Share

Petaka Chat Rahasia Suamiku
Petaka Chat Rahasia Suamiku
Penulis: Fiska Aimma

Bab 1. Chat Mesum

 "Mona, kemarin kamu berantem ye sama suami kamu?"

"Wah kok tahu Mbak?" Aku yang lagi memilih ikan bandeng langsung terdiam. Radarku mengatakan kalau ada sesuatu yang akan mengganggu kestabilan rumah tangga.

"Ya, tahulah, orang suami kamu itu curhat sama Mbak. Masa kamu gak tahu? Nih ya Mon, jadi istri tuh harus nurut. Jangan selalu melawan!"

"Aku gak ngelawan Mbak. Aku hanya membela diri. Bang Ramdan itu udah menghina aku di depan teman-teman saat reuni Mbak padahal masalahnya gak besar. Hanya karena uang 10 ribu yang aku ambil dari sakunya saat mencuci dan aku udah ijin."

"Ya Allah Mon, kalau mau ambil uang itu ya ijin! Emang kamu gak punya uang apa? Dengar ya jangan manfaatin suami kamu terus!" semprot Mbak Yuli sambil ngeloyor masuk ke dalam rumahnya.

Astaga! Aku meringis malu menanggapi perkataan Mbak Yuli. Sesungguhnya ini sudah kesekian kalinya Mbak Yuli melabrakku di depan ibu-ibu komplek dan tukang sayur tapi aku tetap menahan diri. Sebagai menantu dari adik angkatnya aku mencoba untuk menjaga Marwah keluarga.

Tanpa banyak ngomong lagi, aku langsung pamit ke dalam rumah untuk kabur dari pandangan ibu-ibu komplek dan mamang sayur.

Di dalam rumah, aku bersegera mengecek ponsel yang kusimpan di atas tempat untuk memastikan omongan Teh Yuli tapi anehnya tak ada satu pun story suamiku yang lewat.

Apa aku diblokir? Atau wa story-nya sudah berlalu?

Tak mau kalah set, aku mengambil satu ponsel lagi, ini ponsel jualan yang diperuntukan buat toko online-ku. Aku tak sebodoh yang Bang Ramdan kira. Untunglah nomor hape yang ini belum diblokir sehingga aku bisa melihat status suamiku yang tukang curhat itu.

[Heran sama istri zaman sekarang, perkara 10 ribu saja dia embat dan nggak bilang-bilang. Pas dikasih tahu ngelawan. Tanda-tanda akhir zaman.]

Ya ampun! Bang Ramdan! Mulutnya lemes banget kayak baru dihamplas.

Mataku memanas melihat curhatan suamiku. Lagi-lagi dia membuka aib rumah-tanggaku ke semua kontak WA-nya yang kupastikan cepat atau lambat akan menyebar ke seluruh kota, lebay!

Padahal kejadiannya enggak begitu, jadi ceritanya aku menemukan uang sepuluh ribu di saku celananya ketika nyuci. Nah, kebetulan setelah itu aku beli kangkung di mang sayur seharga tiga ribu rupiah, karena uangku nggak ada receh aku teringat uang 10 ribu milik Bang Ramdan terpaksa aku menggunakan itu dulu.

Aku sudah minta maaf dengan alasan ketika aku mau ijin menggunakannya, dia lagi sibuk dan tak mengangkat teleponku eh tapi dia tetap menganggapku kurang sopan dan kurang ajar.

Astaghfirullah! Kenapa aku jadi dikira durhaka begini, sih?

Dan tahu apa yang lebih menyakitkan dari semuanya, masalah kecil ini sudah membuat Mbak Yuli kembali menghinaku.

Sumpah! Aku tidak mengerti sama Mbak Yuli.

Kenapa Mbak Yuli begitu membenciku? Kenapa yang aku lakukan selalu salah di matanya?

Dari mulai awal aku menikah, dia selalu ikut campur urusanku. Dari mulai acara akad sampai menempati rumah, dia juga yang menentukan.

Parahnya, Bang Ramdan selalu setuju apa pun kata Mbak Yuli yang sejujurnya hanya kakak angkat. Dulu kata mertuaku, Mbak Yuli diadopsi sebelum ada Bang Ramdan atas saran ayah mertua.

Ah ... menyadari hal itu entah mengapa aku jadi muak. Sebenarnya perkara Bang Ramdan yang suka curhat sama Mbak Yuli ini sudah berlangsung selama kami menikah dan selama itu juga aku suka bertengkar karena masalah kebiasaannya yang buruk itu hingga aku lelah.

Heran. Ada saja yang dia curhatkan, entah itu masalah baju kelunturan, sayur sop yang keasinan sampai masalah odol yang habis.

Semua dia ekspose di medsos atau curhatkan ke kakak-nya yang julid itu. Sialnya, semua kesalahan itu dia limpahkan padaku seolah Bang Ramdan sengaja ingin mempermalukan istrinya. Selain itu dia juga kerap kali membandingkan ku dengan Kakaknya yang punya suami pelayar itu.

Jujur, aku tak masalah jika dia curhat ke satu atau dua orang katakanlah setiap manusia butuh luapan keluh-kesah. Namun, ini di WA story atau F* di mana semua orang bisa melihat atau memberi respon.

Gimana nggak malu? Kadang gara-gara curhatan Bang Ramdan aku dicap sebagai istri yang kurang baik. Tragis banget ya Allah punya suami kayak begini. Boleh tukar tambah Bang Ramdan sama daster nggak sih? Ikhlas sumpah, ikhlas.

(***)

"BANG RAMDAN! INI APA?" teriakku murka. Kali ini kurasa curhatan Bang Ramdan sudah keterlaluan.

Bang Ramdan yang saat itu sedang mengganti tank ikan kokinya hanya melirik malas. Dia selalu seperti ini, meski aku marah sampai berbusa dia tidak akan peduli.

"Apa sih, Mon? Ganggu aja Abang lagi bersihin aquarium juga," katanya cuek sambil mengecek aquarium kaca kesayangannya tersebut. 

"Kenapa Abang bikin status gini sih, Bang? Ini kan sama saja sama buka aib? Kenapa, Bang?" Aku menunjuk ponsel dengan gemas.

Tadi pagi kutemukan kenyataan yang menyebalkan gara-gara info dari adikku yang mengatakan kalau kakak iparnya curhat lagi. Biasanya aku akan bersikap sabar tapi untuk kali ini stock sabarku terbatas. Statusnya yang terakhir, cukup membuatku darah tinggi.

Masa dia curhat ke F* sambil screenshoot percakapanku dengannya di WA.

Dia bilang aku istri yang kurang bersyukur karena meminta tambahan uang belanja dan memberi saran pada teman F*-nya untuk tak memiliki istri sepertiku. Meski komennya pro-kontra tetap saja aku gondok.

Astaghfirullah! Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Bang Ramdan. Dia tak ada habisnya menyulut pertengkaran kami dan memberi tahu orang-orang betapa buruknya pernikahan ini.

Sebegitu bencikah dia? Apa harus seperti ini menjelekanku?

Bahkan Mbak Yuli pun kembali ikut campur dan bilang aku wanita yang nggak tahu diuntung hanya karena meminta tambahan nafkah yang kurang. Padahal di chat tersebut aku juga tidak memaksa, aku bilang jika bisa nafkahnya ditambahkan soalnya satu juta tidak akan cukup untuk kehidupan sehari-hari kami.

"Lah, salah Abang di mana Mon? Emang bener, kan? Kamu kurang bersyukur! Masa dikasih sejuta belum cukup! Apalagi kita belum punya anak."

"Bang! Kebutuhan kita meningkat. Sejuta gak cukup Bang buat bayar semua apalagi Abang bayar internet, biasanya Mona ambil kekurangan dari hasil jualan Mona tapi sekarang orderan lagi sepi Bang. Salah nggak sih kalau Mona minta?"

"Ya salahlah! Kamu itu harusnya tahu diuntung masih mending saya mau nikahin kamu karena keluarga kamu miskin! Udahlah, sekarang bikinin aku kopi! Jangan sampai aku menceraikan kamu kayak ibu kamu diceraikan bapakmu!"

"ABANG!" bentakku marah.

Dia selalu seperti ini jika kami bertengkar pasti bawa-bawa ibuku. Namun, untuk saat ini aku tak bisa bersabar lagi.

Cukup kesabaranku selama tiga tahun menutupi aibnya. Sudah saatnya aku mengeluarkan kartu AS.

"Apa? Kamu mau ngancam aku, hah? Silahkan! Silahkan! Aku nggak takut!" ledeknya sambil kembali menguras aquariumnya.

"Oke, kalau itu yang Abang mau. Mona juga bisa curhat kok bukan Abang aja," kataku dengan dada yang bergemuruh dan mata yang memerah.

Aku marah. Aku tidak tahan lagi.

"Ya, silahkan! Kamu boleh kok curhat, mau nyurhatin saya? Bebas! Lagian kamu gak punya temen, di komplek ini kamu terkenal istri durhaka! Lebih baik Mbak Yuli, sekali pun dia ditinggal Mas Satria berlayar dia tetap tahu berterima kasih!"

"Mbak Yuli lagi! Mbak Yuli lagi! Sampai kapan Bang aku dibandingin sama Mbak Yuli? Dia sama aku beda Bang! Beda! Jujur Bang, semenjak pindah ke sini setahun lalu aku mulai curiga sama Abang dan Mbak Yuli. Sebenarnya ada apa Abang dengan Mbak Yuli? Kenapa aku menemukan chat mesum kalian?"

"Chat mesum? Chat mesum apa?"

Mata Bang Ramdan membeliak ketika aku mengatakan kalau aku punya bukti tentang chat gak wajar antara dia dan kakak angkatnya tersebut.

Tidak perlu berbasa-basi, aku mengeluarkan hape dari dalam saku celanaku dan kutunjukan hasil foto chat mesum antara Bang Ramdan dan Mbak Yuli.

Ramdan.

[Mbak, aku kangen deh berduaan sama kamu. Mona gak sehebat kamu di ranjang.]

Yuli

[Masa? Ya udah nanti malam kamu ke sini, ya? Aku bakalan muasin kamu.]

Ramdan

[Iya Mbak. Tapi, jaga-jaga jangan sampai Mas Satria pulang.]

Begitulah kira-kira isi chat menjijikan antara Bang Ramdan dan Mbak Yuli yang membuat aku yakin untuk memutuskan hubunganku. Sejujurnya aku menemukan ini di web what's app Bang Ramdan sudah dua hari yang lalu karena gak sengaja sedang membuka komputer tapi aku masih menahan diri untuk mempertanyakannya.

Muka Bang Ramdan memerah setelah membaca bukti yang kutunjukan, dia lalu melotot tajam ke arahku.

"Oh, jadi ini yang kamu katakan chat mesum? Bodoh! Kamu terlalu kolot Mona! Kamu salah paham! Sekarang apa yang kamu akan lakukan? Pasti kamu gak bisa apa-apa, kan?" tuding Bang Ramdan sama sekali gak bersalah telah menyelingkuhiku.

Aku merasa hancur tapi tidak mau terlihat lemah. Tak kusangka, hati Bang Ramdan sudah mati, dia bahkan gak perduli betapa sakitnya aku membaca pesan itu.

Aku meremas rokku kuat. "Kata siapa aku gak bisa apa-apa?! Aku bisa! Aku bisa!"

"Apa? Apa yang kamu bisa?"

"Aku bisa mengajukan cerai dan mengatakan pada suaminya Mbak Yuli kalau kalian telah berselingkuh! Dasar bajingan!"

PLAK.

Satu tamparan keras aku hadiahkan tepat ke pipi Bang Ramdan setelah mengumpatinya. Akhirnya aku bisa melakukan ini juga, dulu aku masih bertahan karena berharap dia berubah tapi kali ini tidak lagi.

"Arggh! Mona kamu menamparku? Kamu--"

"Apa? Apa? Aku hanya wanita miskin gitu? Ya, betul! Aku memang miskin tapi aku lebih baik dibanding kamu yang bertingkah laku kayak setan! Permisi, Bang! Sampai jumpa di pengadilan!"

Tanpa basa-basi, lekas kusambar tas dan berlari pergi meninggalkan rumah. Tak perduli meski Bang Ramdan memaki dan berteriak mencegah.

Dia pikir aku nggak tahu keburukannya, dia pikir aku tidak tahu kalau selama ini gaji yang dia berikan setengahnya buat membiayai belanja kalap Mbak Yuli?

Kurang asem! Berengsek!

Sekarang, cukup aku bersabar sudah saatnya aku memberi pelajaran pada Bang Ramdan.

Dia pikir hanya dia yang bisa curhat di medsos? Tidak layaw!

Karena aku juga baru saja curhat di medsosku dengan menunjukan bukti chat mesum dia dengan kakak angkatnya. Dan yang paling penting aku sudah mengirim chat mereka pada Mas Satria yang rencananya pulang malam ini dari Pangandaran. 

Aku yakin sebentar lagi mereka akan hancur! Hancur!

==

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status