Share

VIII. Truth of trusts (part 1)

11 juni 2014

11:25 Wib

Perjalanan udara menuju Stadion GBK, Jakarta

POV : Fiki

Aku Fiki, di sini lah aku, berada di dalam helikopter yang tengah mengudara menuju kota jakarta. Ini kali kedua nya aku ke jakarta untuk keperluan medis. Sebelum nya, aku telah di percaya oleh para dosen ku, untuk menjadi bagian sebuah penelitian vaksin waktu itu, dan sekarang mereka memanggil ku lagi, terutama juga, untuk kejadian saat ini.

Tak lebih dari 24 jam, hampir seluruh kota-kota besar di pulau jawa hancur, aku melihat dari dalam helikopter, semua begitu kacau di bawah sana. Siapa sangka, bahwa air yang di konsumsi beberapa pelanggan PDAM, telah di campur oleh senjata virus. Aku bersyukur tidak terkena dampak nya, tapi, adik-adik ku...

Dari rekaman Arul itu, cukup jelas bahwa militer sampai senekat itu untuk mendapat keuntungan sendiri. Bahkan mengorbankan masyarakat yang tidak bersalah. Namun aku yakin, masih ada pihak yang baik di dalam sana.

Petugas saat aku berada di surabaya itu bilang, ada seseorang yang ingin bertemu dengan ku di jakarta, entah siapa. Aku masih terpikir orang tua ku yang berada di luar pulau, dan mereka belum memberi kabar satupun, semoga mereka baik-baik saja. Atau mungkin...

Setelah beberapa jam mengudara, akhirnya kami pun mendarat di lokasi. Tempat nya berada di gelora bung karno Jakarta, dimana banyak sekali tenda-tenda putih bersimbolkan ‘biohazard’. Cukup strategis untuk menjadi tempat penelitian, di kelilingi dinding tebal stadion, dan ribuan tentara, tak mungkin makhluk-makhluk tersebut menerobos masuk. Aku dan beberapa orang yang turun dari helikopter, di arah kan menuju sebuah tenda besar, yang di dalam nya terdapat orang-orang berpangkat, militer, dan para ilmuwan besar, mereka masih membahas virus yang berasal dari para zombi tersebut. Aku di suruh untuk menunggu di ruang tunggu tenda utama ini, dan aku masih mengenali sekitar ku, siapa tahu ada yang ku kenal.

Dan tak beberapa lama, ada dua orang yang sangat ku kenal, mereka adalah kedua orang tua ku, menghampiri ku dari ujung lorong, ayah dan ibu ku menangis sesenggukan sambil memeluk ku. Syukur lah. 

"Syukurlah fiki.. kami berdua khawatir sama kamu dan adek...", Ujar ibu ku.

"Maaf ma, adek sudah, meninggal.....", Ujar ku.

"Ya Allah...", Tangis ibu ku kembali.

"Innalillahi... Ya Allah, semoga mereka tenang,.. yang terpenting kamu masih selamat nak..", ujar ayah ku.

"Kok ayah sama ibu bisa ada di sini..?", Tanya ku.

"Kami kapan hari kan ke kalimantan.. terus kemarin kami di kabar kan ada penyakit aneh yang menyebar di pulau jawa, akhir nya kami di suruh pergi ke jakarta ini..", ujar ayah ku.

"Awal nya kami minta buat pulang ke rumah dulu, mereka gak ngasih ijin fik.. ya akhir nya ibu minta tolong ke petugas, pas tenda pengungsian di surabaya mulai di buat, untuk nyari nama kamu, siapa tahu ada di tempat pengungsian..", ujar ibu ku.

"Ya alhamdulillah ma, aku ama temen-temen bisa selamat sampai surabaya, kalo gak ada mereka, mungkin aku sembunyi terus di rumah...", ujar ku.

"Kamu memang beruntung punya teman-teman kayak gitu nak...", Ujar ayah ku.

Kami pun cukup lama berbincang-bincang mengenai keadaan sidoarjo, rumah, bagaimana aku bisa selamat sampai surabaya, dan banyak hal. Hingga akhir nya, mereka berdua di panggil oleh seorang petugas, untuk mengikuti rapat tertutup.

"Fiki, kamu tunggu sini dulu ya... Ayah sama mama mu mau rapat sebentar...", Ujar ayah ku.

"Bagian makanan ada di sebelah sana kalau kamu mau makan..", ujar ibu menunjukkan lorong menuju kafetaria.

"Iya... Nanti aku ke sana kok..", ujar ku.

Mereka pun bergegas menuju tempat rapat tersebut. 'kenapa tertutup?', itu lah yang masih mengganjal di pikiran ku. Akhir nya aku pun mengendap, mengikuti mereka dari jauh di belakang. Tempat rapat nya pun benar-benar tertutup, cukup jauh dari tenda utama, berada di tenda kecil yang di jaga beberapa tentara. Namun ada jalan celah kecil di belakang tenda tersebut. Dengan berjalan memutar, menghindari para penjaga, aku mengendap-endap di belakang tenda itu. Ada jendela yang terbuka sedikit, yang cukup untuk mengintip apa saja yang mereka diskusi kan.

"Mereka kayak nya lagi presentasi.. suara nya kurang begitu terdengar.. mungkin kalau aku lebih ke-...", Gumam ku.

"Fiki..? Sedang apa kamu di sini..?", Ujar seorang gadis menepuk pundak ku.

"Ehh... lho.. kiki? Kok kamu bisa ada di sini..? Eh, awas, jangan sampe terlihat penjaga..", bisik ku.

"Iya, aku di ajak temen-temen kemarin lusa untuk terbang ke jakarta, kata nya ada tugas medis, dan butuh banyak tenaga...", Ujar kiki.

"Oh.. jadi... Kamu belum tahu tentang kejadian di surabaya..?", Tanya ku.

"Iya... Aku.. sudah tahu..... Jangan di ceritakan fiki... Aku sudah cukup berduka mendengar nya.. dan aku ikhlas dengan apa yang terjadi sama mama dan papa ku di sana..", ujar kiki murung.

"Maaf.... Kita semua juga sama-sama kehilangan... Dua adik ku meninggal juga.. yang terpenting, kita berdoa untuk mereka saja kiki, semoga mereka tenang..", ujar ku.

"Iya.. tapi omong-omong, kenapa kamu ada di sini..?", Tanya kiki.

"Sini... Kamu lihat di dalam sana? Mereka sedang mempresentasikan sesuatu,.. dari tadi aku lihat, para ilmuwan itu memamerkan botol-botol berisi cairan.. seperti serum.. dan juga ada beberapa gambar di layar proyektor, seperti hasil percobaan eksperimen pada manusia...", Ujar ku.

"Maaf fiki, aku gak paham maksud kamu..", sahut kiki.

"Kemarin... Aku berhasil lolos, bersama teman-teman ku, dari sidoarjo menuju evakuasi pusat surabaya.. saat kami di situ, salah satu teman ku, sedang mengikuti beberapa orang yang cukup mencurigakan..", ujar ku.

"Terus..?", Sahut kiki.

"Lalu... Eh menunduk, ada yang lewat..", ujar ku sambil menundukkan kepala kiki.

"Hmm... Sudah lewat?", Sahut kiki.

"Maaf ki... Iya sudah..", Ujar ku.

"Udah gak papa, lanjutkan cerita mu..", ujar kiki.

"Ya setelah teman ku yang nama nya Arul itu, mengikuti orang tersebut, dia merekam semua perbincangan orang itu, dan... Inti pembicaraan mereka adalah, semua kejadian ini, telah di rencanakan...", Ujar ku.

"Maksud kamu, ini bukan insiden kecelakaan gitu? Kata pemerintah, ada gas alam yang bocor, hingga air PDAM tercampur...", Ujar kiki.

"Berfikir lah logis kiki... Kamu yakin semua ini penyebab nya dari gas alam? Trus gimana yang lumpur di sidoarjo itu? Itu isi nya gas alam semua lho, udah lama juga, kenapa baru sekarang kita terinfeksi nya, kenapa gak dari dulu sidoarjo udah jadi zombi semua...", Ujar ku.

"Ya aku belum tau pasti... Terus, penyebab nya apa?", Ujar kiki.

"Nanti kujelaskan lagi, lihat, mereka sedang pergi ke ruangan lain... Bagaimana kalau kita masuk lewat jendela ini, melihat ke dalam, ambil sesuatu yang sekira nya, bisa di jadikan bukti...", Ujar ku.

"Entah lah fiki... aku gak yakin.... gimana kalau kita nanti ketahuan...", ujar kiki.

"Percaya sama aku... aku akan gerak cepat, menemukan sesuatu di sana...", sahut ku.

"Aku gak tau apa yang mau kamu lakukan, tapi aku selalu ada di pihak mu.., baik aku jaga di luar, kamu coba masuk...", Ujar kiki.

"Makasih....", ujar ku.

Vriandes Rizki Buana, pertama kali ku dengar nama dan wajah itu saat pertama masuk di kampus, dan dia satu kelas dengan ku. Melihat nya terasa begitu sejuk di hati. Ya, aku jatuh hati pada nya. Kami cukup kompak saat menjadi satu kelompok tugas kuliah, tapi aku belum cukup berani buat menyatakan isi hati. 

Sekarang, dia kembali bersama ku, membantu ku mencari sebuah bukti kejahatan, dari orang-orang jahat ini. Aku masuk melalui jendela tenda, sementara kiki menjaga di luar. Banyak sekali bukti di dalam sini, tapi aku hanya butuh beberapa yang cukup kuat. Ku harap, kami menemukan sesuatu di sini.

Tak berselang lama, terdengar suara orang-orang tersebut, dan mereka menuju kembali ke ruangan rapat. Tanpa ragu, ku ambil dua botol serum yang berbeda warna, dan beberapa kertas di meja presentasi di dekat nya, lalu mengendap keluar tenda bersama kiki. Kami pun kembali ke tenda-tenda pengungsian, dan kembali berbaur dengan orang-orang.

Setelah beberapa menit berlalu, kami mencari tempat aman, di belakang sebuah tenda yang jauh dari kerumunan, untuk melihat apa yang sudah ku ambil tadi.

"Jadi, apa yang kita dapat tadi fiki..?", Tanya kiki.

"Entah lah, ini kertas yang kuambil berisi tentang.... Hasil percobaan.... Mutasi? Virus syndrome?", Heran ku saat melihat isi kertas yang ku genggam.

"Hah? Lalu dua botol itu..?", Sahut kiki.

"Ini semacam... yang satu bertuliskan, W-Syndrome antivirus... dan satu lagi B-Syndrome mutasi... tunggu... Jadi, semua ini.. ada obat nya?!", Ujar ku heran.

"Lalu... yang syndrome...?? Tunggu,.. cairan hitam ini... ", tanya kiki.

"Kenapa kiki...?", ujar ku.

"Selama berada di sini, aku bergabung bersama tim medis untuk bagian injeksi, yang bertugas memberi vaksin yang kata nya adalah vaksin kekebalan tubuh... aku tau pasti dan masih ingat, meski botol vaksin yang di suntikkan kepada para pengungsi itu tertutup label, tapi aku masih bisa melihat dengan jelas, bahwa cairan yang di suntikkan, warna nya sama dengan B-Syndrome ini, yaitu hitam....", jelas kiki.

"Maksud mu.... cairan ini sudah di suntikkan ke semua orang di sini...??", tanya ku.

"Ya pada para pengungsi, sebelum mereka di pindah ke pulau seribu untuk isolasi... setelah para pengungsi di suntik, giliran para staff dan semua petugas, termasuk presiden, akan di vaksin juga...", jelas kiki.

"Ada tulisan tentang B-Syndrome di kertas ini.... bahwa untuk meningkatkan..... mutasi...", ujar ku.

"Mu....tasi??", sahut kiki.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status