” 

“Tamat riwayatku,” lirih perempuan itu panik. 

Rexi bahkan hanya bisa mengusap pundak Poppy, seolah memberi semangat. “Semoga saja kesalahanmu masih diampuni.” 

“Aku harap begitu,” ujar perempuan itu lantas bangkit dan membawa langkah menuju ruangan Ezra. 

Tok tok tok!

Poppy mengetuk pintu ruangan.

Perlahan, ia membuka pintu setelah mendengar seruan dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk.

Nampak, Ezra yang sedang menghadap ke arah jendela berbalik kemudian melemparkan kemeja tepat di muka Poppy. 

Hal ini membuat langkah perempuan itu terhenti. Refleks, ia juga menangkap kemeja tersebut. 

“Karena tadi kau sudah membuatnya kotor, kau harus bertanggung jawab. Aku ingin pakaianku kembali bersih!” cetus Ezra.

 

Poppy mengerjap beberapa kali untuk mencerna apa yang terjadi. Setelahnya, ia mengangguk dengan pelan. “Baik, Pak.” 

“Kau bisa pergi!”

“Baik, Pak,” sahut Poppy kembali mencoba untuk bersikap biasa.

Wanita itu berbalik kemudian melangkah.

Namun, langkahnya terhenti karena Ezra tiba-tiba bicara. “Jangan lama! Jika dalam satu jam tidak menyelesaikannya, kau akan kupecat!”

"Kau boleh pergi," tambahnya.

"Baik, Pak."

Poppy kemudian keluar dari ruangan dengan perasaan kesal yang luar biasa. “Ck! Aku benar-benar sial karena malah bekerja dengannya,” keluhnya.

Sementara itu, Ezra nampak terbahak-bahak di dalam ruangan. “Haha … ini baru permulaan, Poppy! Aku akan membalas perbuatanmu dulu padaku.”

***

Karena Ezra hanya memberikan waktu satu jam, Poppy langsung meminta izin kepada Sean untuk pergi laundry agar.

Dengan langkah terburu-buru, wanita itu keluar dari kantor menuju jalan raya untuk menghentikan sebuah taksi.

“Mau ke mana?” tanya Sopir taksi.

“Saya ingin ke tempat laundry paling dekat dari sini,” jawab Poppy cepat. Ia memang kurang hafal dengan daerah sana.

Untungnya, Pak Sopir mengerti. Dengan cepat, ia menjalankan mobil setelah menyetel tarif.

“Ck! Andai tidak satu jam dia memberikanku waktu, lebih baik aku mencucinya sendiri,” gerutu Poppy pelan.

Tak butuh waktu lama, ia pun tiba di tempat laundry.

Begitu masuk, Poppy meminta tolong kemeja itu langsung dibersihkan. “Aku ingin selesai dalam waktu kurang dari satu jam,” paniknya karena waktu tersisa tinggal 47 menit lagi.

“Saya akan melakukannya, tapi kau harus membayarnya lebih,” ujar Petugas laundry yang langsung membuat Poppy sakit kepala. Namun, ia tak punya pilihan.

Dengan setengah hati, ia mengeluarkan uang yang pas-pasan. “Ya … saya akan membayarnya.”

Setelahnya, petugas membawa kemeja milik Ezra dan dalam 30 menit, pakaian itu sudah kembali bersih dan rapi.

Sesekali ia melihat jam pada ponselnya untuk memastikan jika ia tidak terlambat.

“Maaf, Pak. Ini kemeja Anda,” ujar Poppy begitu tiba. Ia mengatur napasnya.

Hanya saja, Ezra tidak langsung menerima.

Ia langsung melihat waktu pada arloji yang melingkar di sana.

“Kau terlambat,” ucap Ezra sembari menyunggingkan senyum licik.  

“Tidak, saya melakukannya tepat waktu!”

Poppy tampak tidak terima karena sudah memastikannya dengan benar jika dirinya tidak terlambat.

Namun, Ezra langsung menatap Poppy tajam.

Pria itu mendekat dengan perlahan membuat Poppy langsung menunduk takut.

Diulurkan tangannya untuk menunjukan waktu kepada Poppy.

“Kau bisa melihatnya, di sini jelas sekali kau terlambat!”

Karena penasaran, Poppy lantas menyamakan jam pada ponselnya dan arloji milik Ezra. Betapa lemasnya ia ketika menyadari jika pengaturan waktunya memang memiliki perbedaan. “Hanya beda satu menit, Pak.”

“Kau bilang hanya? Satu menit bagiku bisa menghasilkan milyaran uang!” cetus Ezra dengan angkuhnya.

Mendengarnya, Poppy ingin sekali membenturkan kepala pria itu saking muaknya.

Sayangnya, ia tidak memiliki keberanian karena kini ia hanyalah seorang karyawan.

“Maaf,” ucap Poppy pada akhirnya, “Lain kali, saya akan memastikan kembali untuk tidak terlambat.”

Ezra langsung merasa puas kala melihat Poppy tunduk padanya. Namun, ia menutupi perasaannya dengan mengatakan, “Percaya diri sekali kau! Apa kau melupakan ucapanku tadi jika kau terlambat, maka aku akan memecatmu.”

“Saya benar-benar menyesal, Pak. Mohon jangan pecat saya." 

“Tunjukkan penyesalanmu dengan bersujud padaku!” perintah Ezra.

“Apa?” 

Seketika, wanita itu langsung mengangkat kepalanya untuk menatap Ezra dengan tatapan tidak percaya.

Bagaimana bisa Ezra begitu kejam memerintahkannya untuk bersujud.

Bukankah itu sangat keterlaluan? 

“Kenapa, tidak mau?” tanya Ezra sambil tersenyum meremehkan.

“Ini keterlaluan, Pak.” Poppy mencoba protes.

“Kau yang lebih keterlaluan, Poppy!”

Bentakan Ezra membuat Poppy sadar jika yang sedang dilakukan pria di hadapannya adalah balas dendam dari perbuatannya di masa lalu.

“Ezra,” gumamnya. 

"Jangan lancang! Bersikap lebih sopan, aku ini atasamu."

"Maaf." 

“Lakukan atau kupecat!”

Menelan ludahnya kasar, perlahan Poppy menjatuhkan lututnya dengan mata terpejam dan tangan terkepal.  

“Ezra … suatu saat kau akan menyesal,” ucapnya dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status