Share

VI. Suspicious Suspect (part 1)

11 juni 2014

06 : 38 wib

Balai kota madya, Surabaya

"Pak, laporan... Ada mobil jeep milik koloni kita mendekat..", ujar seorang tentara.

"Kalau begitu periksa, jika bukan manusia, langsung lenyapkan..", perintah sang komandan.

"Tapi lihat terlebih dahulu, siapkan perlindungan jika benar manusia..", lanjut sang komandan.

"Siap pak...!!", sahut tentara tersebut.

"Kita tidak ingin memakan lebih banyak korban di insiden ini... gara-gara teroris terkutuk itu...", gumam sang komandan.

"Perhatian..!! Untuk mobil yang berhenti di sana, cepat masuk ke dalam..!! Tunjukkan jika kalian masih manusia..!!", ujar seorang tentara di dekat pagar kantor kota madya menggunakan pengeras suara.

"Mif.. cepetan masukin mobil nya..", ujar Arul.

"Emang mereka mau apa..? Kita kan bener manusia..", ujar Mifta.

"Jika bukan, kami akan menembak pada hitungan ke tiga..... Satu,.. dua,...", lanjut tentara tersebut.

TIIIIIINNNN..!!! TIIIIINNNNN....!! TIIIIIIINNNNNNNNN....!!!!!

"Tunggu..!!! Kami manusia.. tolong buka gerbang nya... Kami belum terinfeksi..!!", Teriak Fiki.

Fiki, Arul, dan Mifta, telah sampai di tempat evakuasi pusat, di kantor kota madya Surabaya. Mereka sempat di interogasi sejenak saat memasuki gerbang. Namun tak selang lama, mereka pun di ijinkan masuk, dengan mendaftar terlebih dahulu sebagai pengungsi dan pemeriksaan medis. Mobil yang mereka tumpangi juga di sita oleh petugas. Beberapa petugas ada yang memuji mereka, karena bisa selamat dari Sidoarjo. Mengingat di sana lah, lokasi pertama yang di nyatakan musnah oleh para petugas.

Di dalam tempat tersebut, banyak orang-orang bersedih, ada pula yang terlihat setengah gila karena kehilangan keluarga nya, dan ada yang berdoa tak henti-henti, ada pula yang berkoar-koar menyalahkan pemerintah, seolah tidak bertanggung jawab dalam hal keamanan. Untuk saat ini, tidak ada yang tau dengan pasti, siapa yang bertanggung jawab untuk apa. Karena semua masih dalam suasana kacau balau.

Mereka bertiga mencari tempat untuk duduk, mengistirahatkan tubuh mereka setelah lelah, kabur dari mayat hidup yang mengejar. Istirahat sejenak sebelum nanti nya akan di evakuasi kembali, menuju jakarta.

"Oy... Lu gak papa Mif..? Melamun terus lu..", ujar Fiki.

"Ah enggak Fik... Masih shock aja gue...", ujar Mifta.

"Kalo lu laper.. di sana ada tempat makanan...", ujar Arul.

"Kejadian gini, gue malah gak mood makan...", sahut Mifta.

"Gak ada yang makan nih....? Ya udah gue ke sana dulu, cari makan..", ujar Arul sambil pergi ke kios makanan.

"Kasihan Angga...", ujar Mifta.

"Yah... Mau gimana lagi... Dia kurang beruntung saat itu...", ujar Fiki.

"Semoga aja dia bisa selamat, tapi.. melihat arus sungai tadi, kecil kemungkinannya..", ujar Mifta.

"doa kan saja yang terbaik mif...", ujar

"Sama seperti keluarga kita mif.. kita harus nya lebih semangat.. untuk hidup.. mereka sudah berkorban untuk kita..", ujar Fiki.

"...............", Mifta mulai menangis.

"ya.... lu bener.....", sambung mifta.

"Tapi... gue emang masih penasaran tentang kejadian ini.....", ujar Fiki.

"maksud lu.... ada yang gak beres gitu....?", sahut mifta.

"ya..... gak masuk akal aja... secara, negara kita termasuk cukup kuat dalam hal keamanan... gak mungkin serangan berskala besar kayak gini, negara gak bisa mendeteksi sebelum nya.... atau setidak nya, ada indikasi penyerangan lah...", jelas fiki.

"menurut lu..... ada kemungkinan serangan dari dalam negara gitu..? kayak, sabotase gitu..?", ujar mifta.

"mungkin seperti itu lah..... kayak musuh dalam selimut gitu... kita pun gak tau, saat ini berada dalam selimut siapa.... selimut yang aku maksud adalah, pengawasan...", ujar fiki.

"emang, dari dulu gue gak begitu percaya ama pemerintahan.... terlalu banyak pengalihan isu nya, cuma buat menutupi bau busuk nya.... ujung-ujung nya, ntar bakal kecium juga..", ujar mifta.

"bukan pemerintahan nya mif... tapi oknum di dalam pemerintahan itu sendiri, yang saling menghasut, untuk kepentingan pribadi...", ujar fiki.

Fiki dan mifta, masih sibuk berdebat tentang kejadian ini, sementara suara tembakan beruntun ke arah luar tempat evakuasi, tak ada henti nya. Semua teriakan para prajurit, jeritan anak kecil ketakutan, dan tangisan orang-orang yang semakin putus harapan, menambah suasana mencekam di tempat itu. Sedari tadi, terlihat para pengungsi di naikkan ke helikopter, untuk menuju ke jakarta, para pengungsi lain termasuk mereka bertiga menunggu giliran untuk di panggil. Pemerintah berinisiatif untuk memindahkan semua korban ke pulau yang aman.

"Bingung, meski dapat kupon gratis untuk makan, tapi bingung milih yang mana...", Gumam Arul.

"Eh Li... Lu jangan ambil banyak-banyak, yang lain gak kebagian...", terdengar suara yang tak asing.

"ini kan fasilitas.... ya harus di gunakan sebaik mungkin dong...", sahut seseorang yang juga familiar.

"Bentar... Kayak nya gue kenal suara nya..", gumam Arul sambil mendekati asal suara tersebut.

"Eh itu Arul...!! Oyy..!!", Teriak salah satu pengungsi sambil melambaikan tangan.

Arul bertemu dengan dua teman yang masih satu komunitas, Ali dan Radit. Mereka berdua pun saling bersapa dan bercerita, bagaimana mereka bisa ada di sini. Mereka yang saat itu sedang terjebak di salah satu mall di Surabaya, akhirnya bisa berhasil keluar, lalu bertemu dan di arahkan oleh para petugas yang tengah mengarsir para korban, untuk naik ke mobil pengangkut, menuju evakuasi pusat di kantor kota madya. Mereka juga bersedih, karena tidak bisa kembali ke Sidoarjo, karena larangan para petugas. Kesedihan mereka bertambah, saat Arul bercerita tentang Sidoarjo.

"Yang penting kalian selamat.. bersyukurlah..", ujar Arul.

"Tapi Rul... Gue juga mau lihat ke sana langsung.. kalau memang keluarga gue tewas, biar gue urus jenazah nya...", Ujar Radit dengan menangis.

"Mungkin ada saat nya nanti petugas ini pergi ke sana... Proses evakuasi korban atau gimana, gue gak tau...", ujar Arul.

"yang penting kan kita nyelametin diri dulu... jangan sampai berakhir seperti mereka juga...", tambah arul.

"Lalu mana Mifta ama Fiki..? Kata nya lu bareng ama mereka...", Tanya Ali.

"Oh iya.. ayo ikut gue,.. tapi gue ambil makanan dulu ya bentar..", ujar Arul.

Ali dan Radit pun, ikut dengan Arul untuk berkumpul dengan Mifta dan Fiki. setelah berkumpul, mereka pun berbicara tentang apa yang sudah mereka lalui masing-masing.

Tak selang beberapa lama, ada helikopter turun, yang di iringi dengan berkumpul nya semua wartawan, dan para orang dari pemerintahan, lalu keluar lah beberapa pejabat dan petinggi militer, menteri pertahanan dan ada juga ilmuwan. Mereka berkumpul dan akan menuju tenda besar yang ada di tengah tempat evakuasi, untuk melakukan rapat darurat. Para wartawan tak henti-henti nya menghujani pertanyaan pada para pejabat tersebut. Pandangan Arul tertuju pada salah seorang petinggi militer yang mencurigakan, yang di ketahui bernama pak Hariyanto. Orang tersebut pergi ke sudut lain salah satu tenda kecil, jauh dari kerumunan, sambil membawa salah seorang awak media. Arul pun penasaran, dan ingin tahu tentang apa yang mereka bicarakan. Dia beralasan kepada yang lain untuk pergi ke toilet.

"Aku peringatkan kamu.. jangan sampai rahasia ini terbongkar, kalau sampai presiden tahu, kau.. dan semua nya akan di seret ke penjara, hukuman mati juga menunggu...", ujar Hariyanto sambil mengancam tubuh si wartawan.

"Tapi pak.. saya sudah kehabisan kata saat teman media menanyakan ke saya, waktu saya interview dengan bapak...", ujar wartawan tersebut.

"apa kau bodoh?! buat keterangan palsu, apapun itu aku tidak perduli... Ingat.... Keluarga mu ada di tangan ku, jangan sampai kau melihat mereka sudah tak bernyawa karena kebodohan mu.. apa uang yang kuberikan kurang cukup untuk mu..?!!", tegas Hariyanto.

".........lebih dari cukup pak... Saya memang telah memalsukan info pada beberapa orang-orang dari media lain nya... tapi nampak nya mereka masih kurang yakin... kecuali ada beberapa pejabat yang sependapat dengan apa yang saya sampaikan ke teman-teman...", sahut wartawan.

"aku bisa mengurus hal itu... semua yang bekerja sama dengan ku dari menteri pertahanan dan staff kepresidenan, juga akan memberikan keterangan dan alasan palsu, bahwa terjadi pencemaran air PDAM,...", ujar Hariyanto.

"saya juga mendengar sebuah info pak, bahwa presiden menyuruh satuan khusus nya, untuk menyebar ke pulau jawa, menyelidiki kasus ini..", ujar wartawan.

"anjing-anjing bodoh itu tidak tahu apa-apa... Apalagi, beberapa senjata eksperimen juga telah di lepas, untuk melihat dan melatih data tempur mereka... Jadi, mereka akan menjadi subjek yang cocok... Tinggal menunggu waktu saja...", ujar Hariyanto.

"Akan saya kabari lagi pak, info perkembangan selanjut nya... Beberapa informan saya juga tersebar di mana-mana...", ujar wartawan.

"selama semua berjalan sesuai rencana, kau akan menjadi orang yang kaya di indonesia, melebihi artis-artis yang sombong itu.... hahaha..", ujar hariyanto.

"Untung gue bawa hp.. jadi bisa gue rekam video mereka...", gumam Arul sambil merekam perbincangan mereka berdua.

KLOONTAANNGGGG...!!!

"Suara apa itu..? Ada yang menguping kita..!! Cari dia..!!", perintah Hariyanto.

"Sial... kok bisa ada kaleng sih......", ujar Arul sambil mencari tempat bersembunyi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status