Share

Zurvive
Zurvive
Author: Zero

I. Outbreak

10 juni 2014

06 : 30 wib

Sidoarjo, Jawa Timur

POV : Angga

KRIINNGGG...!!!!!!! KRRIIIIIINNGGGGG.....!!!!!!!!!

Bunyi alarm hp ku, memecah keheningan dan lelapnya tidurku. 'masih malam', pikirku saat aku masih mengantuk, setelah begadang cuman untuk menyelesaikan misi sebuah game online. Dan, aku Angga, 21 tahun, aku tinggal di Sidoarjo, jawa timur. Gak ada yang spesial, cuma seorang yang suka masak dan gamer biasa. Mungkin bisa jadi, aku cuman sesosok 'NPC' aja di bumi ini.

"Mas, bangun!! Cepet mandi, sarapan!!", teriak adik angkat ku, yang langsung membuka kelopak mataku yang masih merekat.

"Iya iya, aku udah bangun.. Bentar", jawab ku.

"Udah setengah 7 ini.. Ntar telat lho..", ujar adik angkat ku.

Dia namanya Ayu, 19 tahun, Salah satu dari 5 saudara angkat ku. Meninggal nya ibu ku setahun yang lalu, membuat ayah ku menikah lagi dengan seorang janda, dan telah berjalan hingga sekarang. Di rumah, kami tinggal berlima. Ibu angkat ku, bu Yuli, membawa 2 anak nya ke rumah ku, yaitu Ayu dan Fajar, yang hanya ada aku dan ayah saja sebelum nya. Yah setidak nya, kesedihan karna almarhumah ibu ku telah cukup memudar dari benak ayah, karena ada yang merawat dan menghibur nya kini, selain aku.

Jam telah menunjukkan pukul 7:15 pagi, setelah mandi dan sarapan sejenak, aku bergegas untuk pergi bekerja di daerah Sidoarjo kota. Aku menjadi karyawan di sebuah instansi jasa servis elektronik, dan sudah hampir 2 tahun aku bekerja di tempat ini. Namun, aku berencana untuk membuat usaha sendiri saja di rumah. Karena lama-lama gak enak juga ikut orang. Juga, gaji yang sedikit gak sesuai dengan perkembangan jaman.

Saat di perjalanan menuju kantor tempat ku bekerja, sempat ku lirik selembar halaman depan koran hari ini yang di bawa oleh mas-mas di pinggiran jalan. "Kejadian aneh di rumah sakit", tulisan headline dengan font besar dan berwarna merah yang membuatku penasaran. Namun karena aku hampir telat, aku lupakan dan mulai memacu sepeda motor bebek ku menuju kantor.

Ku jalani pekerjaanku, yang seperti biasa, dan beruntung nya tidak ada pekerjaan yang terlalu berat. Hingga langit senja pun tak terasa menyambut. Aku bersiap untuk segera pulang, dan melanjutkan misi game online, karena hadiah nya yang lumayan.

Saat di perjalanan pulang, banyak sekali mobil militer dan polisi yang lalu lalang, 'halah, pejabat..', gumamku. Aku yang cukup lelah dan enggan memikirkan lebih lanjut, langsung memacu motor ku segesit mungkin, menghindari kawal-kawalan mobil tersebut. Setelah sampai, aku langsung masuk, karena memang aku lelah, dan ingin segera mandi.

"....rentetan kejadian aneh sedang terjadi di rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya, dimana banyak pasien dewasa bahkan anak-anak, yang telah dirawat inap beberapa hari setelah mengalami gejala sakit demam, kini mengalami kejang-kejang dan muntah-muntah tanpa sebab yang jelas, Untuk saat ini, semua korban masih dalam penanganan medis lebih lanjut.. para dokter dan tim ahli mulai meneliti, tentang gejala para pasien ini.. beberapa pihak keluarga pasien histeris akan musibah yang di alami anggota keluarga nya...", suara pembawa berita secara live dari salah satu televisi swasta bergema di ruang tamu.

"Ada apa ya..?", heran bu Yuli.

"Assalamuallaikum..", ucapku saat membuka pintu.

"Wa allaikumsalam..", jawab semua yang melihatku.

"Bawa apa itu mas??", tanya Ayu.

"Ini gorengan di tempat langganan ku, mumpung belum tutup, mampir beli.. Taruh di piring, ada banyak tuh..", ujar ku memberikan plastik berisi cemilan.

"Itu kata nya RSUD Sidoarjo juga ada yang kena... Hampir sama semua gejala nya.. Cuman gak sebanyak di Soetomo", ujar ayah ku.

"Iya.. anak nya pak jum belakang rumah juga sama gejala nya, di bawa ke RSUD Sidoarjo..", tambah bu Yuli.

"Ya bisa jadi ketularan penyakit... Memang sekarang musim nya lagi gak enak..", ujar ayah ku.

Aku yang cukup lelah, tak begitu menghiraukan obrolan mereka, dan berlalu masuk ke dalam untuk mandi.

Setelah makan malam, dan melihat TV bersama keluarga, ku lanjutkan ngobrol dan main game dengan adik ku Ayu, sementara Fajar sibuk belajar karena ada ujian sekolah, hingga malam pun semakin larut, dan waktunya untuk tidur.

Beberapa jam kemudian, terdengar suara bergemuruh dari atas langit, seperti nya helikopter, yang cukup banyak terdengar. 'Berisik', pikir ku di saat aku sedikit terbangun dari lelap. Malam-malam gini apa ada latihan militer?

"Mas, bangun, mass,.. cepat, ini ada berita...!", teriak Ayu di depan pintu kamar ku.

"Duhh... Ada apa sih.. Masih malem ini..", sahut ku.

"Cepet bangun... Ada rame-rame ini lho..", ujar Ayu.

"Iya iya iya....", Sahut ku sembari bangun dari ranjang.

Aku yang penasaran langsung menuju ruang tamu. Kulirik jam dinding, hampir menunjukkan pukul 12 tengah malam. Sekilas terdengar teriakan dari luar rumah, juga ledakan kecil. 'Malam-malam siapa yang bakar petasan?', gumamku.

".....di himbau kepada para warga, agar tetap berada di dalam rumah, sampai menunggu pemberitahuan lebih lanjut dari pemerintah, dan di mohon untuk mengunci pagar, pintu, dan jendela anda...", ujar pembawa berita di televisi.

"ada apa...?", tanyaku heran.

"Gak tau... Di luar banyak yang teriak, tadi aku lagi dengerin radio, berita nya semua sama kayak di tv ini..", ujar Ayu.

"Yu... Telfon mbak mu coba... Di rumah nya aman atau enggak.. ya Allah..", ujar bu Yuli panik.

"Ini sejak kapan yu..? Kamu masih lihat tv kan dari tadi..", ujar ayah ku.

"Aku mau keluar.. Lihat ada ap-.....", Suara ku terhenti karena terkejut mendengar beberapa ledakan.

DOOOORRRR...!!! DOORRRR...!!!!

Aku yang tengah membuka pintu depan, terkejut mendengar suara senapan api dari luar rumah. Aku dan anggota keluarga yang lain bergegas keluar rumah untuk melihat keadaan. Tak berselang lama, aku melihat tetangga ku, pak Warto dan keluarga nya berada di dekat halaman kami. Beliau adalah seorang polisi dari satuan reskrim sidoarjo kota. Sebelum nya, ku lihat beliau menembak sesuatu di kejauhan yang gelap, entah apa yang menjadi target nya.

"Ada apa pak..? Kok rame-rame..?", tanya ayah ku saat keluar rumah.

"Banyak orang jadi gila dan saling menggigit pak.. Alvin anak ku sempat tergigit tadi, sekarang mengalami pendarahan dan pingsan...", jawab pak warto yang tampak kebingungan.

"Saling menggigit..??", tanya ku heran.

"Mulai jam 11 tadi, ada yang teriak di belakang sana, di dekat pos ronda... Pas saya mau periksa, ternyata ada 3 orang asing yang masuk ke kampung, lalu mulai menggigit orang-orang yang sedang jaga malam..",ujar pak Warto.

Dari kejauhan, kami pun melihat seseorang sedang di kerumuni, di cabik-cabik, seperti hewan buas yang mendapat mangsa. Ayu yang melihat, berteriak ketakutan, dan semua berlari masuk ke dalam rumah ku termasuk pak Warto dan keluarga nya. Aku pun sempat terdiam melihat kejadian itu, hingga ayah meneriaki ku lalu menarik tangan ku untuk segera ikut masuk.

Tidak mungkin hal ini terjadi di kehidupan nyata, ini hanya terjadi di film yang selalu ku lihat bersama teman-teman', pikir ku. Tapi, aku tidak sedang bermimpi saat ini, benar kan? Sempat ku cubit tangan ku, dan hanya sakit yang terasa.

Keluargaku dan keluarga pak warto bersembunyi di rumahku, sembari memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Televisi kami nyalakan untuk mengetahui kondisi lebih lanjut.

"...saat ini pemerintah setempat masih berupaya menemukan penyebab musibah aneh ini.. Banyak kota-kota besar di pulau jawa yang serentak terkena dampak nya,.. Kapolda jatim menyebutkan bahwa, dugaan sementara saat ini adalah tercemar nya air PDAM di kota-kota besar, sehingga menyebabkan orang yang meminum nya menjadi keracunan dan kehilangan kesadaran mereka.. Masih belum ada konfirmasi dari pihak PDAM, terkait tudingan ini... Kepolisian dan militer saling membantu bertindak mengamankan mereka yang dalam tanda kutip adalah 'zombi' ini, dan menolong sebanyak mungkin orang-orang yang belum terinfeksi.. Sementara itu, para ahli medis dan ahli virus mulai mengidentifikasi sampel darah dari mayat yang terinfeksi, untuk mengetahui virus apa yang mewabah saat ini.. Beberapa orang sempat mengaitkan kejadian ini dengan Ebola yang sedang mewabah di afrika saat ini.. Pemerintah kota Surabaya telah menyiapkan titik-titik evakuasi, untuk selanjut nya para korban yang selamat, akan di pindahkan ke ibukota jakarta yang di sinyalir adalah kota teraman saat ini.. Adapun titik evakuasi di surabaya antara lain grand city mall, kota madya, tugu pahlawan, mall ciputra world, terminal joyoboyo, dan pakuwon trade center... Hanya itu saja yang dapat kami informasikan untuk saat ini, sementara di mohon untuk berada di dalam rumah, kunci semua jendela dan pintu, dan persenjatai diri anda masing-masing.. bila ada anggota keluarga atau teman atau siapapun yang terluka, di ingatkan untuk saling waspada, karena mereka yang terinfeksi, akan sangat membahayakan.. Sekian yang dapat kami laporkan... Kabar selanjut nya akan kami sampaikan satu jam mendatang...", sebuah berita dari pembawa acara di tv lokal yang terlihat panik.

"Zombi..?!!", tanya semua orang heran.

"Apa maksud nya...?! .", ujar ayah ku.

"Kemarin banyak kejadian di beberapa rumah sakit dan puskesmas di sini kan.. Mungkin semua berasal dari situ pak..", sahut pak Warto.

"Alvin tadi tergigit, ini sekarang darahnya masih keluar dari tangan..", sahut istri pak Warto, bu Nimah.

"Bentar bu, saya ambilkan kotak P3K dulu.. biar di tutup dulu luka nya..", sahut ibu Yuli.

"Kayak nya, kita di serang....", ujar ku.

"Apa maksud kamu angga..??", tanya pak Warto.

"Ya pak.... Kita sedang di serang.... Oleh teroris..", ujar ku bernada dingin.

Aku menjelaskan, bahwa beberapa bulan lalu, ada berita heboh tentang kelompok teroris di timur tengah, yang akan menggunakan senjata biologis untuk menyerang negara manapun. Namun beberapa minggu kemudian, artikel tentang berita tersebut tiba-tiba hilang di internet, seakan di hapus. Ada sesuatu yang mencurigakan tentang hal tersebut.

Mereka di ruang tamu, saling berdebat akan hal ini. Setelah menjelaskan hal tersebut, aku beralih ke kamar ku sendiri. Aku masih sedikit mengantuk, berharap cepat bangun. Mimpi buruk ini begitu nyata. Ini semua tidak seru, seperti di film zombi yang aku sukai.

Di tengah otak ku yang masih kacau, aku coba mencari handphone ku, dan mengirim pesan ke semua teman-teman ku, bertanya tentang keadaan.

Malam pun semakin larut. Teriakan, ledakan masih terdengar di luar sana, entah seperti apa keadaan nya. Kami tetap bertahan di dalam rumah, berharap bantuan akan datang. Mungkin, pihak militer akan melakukan penyisiran terhadap para korban yang selamat.

Jam menunjukkan pukul 1 malam, pintu dan jendela kami tutup rapat, agar mereka tak dapat masuk. Tak ada lampu, dan tak ada kegaduhan, kami tidak ingin apapun yang ada di luar mendekat dan masuk ke dalam.

Teriakan manusia semakin berkurang, hanya suara geraman para zombi ini yang sedang kelaparan. Ya, zombi, musibah yang cukup menggelikan bukan? Namun, ini benar-benar sangat tidak lucu...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status